I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penggunaan
pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM)
yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan
penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah
diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian
pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan
sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisidaalami
yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yangdiekstrak
dari akar tuba Derris eliptica (Miller, 2002).
Pada
tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT
(Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru
ditemukan oleh ahli kimiaSwiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan
penemuannya ini diadianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau
Medicine pada tahun 1948(NobelPrize.org). Karena belum ada penemuan-penemuan
baru, bahan arsenat ini bertahan cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah
menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti
lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat
mulai tahun 1960 diEropa (Daly et al., 1998).
Ternyata
racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus racun pembasmi
hama. Berbeda didaratan Eropa, di Malaysia dan sekitarnya lebih mengenal bubuk
pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat pembunuh.
Disamping itu juga dipakai bahan aktif Pirenthin I dan II, dan
Anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium. Metodenya
masih sederhana Pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu belum
dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam
didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk menyemprot
atau disiramkan. Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik
dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998).
Perlunya
penggunaan pestisida dikarenakan pestisida ini merupakan racun yang mempunyai
nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi
organisme selektif (target organisme), dengan adanya pestisida ini petani
sangat terantu dalam mencegah serangan hama dan penyakit yang mengganggu hasil
panen produk petani baik pada pra tanam, tanam, pemeliharaan, panen, sampai
pasca panen keberadaan pestisida ini memiliki andil besar untuk mempertahankan
produk pertanian (Tarumingkeng, 2008).
Manfaat
mempelajari pestisida ini adalah agar dapat lebih mengenal dan mengetahui apa
itu pestisida, golongan, dan formulasinya, dan dampak yang tejadi akibat
penggunaan pestisida ini sehingga kita dapat memilah mulai dari jenis tanaman,
golongan dan jenis pestisida yang akan digunakan sesuai dan dampak yang
dihasilkan semaksimal mungkin untuk dihindarkan dan juga formulasi pestisida
yang aman untuk digunakan dengan menimbang dampak yang terjadi tidak merusak
lingkungan dan ekosistem.
B.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Acara Terakhir
tentang identifikasi pestisida ini adalah sebagai berikut :
1.
Agar Mahasiswa mengetahui jenis-jenis dan
fungsi pestisida.
2.
Agar Mahasiswa mengetahui kadar dan
bahan-bahan aktif pestisida.
3.
Agar Mahasiswa dapat membedakan Pestisida
Hayati dan Kimiawi.
4.
Agar Mahasiswa dapat membedakan Pestisida
yang baik digunakan dan tidaknya.
II.
TINJAUAN
PUSATAKA
Definisi
Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan
sida. Pest meliputi hama penyakit secara luas, sedangkan sida berasal
dari kata “caedo” yang berarti membunuh. Pada umumnya pestisida, terutama
pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad
pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad
bukan target termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna lainnya
(Tarumingkeng, 2008).
Pestisida
secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam
sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam
bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan
sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan
secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor
penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya
bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat
pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya
seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain
(Tarumingkeng, 2008).
Pestisida
merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida
memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada
praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non
target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap
lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan
kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Di
bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk
meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat
diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil
tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad
pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida
adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan
pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad
pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma.
Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu
meningkat dengan pesat (Tarumingkeng, 2008).
Tetapi
pada praktiknya pemakaian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non
target. Berbagai dampak dapat disebabkan oleh penggunaan pestisida mulai dampak
yang tak terlihat seperti residu hingga dampak keracunan baik bagi tanaman
maupun manusia yang menggunakannya. Dampak negatif terhadap organisme non
target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan
keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Kelompok
utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan jenis
formulasi adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedangkan jenis
pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya.
Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :
1. Insektisida
: yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa
serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
2. Nematisida
: yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa
cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G.
3. Rodentisida
: yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat,
seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl,
Bromodoiline dan lain-lain. ( Arief . 1994 ).
4. Herbisida :
adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu).
Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D.
5. Fungisida :
digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur). Contoh :
Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.
6. Akarisida :
yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau.
Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.
7. Bakterisida
: yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang
disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Benidiktus .
2010)
Pestisida sebelum digunakan
harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya
diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau
dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini
beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable
concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi
meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES
(emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan
S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang
menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90
persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair
biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan
perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars) Formulasi
butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida
sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada
umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan
pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan
aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi
pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida
formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau
WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust) Komposisi
pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa
seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang
banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja
apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran
(tanaman).
4. Tepung (powder) Komposisi
pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan
pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal
pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum
singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli (oil) Pestisida formulasi
oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil).
Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester.
Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan
atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. (Untung, 2010)
III.
METODELOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dilakukan di
Labolatorium Agronomi Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada,
hari Jum’at, 08 Januari 2016 pukul 16.00-17.30 WIB.
B. Bahan dan Alat
1.
Bahan
Macam-macam jenis pestisida, meliputi pestisida yang digunakan
untuk pengendalian hama dan penyakit, dengan berbagai formulasi, seperti : D,
G, WP, EC, DC, ULV, dan lain-lain. Beberapa bahan dasar pembuat pestisida.
2.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku dan
alat tulis.
C.
Cara kerja
1.
Menyiapkan Lembaran Kertas Buram dan Alat
tulis.
2.
Mengamati contoh-contoh pestisida yang ada.
3.
Memperhatikan nama pestisida, formulasi,
warna, bahan aktif, kadar bahan aktif dan Petunjuk penggunaan Pestisida.
4.
Mencatat hasil pengamatan dalam bentuk Tabel.
5.
Membuat Laporan Praktikum serta pembahasan
Hasil.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
No.
|
Nama
dagang
|
Formulasi
|
Fungsi
|
Bahan
aktif
|
Bentuk
|
Warna
|
Petunjuk
penggunaan
|
1
|
Agroxone-4
|
L
|
Herbisida
|
Kalium McPA 400 % 100 gr/l
|
Cair
|
Coklat
|
Sasaran: Jagung ( Gulma berdaun lebar ) Dosis:
1,5-2,5 Liter dalam air/Ha
Aplikasi: Tanaman Jagung, Bila gulma
berdaun lebar lebh banyak dan tinggi tanaman telah mencapai 20- 30 cm
|
2
|
Prima-jos
|
SL
|
Herbisida sistemik
|
2,4D Dimentilamina 865 g/l
|
Cair
|
Coklat
|
Sasaran:Padi(Gulma berdaun lebar ) Dosis:
1-2 Litr/ Ha
Aplikasi: Penyemprotan volume tinggi dilakukan pada 7-21 hari sebelum
dan sesudah tanam
|
3
|
Sandovit
|
L
|
Perata dan perekat sintetis
|
Alkilatil poligikol eter 958 g/l
|
Cair
|
Kekunigan
|
Sasaran: saebagai bahaan pembasah,
perata dan perekat pada semprotan pestisida, Dosis: 20-40 ml/10 liter
Aplikasi: insektisida dan fungisida pada
volume tinggi
|
4
|
gramoxone
|
SL
|
Herbisida kontak
|
Parakuat diklorida 276 %
|
Cair
|
Hijau tua
|
Sasaran: gulma berdaun lebar dan sempit
serta teki di lahan tanpa tanaman
Dosis: 1,5-3 l/Ha
Aplikasi: pada tanaman semusim apabila
pertumbuhan gulma mencapai 40%
|
5
|
Basmilang
|
AS
|
Herbisida sistemik
|
Isopropilamina glifosat 480 %
|
Larutan dalam air
|
Kuning
|
Sasaran: mengendalikan alang-alang dan
gulma lain pada tanaman karet, kelapa sawit dan lahan tanpa tanaman. Dosis:
2-4 ltr/Ha
Aplikasi: Penyempotran volume tinggi
|
6
|
Dithane M-45
|
WP
|
Fungisida protektif
|
Mankozeb 80 %
|
Tepung
|
Kuning keabu-abuan
|
Sasaran: Cabai ( Penyakit bercak daun )
Dosis: 3-6 Gram/Liter air
Aplikasi: Penyempotran volume tinggi Pada
saat terlihat gejala serangan dan diulangi 1 miggu sekali
|
7
|
Ridomil gold M2 4/64
|
WP
|
Fungisida sistemik dan kontak
|
Mefenoksam 4%
Mankozeb 46 %
|
Tepung
|
Coklat kekuningan
|
Sasaran: kentang ( busuk daun ).
Dosis: 2,5-5 gram/ liter air
Aplikasi: Penyempotran dimulai sebelum
ada serangan penyakit
|
8
|
Akodan
|
EC
|
Insektisida racun kontak dan lambung
|
Endosulfan 350 g/l
|
Pekatan yang diemulsikan dengan air
|
Coklat
|
Sasaran: bawang merah ( ulat grayak )
Dosis: 1,5-3 ml/ l air
Aplikasi: bila da serangga
|
9
|
Daconil 75
|
WP
|
Fungisida kontak
|
Klorotalonil 75 %
|
Tepung
|
Putih
|
Sasaran: kentang ( busuk daun )
Dosis: 15 gram/10 liter air
Aplikasi:penyemprotan pertama dilakukan
segera setelah ditemukan gejala dan diulangi 7-14 hari
|
10
|
Trico Green
|
WP
|
Biofungisida
|
Jamur Trichoderma
|
Serbuk
|
Putih
|
Sasaran: kedelai dan jagung ( layu)
Dosis: persemaian: 20
gram/ liter air
Pra tanam: 250 gram dicampur organik
padat
Pemeliharaan: 100 gram/12 liter air
Aplikasi: persemaian: 1 minggu sebelum
tanam
|
11
|
Agrimycin 15/1,5
|
WP
|
Bakterisida sistemik
|
Streptomisin Sulfat 15%
Oksitetrasiklin 1,5 %
|
Bubuk
|
Coklat muda
|
Sasaran: layu tanaman
Dosis:-
Aplikasi:-
|
12
|
Decis 2,5
|
EC
|
Insektisida kontak dan lambung
|
Deltametri 25 g/l
|
Pekatan
|
Kuning
|
Sasaran: cabai (thrips )
Dosis: 0,18-0,37 ml/liter
Aplikasi: penyemprotan volume tinggi
|
13
|
Antimit 570
|
EC
|
Akarisida/ Insektisida kontak
|
Propargit 570 g/l
|
Pekatan
|
Coklat kekuningan
|
Sasaran: cabai ( tungau )
Dosis: 0,5-1 ml/liter
Aplikasi: gunakan spreyer yang baik dan
semprotkan secara merata ke tajuk bila ditemukan hama assaran dengan swlang
waktu 7-14 hari
|
14
|
Bassa 50
|
EC
|
Insektisida kontak
|
BPMC 500 %
|
Pekatan
|
Coklat muda
|
Sasaran: Hama wereng pada padi,
jagung,dll
Dosis:-
Aplikasi:-
|
15
|
Petrokum 0,005
|
RB
|
Rodentisida
|
Brodifakum 0,005%
|
Blok
|
Kebiru-biruan
|
Sasaran: padi ( tikus )
Dosis: 1-2 kg/Ha
Aplikasi: pengumpanan dilakukan pada
saat bera hingga menjelang buting
|
16
|
Topsin 500
|
F
|
Fungisida sistemik dan kontak
|
Metil tiofonat 500 g/l
|
Suspensi
|
Coklat pucat
|
Sasaran: lamur pada padi
Dosis: 0,5-1 liter/Ha
Aplikasi: penyemprotan volume
|
17
|
Delsene MX-80
|
WP
|
Fungisida sistemik dan kontak
|
Kanbedasim 0,2 %
|
Tepung
|
Kuning
|
Sasaran: bercak daun
Dosis: 1-2 gram/liter
Aplikasi: pada umur 6, 8 dan 1 minggu
setelah tanam
|
18
|
Ambush 2
|
EC
|
Insektisida racun prut dan kontak
|
Permetin 20 g/l
|
Pekatan
|
Kuning jernih
|
Sasaran: kubis ( ukat plutela ) Dosis:
15-25 ml/10 liter aira
Aplikasi: segera setelah terlihat gejala
serangga dan diulangi setiap 3-7 hari
|
B.
Pembahasan
§ AGROXONE-4
Pestisida ini termasuk kedalam golongan herbisida
dengan bahan aktif Colium mcpa 400 g/l formulasi AS(aquoes solution)
dengan bentuk cair berwarna coklat sasaran gulma pada jagung aplikasi dengan di
semprotkan.
§ PRIMA-JOS
Pestisida ini termasuk kedalam herbisida sistemik dan
purna bahan aktif 2,4D-dimetilamina 865 g/l formulasi WP(wettabel powder)
dengan bentuk cair sasaran pada gulma berdaun lebar aplikasi di semprotkan.
§ SANDOVIT
Pestisida ini termasuk kedalam insektisida dengan
bahan aktif Alkilaril poliglikalenter 958 g/l formulasi AS(aquoes
solution) dengan bentuk cair berwarna kekuning-kuningan sasaran serangga
apliokasi dengan penyemprotan dan pembasah’
§ GRAMOXONE
Pestisida ini termasuk kedalam herbisida purna kontak
bahan aktif yaitu Perkuat diklorida 276 g/l formulasi SL ( Solubel Liquid)
dengan bentuk cair berwarna hijau tua sasaran mengen dalikan rumput teki pada
kelapa sawit aplikasi di semprotkan.
§ BASMILANG
Pestisida initermasuk kedalam herbisida sistemik purna
dengan bahan aktif Isopropilsmins glifosat 480 g/l formulasi AS(aquoes
solution) dengan bentuk cair berwarna kuning sasaran untuk mengendalikan
alang-alang dan gulma pada karet aplikasi di semprotkan
§ DITHANE-45
Pestisida ini termasuk kedalam fungisida dengan bahan
aktif Mankozeb 80% formulasi WP(wettabel
powder) dengan bentuk tepung berwarna kuning ke abu-abuan sasaran penyakit pada
tanaman cabai aplikasi di semprotkan.
§ RIDOMIL
GOLD M2 4/64
Pestisida ini termasuk kedalam fungisida sistemik dan
kontak dengan bahan aktif Mefenaksan 4% mankozeb 64% formulasi WP(wettabel
powder) dengan bentuk tepung berwarna coklat kekuning-kuningan sasaran untuk
mengandalikan penaykit busuk daun apliaksi di semprotkan.
§ AKODAN
Peatisida ini termasuk kedalam insektisida kontak dan
langsung bahan aktif Endosulfan 350 g/l formulasi EC(emulsiabel consentrate)
dengan bentuk cairan berwarna coklat dengan sasran untuk menekan ulat grayak
aplikasi dengan cara di semprotkan.
§ DACONIL
75
Pestisida ini termasuk kedalam fungisida dengan bahan
aktif Klorotaloni 75 % formulasi
WP(wettabel powder) dengan bentuk tepung berwarna putih sasaran penyakit pada
tanaman bawang merah aplikasi seprotkan.
§ TRICOGREEN
Pestisida ini termasuk kedalam Biofungisida yang
berbahan aktif dari Jamur Trichoderma dengan
bentuk dasar tepung berwarna putih dan sering digunakan untuk tanaman jagung.
§ AMBUSH
2
Pestisida ini termasuk ke dalam Insektisida racun prut
dan kontak yang berbahan aktif Permetin 20 g/l berbentuk pekatan yang berwarna
kuning jernih.biasanya Pestisida ini digunakan untuk tanaman kubis agar tidak
terserang hama ulat.
§ BASSA
50
Pestisida
ini termasuk kedalam Insektisida kontak yang berbahan aktif BPMC 500 %
berbentuk pekatan yang berwarna Coklat muda dan sering digunakan untuk tanaman
padi dan jagung dalam mengatasi hama wereng.
§ DELSENE
Pestisida ini termasuk kedalam Fungisida sistemik dan
kontak yang berbahan aktif Kanbedasim 0,2 % berbentuk tepung dan berwarna
kuning. Digunakan untuk penyakit bercak daun.
§ TOPSIN
Pestisida ini termasuk kedalam Fungisida sistemik dan
kontak berbentuk Suspensi yang berwarna Coklat pucat dan digunakan pada tanaman
padi.
§ PETROKUM
Pestisida ini termasuk ke dalam Rodentisida yang
berbahan aktif Brodifakum 0,005%, berbentuk kebiruan dan digunakan untuk
Tanaman padi yang terserang hama Tikus.
§ AGRIMYCIN
Pestisida ini termasuk ke dalam Bakterisida sistemik
yang memiliki bahan aktif dari Streptomisin Sulfat 15%,Oksitetrasiklin 1,5 %
berbentuk Bubuk dan berwarna Coklat muda yang digunakan untuk penyakit layu
pada tanaman.
§ DECIS
2,5
Pestisida ini termasuk ke dalam Insektisida kontak dan
lambung yang berbahan aktif Deltametri 25 g/l, berbentuk Pekatan dan warnanya
kuning. Digunakan untuk tanaman Cabai yang terserang Hama Thrips.
§ ANTIMIT
570
Pestisida ini termasuk ke dalam Akarisida/ Insektisida
kontak yang memiliki bahan aktif Propargit 570 g/l, berbentuk pekatan dan
berwarna Coklat kekuningan. Digunakan untuk tanaman cabai yang terserang hama
tungau.
Pestisida
merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida
memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada
praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non
target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap
lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan
kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Maka
dapat dikatakan bahwa penggunaan Pestisida ini sangatlah harus memperhatikan
hal-hal penting yang utama seperti :
1.
Bahan aktif Pestisida, karena penggunaan
Pestisida dengan merek berbeda namum memiliki bahan aktif yang sama maka tidak
akan berpengaruh nyata bahkan dapat membuat resistensi ( kekebalan ) pada hama
itu sendiri.
2.
Petunjuk Penggunaan, karena akan
menentukan besar dan kecilnya penggunaan dari pestisida. Jika pengguna
pestisida ingin menggunakan harus mengetahui dengan baik dan memahami cara
kerja serta fungsinya untuk apa saja. Jangan sampai bahan yang berbentuk bubuk
digunakan dengan larutan air, maka hal itu akan menambah pengeluaran bagi
petani atau pihak pengelola walaupun hasil yang didapatkan sama-sama dapat
menghambat pertumbuhan gulma dan sserangan hama.
3.
Pertolongan Perama jika mengalami
Kecelakaan dalam mengaplikasikan pestisida seperti terkena mata atau terhirup
dan lain sebagainya.
4.
Fungsi Pestisida, agar penggunaan
pestisida tepat sasaran dan tidak menimbulkan permasalahan lain atau menambah
pengeluaran.
Namun
semua hal ini tergantung dari pengguna pestisida,maka dari itu diharapkan para
pengguna seperti petani harus sangat teliti dalam baik sebelum dan setelah
menggunakan pestisida. Banyak dijumpai pestisida hayati atau kimiawi dipasaran
yang tidak jelas bahan aktif dan penggunaannya, sehingga untuk mengantisipasi masalah
yang dapat ditimbulkan dari itu para petani harus benar-benar teliti dalam
membeli dan mengunakan pestisida. Mahasiswa pun dapat berperan aktif dalam hal
ini ialah menghimbau para petani agar membaca dan memahami dari pestisida itu
sendiri.Jika semua hal telah dilakukan maka hal tersebut akan memperkecil
kerugian dan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh salahnya penggunaan
pestisida.
Penggunaan
Pestisida pun harus diperhatikan dimana dengan berbagai macam bahan aktif yang
ada didalam pestisida dapat menyebabkan resisten dan berkurangnya nilai
kandungan Bahan organik tanah dan unsur-unsur hara baik makro ataupun mikro.
Dalam penggunaan harus tepat dan sesuai dengan dosis yang tertera dilabel agar
tidak menambah peneluaran dan tidak menyebabkan hal yang tidak diinginkan.
Berlebihan dalam penggunaan pestisida pun sangat tidak dianjurkan karena dapat
merusak atau menimbulkan masalah lain.
Gunakan
pestisida dengan tepat, memahami fungsi dan cara kerja sehingga dalam
penggunaan pestisida dapat memaksimalkan hasil Produksi pertanian.
V.
KESIMPULAN
Dari
Acar Praktikum Identifikasi Pestisida maka dapat ditarik kesimpulan adalah
sebagai berikut :
1.
Banyak jenis dari pestisida dan fungsi
yang sama,namun dapat dikelompokan dari fungsinya seperti :
Insektisida,Herbisida,Fungisida. Ada yang bersifat Sistemik, Kontak, Sistemik
dan Kontak, Sistemik lambung dan Kontang lambung.
2.
Kadar dan bahan aktif pestisida sangat
beragam adapun dalam praktikum kali ini didapatkan beberapa bahan aktif seperti
: Kalium McPA, Dimentilamina, Brodifakum, Permetin, Kanbedasim BPMC dan
lain-lain. Kadar bahan aktif pun selalu berbeda sesuai penggunaan pada varietas
dan tanaman yang beragam.
3.
Pestisida Hayati terbuat dari ekstrak
tumbuhan atau tanaman seperti dari tumbuhan Tekian,Rumputan dan lain-lain.
Sedangkan Pestisida Kimiawi yang berasal dari bahan kimia seperti Kalium, N, P,
Permetin dan Kanbedasim dimana keduanya memiliki dampak dan pengunaan dosis
yang berbeda.
4.
Pestisida yang baik digunakan adalah
dimana Semua Petunjuk Penting dalam Pestisida seperti : Formulasi, Bahan Aktif,
Bentuk, warna, cara penggunaan, petunjuk perawatan dan pencegahan atau
pengobatan jika terjadi kecelakaan dalam pengaplikasian pestisida. Sedangkan
pestisida yang tidak baik adah dimana informasi yang ada dilabel pestisida
tidak lengkap dan tidak jelas penggunaannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Benn, F.R [ and ]C.A. Mac
Auliffe, 1975. Chemistry and pollution.
New York : The Mac Millan Press.
Ekha Isuasta, 1988. Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius
Hidayat Natawigena dan G.
Satari. 1981. Kecenderungan Penggunaan
Pupuk dan Pestisida dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya
Terhadap Lingkungan. Seminar terbatas 19 Maret 1981. Ekologi Unpad
Bandung.
Kenmore, P.E. 1987. IPM Means
the Best Mix. Rice IPM Newsletter. VII (7). IRRI. Manila. PhilippinesKusno S ,
1992.Pencegahan pencemaran pupuk dan
pestida. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Mulyani, S. dan M.
Sumatera. 1982. Masalah Residu Pestisida
pada Produk Hortikultura. Simposium Entomologi, Bandung 25 – 27 September
1982.
Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya
di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama
Terpadu. Andi Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar