I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Acara I. Persaingan Intraspesifik
Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Organisme
hidup di dalam suatu ekosistem yang didalamnya saling berinteraksi antar satu
spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi positif
yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti kompetisi.
Kompetisi tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak
antar tumbuhan, di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara
tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal
sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini
mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.
Pengaturan
populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya
akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya
matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut
terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik
inter maupun intraspesies. Penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa
semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata
akan berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan
tanaman. Mengingat pentingnya mengengetahui jarak tanaman ideal untuk
pertumbuhan tanaman, maka dilakukan penelitian tentang kompetisi yang terjadi
pada tanaman yang sejenis maupun berbedaspesies.
Kacang
Tanah dan Jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan
tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi
suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya
tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur
hara, air dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Oleh karena
itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi
terhadap pertumbuhan kacang Tanah dan jagung sesuai dengan perlakuan pada
praktikum.
Acara II. Persaingan Interspesifik
Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Telah
diketahui bahwa gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya dapat menimbulkan
gangguan terhadap tanaman budidaya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman
budidaya untuk memperoleh cahaya, air, dan nutrisi (Moenandir dalam Hasanuddin et al., 2012). Derajat persaingan antara
gulma dan tanaman tergantung pada densitas gulma jenis gulma, varietas tanaman
dan tingkat pemupukan. Spesies yang berbeda mempunyai kemampuan bersaing
berbeda karena memiliki karakteristik morfologi dan fisiologi yang berbeda
sedangkan densitas gulma berpengaruh pada penurunan hasil tanaman, yaitu
semakin tinggi densitas maka hasil tanaman semakin menurun (Tjitrosoedirdo et
al. dalam Hasanuddin et al.,
2012).
Gulma mampu
bersaing efektif selama jangka waktu kira-kira 1/4 - 1/3 dari umur tanaman
semusim (annual crops) sejak awal
pertumbuhannya. Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih
padat dan menang bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma
seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi
tanaman di lahan kering, terutama tanaman semusim (pangan dan sayuran). Pada
budidaya tanaman di lahan kering beberapa spesies gulma seperti Imperata cylindrica (alang-alang), Cynodon dactylon (grinting), Borreria alata, Ageratum conyzoides (babandotan), Synedrella nodiflora (jontang kuda), Cyperus rotundus (teki berumbi) mempunyai sifat pertumbuhan yang
cepat, berkembang biak dengan biji maupun stolon/rimpang, toleran terhadap
kekeringan dan mampu menghambat perkecambahan biji maupun pertumbuhan awal
tanaman yang dibudidayakan (Tjokrowardojo
dan Djauhariya, tanpa tahun).
Persaingan terjadi ketika
organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda
menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam, tiap-tiap
organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup
dan pertumbuhannya. Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persaingan yang
dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat),
makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau
factor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh
tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. (Indriyanto,2006).
Dalam sistem
budidaya tanaman, terjadinya kompetisi inter maupun intra spesifik antar
tanaman sangatlah diperhatikan dalam mengatur proses penanaman. Pengaturan
jarak tanam yang tepat dapat dijadikan solusi dalam proses penanaman.
Pengaturan jarak tanam yang sesuai maka akan menekan kompetisi yang keras antar
tanaman, terlebih pada penanaman dengan spesies yang sama. Selain itu, dengan
jarak tanam yang sesuai unsur hara yang terserap oleh tanaman akan seimbang,
jadi hasil yang didapatkan akan seragam.
Oleh karena
itu, dalam memahami mengenai kerugian yang timbulkan oleh gulma terhadap
tanaman budidaya, perlu dilakukan kajian yang berkaitan dengan kompetisi antara
gulma dengan tanaman budidaya. Sehingga, setelah diperoleh pengetahuan mengenai
kompetisi tersebut, dapat dilakukan usaha untuk mengurangi terjadinya kerugian
produksi tanaman budidaya yang disebabkan oleh gulma.
Acara III. Pengaruh Kondisi
Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
B. Tujuan
Praktikum
Adapun Tujuan dari Praktikum Ekologi
Tanaman Acara I,II dan III adalah sebagai berikut :
1. Memahami
persaingan intraspesifik dengan mempelajari pengaruh jarak tanaman ( Jagung
Manis ) terhadap laju pertumbuhan tanaman.
2. Memahami
persaingan interspesifik dengan mempelajari pertumbuhan tanaman Kacang Tanah
pada kondisi persaingan dengan gulma.
3. Mempelajari
pertumbuhan tanaman ( Kacang Tanah ) pada kondisi pencahyaan yang berbeda (
tidak ternaungi, sedikit ternaungi dan ternaungi penuh ).
4.
Mengetahui dan mempelajari pertumbuhan
kacang tanah pada kondisi pencahayaan yang berbeda (tidak ternaungi, setengah
ternaungi, dan ternaungi)
5.
Mengamati perbedaan pertumbuhan
perkecambahan kacang tanah di tempat yang tidak ternaungi, setengah
ternaungi, dan ternaungi.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengaruh
Lingkungan Terhadap Pertumbuhan
Faktor-faktor
lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman sebagai
akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman.
Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan
saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang
tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya
tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun
mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan
mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Sifat tersebut
dinamakan allelopati (Irwan,2007).
B. Hubungan
atau interaksi sesama tanaman
Dalam usaha mengkomposisikan jenis-jenis
tanaman misalnya untuk keperluan estetika, perlu diketahui bahwa hubungan
sesama tanaman tertentu memerlukan bantuan tanaman tertentu pula, misalnya
untuk perlindungan. Tumbuh-tumbuhan dapat mengahasilkan zat-zat yang dapat
merangsang atau meracuni jenis tumbuhan lain. Senyawa-senyawa ini dapat
meracuni biji-biji tanaman yang ada disekitarnya (Irwan,2007).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya hubungan sesama tanaman yaitu:
1.
Adanya kompetisi
yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang terbatas
seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut
juga alelospoli.
2.
Tumbuhan tertentu
baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat
mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebutallelopati.
3.
Adanya pengaruh
baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dap[at mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan
rumah atau inang (Irwan,2007).
C. Kompetisi
Kompetisi adalah interakksi antar individu
yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas,
sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi
individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompettisi
didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan
kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik)
dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik.
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai
salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber
daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan
dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau
lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang
tumbuh (Kastono,2005).
Definisi kompetisi sebagai interaksi
antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan
terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas
sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih
banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai
sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu
mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan
oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen,
dan cahaya (Noughton,1990).
Secara teoritis ,apabila dalam suatu
populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,salah satunya adalah
kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua
organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies
merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang
mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi
dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya
pemisahan secara ekologi , spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal
tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion
principles ) .
Penyebab utama kompetisi adalah diantara tanaman
dari spesies yang sama. Akibat dari kompetisi ini terlihat pada perbedaan
tinggi batang, jumlah daun, dan diameter lateral akar. Akibat dari kompetisi
ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter maupun dalam kemampuan untuk
memproduksi buah. Tidak seperti tanaman yang berbeda spesies, tanaman yang sama
spesiesnya memiliki kebutuhan yang sama antara yang satu dengan yang lain. Mereka
tidak dapat dengan mudah mengatur kebutuhan mereka sendiri dari kebutuhan
tanaman yang lain sesama spesies (Weafer,2005).
Kompetisi terjadi jika salah satu dari 2 atau
lebih organisme yang hidup bersama-sama membutuhkan faktor lingkungan yang
sangat terbatas jumlahnya dan tidak mencukupi bagi kebutuhan bersama. Dalam
keadaan seperti ini organisme akan berinteraksi ataupun melakukan adaptasi
khusus untuk mengurangi persaingan. Misalnya spesies dengan perakaran dangkal
mampu berdampingan dengan spesies berakar dalam karena masing-masing menyerap
unsur pertumbuhan di kedalaman berbeda (Sastroutomo, 2005).
Kompetisi diantara masing-masing spesies
merupakan topik penting dalam biologi kususnya dalam hal ekologi. Kompetisi
antar individu dalam atu spesies (intrespesifik) merupakan faktor pendorong
yang kuat dalam evolusi dan seleksi alam. Persaingan untuk mendapatkan
kebutuhan seperti makanan, air, lahan dan sinar matahari merupakan hal biasa
yang terjadi antara individu-individu yang berbeda spesies (intraspesifik). Hal
ini disebabkan karena suatu sumber terbatas kesediaannya dan beberapa spesies
tergantung pada sumber tersebut. Akibatnya spesies-spesies yang berkompetisi
kemungkinan mengalami dua hal yaitu bertahan jika spesies tersebut mampu
beradaptasi atau punah jika tidak mampu berkompetisi. Berdasarkan teori
evolusi, kompetisi memiliki peranan penting dalam proses seleksi alam (Anonim,
2007).
Kebutuhan tanaman mengenai unsur hara dan air
berbeda maka,tingkat kompetisi tanaman dapat berbeda pada tanaman yang
dikombinasi. Perbedaan intensitas kebutuhan zat, perbedaan sistem perakaran
(dangkal-dalam) digunakan sebagai dasar diterapkannya sistem tumpang sari.
Untuk mendapatkan sistem yang tepat, faktor yang harus diperhatikan yaitu:
kombinasi tanaman, penelitian yang telah dilakukan mengenai kombinasi kacang
tanah – jagung berproduksi lebih tinggi dari pada kacang tanah – padi (Gunawan
et al., 2006).
D. Persaingan
dalam Komunitas
Dalam artian yang luas persaingan
ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang
sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara
individu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu yang
sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang
terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan
interspesifik.
Persaingan yang terjadi antara
organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal
ini bersifat merugikan (Odum, 1971). Setiap organisme yang berinteraksi akan di
rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab
terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan
lain – lain (Setiadi, 1989).
Faktor-fator intraspesifik merupakan
mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan
kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud
merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah,
2003).
Harter (1961), mengatakan bahwa persaingan
intraspesifik di gunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antar
individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan intraspesifik terdiri atas :
1 Persaingan
aktivitas
2 Persaingan
sumber daya alam
Dua jenis populasi tumbuhan dapat bertahan
bersama bila individu-individunya secara bebas di kendalikan oleh hal – hal
sebagai berikut:
1.
Perbedaan unsur
hara
2.
Perbedaan sebab –
sebab kematian
3.
Kepekaan terhadap
berbagai senyawa racun
4.
Kepekaan terhadap
faktor – faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang berbeda.
Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap persaingan intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan, yaitu :
1.
Jenis tanaman
Faktor ini meliputi sifat biologi
tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya
adalah pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran yang menyebar luas
sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun
yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga
menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
2.
Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu
lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat
hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3.
Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan
dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang
penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi
daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi
karena factor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan
lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.
4.
Waktu
Lamanya periode tanaman sejenis hidup
bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan
fisiologis tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode
yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi.
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua , yaitu
kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative
competition ), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber
daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition),
yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain,
meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses
ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang
berpengaruh negatif pada individu lain. Setiap makhluk
hidup membutuhkan air, ruang, udara, cahaya, dan nutrisi untukmemenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang terpenuhi secara tepat atau optimum akan
menghasilkan pertumbuhan yang baik dan sehat bahkan akan menghasilkan buah yang
nikmat. Tumbuhan, manusia, dan hewan dalam memperoleh kebutuhan hidupnya perlu
melakukan persaingan baik antar jenis maupun antar spesies bahkan antar organ
satu dengan yang lain dalam satu tubuh (Sitompul et al.,2004).
E. Definisi
Pertumbuhan dan Perkembangan
Peristiwa
perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa pertambahan
ukuran (volume, massa, dan tinggi) Irreversibel (tidak kembali ke asal) dapat
diukur serta dinyatakan secara kuantitatif. Auksanometer adalah Suatu alat
untuk mengukur pertumbuhan memanjang suatu tanaman, yang terdiri atas sistem
kontrol yang dilengkapi jarum penunjuk pada busur skala atau jarum yang dapat
menggaris pada silinder pemutar.
Proses
menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna (kompleks). Sel-sel
berdiferensiasi. Peristiwa diferensiasi menghasilkan perbedaan yang tampak pada
struktur dan fungsi masing-masing organ, sehingga perubahan yang terjadi pada
organisme tersebut semakin kompleks. Proses ini berlangsung secara kualitatif. Irreversible
F. Tahap
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
TAHAP
AWAL PERTUMBUHAN
Mula-mula
biji melakukan imbibisi atau penyerapan air sampai ukuran bijinya
bertambah dan menjadi lunak. Saat air masuk ke dalam biji, enzim-enzim mulai
aktif sehingga menghasilkan berbagai reaksi kimia. Kerja enzim ini antara lain,
mengaktifkan metabolisme di dalam biji dengan mensintesis cadangan makanan
sebagai persediaan cadangan makanan pada saat perkecambahan berlangsung.
PERKECAMBAHAN
Perkecambahan
terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan
pertumbuhan plumula (calon batang). Faktor yang memengaruhi
perkecambahan adalah air, kelembapan, oksigen, dan suhu. Perkecambahan biji ada
dua macam, yaitu:
a. Tipe
perkecambahan di atas tanah (Epigeal)
Hipokotil
memanjang sehingga plumula dan kotiledon ke permukaan tanah dan
kotiledon melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh:
perkecambahan kacang tanah.
b. Tipe
perkecambahan di bawah tanah (hipogeal)
Epikotil
memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di
atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah. Contoh:
perkecambahan kacang kapri (Pisum sativum).
G. Faktor
– faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dibedakan menjadi dua, yaitu factor dalam dan
factor luar. Berikut penjabaran mengenai faktor luar dan faktor dalam.
a. Faktor
Dalam
a). Gen, adalah pembawa
sifat keturunan atau hereditas.
b). Hormon, adalah suatu senyawa
organik yang dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian
lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Peran
hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel, dan ada
yang mengahambat pertumbuhan. Contoh hormon pada tumbuhan; oksin,
geberelin, sitokinin, asam absisat, etilen, asam
traumatin, dan kalin.
b. Faktor Luar
a).
Nutien dan air, nutrien dan zat makanan terdiri dari unsur-unsur atau senyawa
kimia. Nutrient yang diperlukan merupakan sumber energi dan sumber materi untuk
sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Air
dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh tumbuhan
dan sebagai medium reaksi enzimatis.
b).
Cahaya, selain berpengaruh dalam proses fotosintesis cahaya berpengaruh
terhadap pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan tumbuhan.Cahaya khususnya
cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting untuk melaksanakan
proses fotosintesis. Tanpa adanya cahaya, tumbuhan hijau tidak akan melakukan
fotosintesis, sehingga tak mungkin mampu bertahan hidup untuk jangka waktu yang
lama. Respon tumbuhan terhadap lama penyinaran dan intensitas cahaya
disebut fotoperiodisme.
c).
Suhu udara, suhu berpengaruh terhadap kerja enzim, sehingga suhu juga
berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan. Suhu yang baik atau ideal yang
diperlukan tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkambangan berlangsung baik
disebut suhu optimum (10º C - 38ºC). Umumnya tumbuhan tidak dapat
tumbuh di bawah suhu 0ºC dan di atas 40ºC. Suhu yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan dna perkembangan.
d).
Oksigen, berpengaruh terhadap pertumbuhan bagian tanaman di atas tanah maupun
pertumbuhan akar yang berada di dalam tanah.
e).
Kelembapan, kelembapan udara mempengaruhi proses penguapan air yang berhubungan
dengan penyerapan nutrien. Penguapan air akan meningkat apabila kelembapan
rendah, akibatnya tumbuhan dapat menyerap banyak nutrien. Keadaan ini memacu
pertumbuhan tanaman.
H.
Botani Tanaman Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah termasuk dalam Famili Papilionaceae dengan Ordo Rosales. Sistematika tanaman kacang
tanah digolongkan kepada :
Diviso
: Spermatophyta
Subdiviso
: Angiospermae
Klass
: Dicotyledoneae
Famili
: Papilionaceae
Genus
: Arachis
Spesies
: Arachis hypogaea ( Marzuki, 2007)
Kacang tanah berakar tunggung dengan akar
cabang yang tumbuh tegak lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang
bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penyerap hara. Bulu akar ini
dapat mati dan dapat juga menjadi akar permanen. Jika tetap permanen, akar akan
berfungsi terus sebagai penyerap hara tanaman dari dalam tanah. Kadang
polongnya mempunyai alat penghisap, seperti bulu akar yang dapat menyerap hara
makanan pula (Suhaeni, 2007).
Kacang tanah memiliki akar serabut dan
tumbuh ke bawah sedalam 20 cm.Selain itu juga memiliki akar serabut juga
mempunyai akar lateral sepanjang 5-25 cm. Pada akar serabut dan lateral
terdapat bulu akar. Fungsi bulu akar untuk menghisap air dan unsur hara. Bintil
– bintil akar terdapat pada akar lateral dan mengandung bakteri rizobium yang
mampu mengikat unsur nitrogen dari udara sehigga menambah kesuburan tanah (Rahmadi.dkk, 1990).
Batang tanaman kacang tanah berbentuk perdu
yang tingginya 30-50 cm. Dilihat dari tipe pertumbuhan batangnya, dibedakan
menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Tipe tegak berumur lebih genjah
(100-120 hari) dan kematangan polongnya seragam. Tipe menjalar berumur panjang
(150-180) dan kematangan polongnya tidak seragam. Potensi hasil tipe menjalar
perbatanganya lebih banyak tetapi produksi persatuan luasnya lebih sedikit
(Nurwidada, 1998).
Daun kacang tanah berdaun majemuk bersirip
genap terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian
anak daun ini bertugas menerima cahaya matahari sebanyak banyaknya. Daun kacang
tanah mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan dimulai dari bagian bawah.
Selain berhubungan dengan umur, gugur daun kadang ada hubungannya dengan faktor
penyakit ( Suhaeni, 2007).
Percabangan kacang tanah tipe tegak umunya
lurus atau sedikit miring ke atas. Petani lebih menyukai tipe tegak sebab umur
panennya pendek, 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya beruas – ruas pada
pangkal utama dan cabangnya. Tiap polong berrbiji antara 2-4 butir sehingga
masaknya bias bersamaan. Tanaman kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah
subspecies fastigiata ( Makmur, 1988 ).
Kacang tanah tipe menjalar cabang cabangnya
tumbuh ke samping. Tetapi ujung ujungnya mengarah ke atas. Panjang batang
utamanya antara 33 – 66cm. Tipe ini umumnya antara 5-7 bulan atau sekitar
150-200 hari. Tiap ruas yang berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah
sehingga masaknya tidak bersamaan. Tiap polong umunya berbiji dua butir.
Tanaman kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspecies hypogaea
(Soemaatmadja, 1993).
Kacang tanah mulai berbunga kira kira pada
umur 4-5 minggu. Bunga keluar pada ketiak daun. Bentuk bunganya sangat aneh.
Setiap bunga seolah olah bertangkai panjang berwarna putih. Tangkai ini
sebenarnya bukan tangkai bunga tetapi tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna
kuning. Bendera dari mahkota bunganya bergaris – garis merah pada pangkalnya.
Umur bunganya hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu pada sore hari
(Nasir, 2002).
Bunga kacang tanah dapat melakukan
penyerbukan sendiri dan bersifat geotropis positif. Penyerbukan terjadi sebelum
bunganya mekar. Sepanjang malam tabung kelopak tumbuh memanjang sampai mencapai
panjang maksimum yakni 7 cm. beberapa jam setelah penyebukanbarulah terjadi
pembuahan. Penyerbukan silang secara alami sangat kecil, kira – kira 0,5%.
Penyerbukan sendiri sering disebut penyerbukan tertutup (Sutopo, 1998).
Kacang tanah berbuah polong. Polongnya
terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang.
Inilah yang disebut ginofora yang menjadi tangkai polong. Cara pembentukan
polong adalah mula – mula ujung ginofora yang runcing mengarah ke atas. Setelah
tumbuh. Ginofora tersebut melengkung ke bawah dan masuk ke dalam tanah. Setelah
menembus tanah, ginofora mulai membentuk polong. Pertumbuhan memanjang ginofora
memanjang terhenti setelah terbentuk polong (Sitompul.
dkk, 1995).
Polong – polong kacang tanah berisi antar 1
sampai dengan 5 biji. Biji kacang tanah berkeping dua dengan kulit ari berwarna
putih, merah atau ungu tergantung varitasnya. Ginofora tidak dapat membentuk
polong jika tanahnya terlalu keras dan kering atau batanya terlalu tinggi
(Allard, 2005).
I.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses
hidup yang selalu terjadi pada setiap makhluk hidup. Kedua istilah tersebut
sering diucapkan untuk pengertian yang sama. Padahal pertumbuhan dan
perkembangan memiliki pengertian yang berbeda satu sama lain. Pertumbuhan dapat
diartikan sebagai peningkatan ukuran yang bersifat permanent (tetap) dan tidak
dapat balik (Irrevisible), sedangkan perkembangan adalah proses perubahan dalam
bentuk. Pada proses pertumbuhan selau terjadi peningkatan volume dan bobot
tubuh peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Untuk mengukur pertumbuhan tanaman
digunakan alat yang disebut busur tumbuh atau auksanometer. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan bukan merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur.
Perkembangan pada tumbuhan diawalai sejak terjadi fertilisasi.
Calon tumbuhan akan berubah bentuk dari sebuah telur yang dibuahi menjadi
zigot, embrio, dan akhirnya menjadi sebatang pohon yang kokoh atau rumput yang
mudah digoyangkan oleh angin. Nama lain proses perkembangan adalah
morfogenesis.
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji.
Biji mengandung potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu yang
baru, misalnya embrio, cadangan makanan, dan calon daun (calon akar).Sebutir
biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri atas radikula (yang akan tumbuh
menjadi akar) dan plumula (yang akan tumbuh menjadi kecambah).
Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya
terkandung pati, protein, dan beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh
bahan yang kuat, yang disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung kotiledon
untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau jamur kedalam biji.
Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Didekat mikropil terdapat
hilum yang menggabungkan kulit kotiledon.
Biji memiliki kandungan air yang sangat sedikit. Pada
saat biji terbentuk, air di dalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami
dehidrasi. Akibat ketiadaan air, biji tidak dapat melangsungkan proses
metabolisme sehingga menjadi tidak aktif (dorman). Dormansi biji sangat
bermanfaat pada kondisi tidak nyaman (suasana ekstrem, sangat dingin atau
kering) karena struktur biji yang kuat akan melindungi embrio agar tetap
bertahan hidup.
J.
Perkembangan Embrio
Embrio berkembang didalam biji. Setelah fertilisasi,
zigot mengalami rangkaian pembelahan sel. Salah satu dari dua sel yang berasal
dari mitosis zigot akan berkembang menjadi embrio asli, sedangkan sel yang lain
menjadi bahan awal dari jaringan suspensor.
Embrio didalam bakal biji (ovulum) berkembang menjadi
massa bulat yang mengandung ratusan sel. Massa sel tersebut berkembang menjadi
jaringan primer dan akhirnya membentuk seluruh jaringan utama tumbuhan dewasa,
termasuk kotiledon. Kotiledon berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan
perkecambahan (germinasi).
Pada kutub embrio ditemukan dua massa sel yang belum
terdiferensiasi, yaitu meristem apical ujung (terminal) dan meristem apical
aka. Sel-sel tersebut berada dalam kondisi dorman ketika biji pada masa
dorminasi. Setelah biji berkecambah, kedua massa sel tersebut berkembang
menjadi daerah pertumbuhan batang dan akar. Perkembangan embrio terhenti stelah
mencapai tahapan tertentu, yaitu saat bakal biji telah menjadi biji matang.
Biji tersebut tetap, yaitu sesuai untuk perkecambahan. Di dalam biji yang
matang, endosperma makanan telah terdiferensiasi menjadi lapisan terluar sel
(aleuron) dan massa sel terdalam bertepung. Sel – sel aleuron
menyintesis enzim amilase. Enzim tersebut dapat mengubah cadangan zat pati
didalam endosperma menjadi gula yang dapat digunakan oleh embrio.
K.
Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang
terdapat didalam biji, misalnya radikula dan plumula.
Perkembangan biji berhubungan dengan aspek kimiawi.
Proses tersebut meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormon
dan enzim, hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan
hormone ke daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta asimilasi
(fotosintetis). Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui
mikropil. Air yang masuk kedalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut
pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa.
Awal perkembangan didahului aktifnya enzim hidrolase (protease,
lipase, dan karbohidrase) dan hormon pada kotiledon atau endosperma oleh adanya
air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino.
Asalm amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membrane sel dan
sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa kemudian menjadi glukosa.
Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat
dinding sel bagi sel – sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa
maltosa dan asam amino akan berdifusi ke embrio.
Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji
memperoleh energi melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan
glukosa yang berasal dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya.
Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama
membuka dan mulai melakukan fotosintesis.
Macam Perkecambahan
Ø Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang di
bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan
kotiledon terangkat keatas tanah, misalnya pada kacang hijau. Perkecambahan ini
umumnya terjadi pada biji tanaman Dicotyledoneae (kecuali kacang kapri), contoh
: kacang hijau, kacang kedelai dan kapas.
Ø Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang
teratas (epikotil) sehinga daun lembaga ikut tertarik keatas tanah, tetapi
kotiledon tetap di dalam tanah. Umumnya terjadi pada biji monocotyleddoneae,
contoh: Jagung, padi. dan Dicotyledoneae yaitu hanya kacang kapri. Pada akhir
perkecambahan terbentuk akar, batang dan daun. Selanjutnya tumbuhan mengalami
pertumbuhan, macamnya yaitu:
1) Pertumbuhan primer
Adalah pertumbuhan yang memanjang baik yang terjadi pada ujung akar maupun
ujung batang (meristem primer). Berlangsung pada embrio, embrio dibedakan
menjadi 3 bagian penting yaitu:
a. Tunas embrionik, yaitu calon batang dan daun
b. Akar embrionik, yaitu calon akar
c. Kotiledon, yaitu cadangan makanan
2) Pertumbuhan sekunder
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas pembelahan mitosis pada
jaringan meristem sekunder (lateral) sehingga mengakibatkan diameter batang dan
akar bertambah besar. Meristem lateral terbagi atas: Kambium vaskuler (terletak
diantara xylem dan floem menyebabkan pembelahan sel kearah dalam membentuk
xylem dan kearah luar membentuk floem dan kambium gabus (jaringan pelindung
yang menggantikan fungsi jaringan epidermis yang rusak atau mati). Pertumbuhan
sekunder terjadi pada tumbuhan dikotil.
L.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
a. Faktor Eksternal
· Makanan (Zat Hara)
Makanan adalah sumber energi dan sumber materi untuk mensintesis berbagai
komponen sel. Nutrien yang dibutuhkan tumbuhan bukan hanya karbondioksida dan
air, tetapi juga unsur – unsur lainnya. Karbondioksida diabsorpsi
oleh daun, sedangkan air dan mineral diserap oleh akar. Makanan yang dibutuhkan
oleh tumbuhan terdiri dari unsur makro dan mikro yang masing masing terdiri
atas 9 unsur makro dan 8 unsur mikro. Makronutrien (unsure makro atau butuh
dalam jumlah banyak). Misalnya: C, H, O [defisiensi: Pertumbuhan dan
metabolisme terhambat, akhirnya mati], N (Nitrogen)
[defisiensi: Daun pucat, klorosis atau menguning dan gugur), P (Fosfor), K
(Kalium), Ca (Kalsium), S (Sulfur), Mg (Magnesium).
· Suhu atau Temperatur
Untuk proses tumbuh dan perkembangan, tumbuhan memerlukan suhu yang
sesuai. Suhu tersebut disebut suhu optimum. Suhu paling
rendah yang masih memungkinkan pertumbuhan disebut suhu minimum.
Sedangkan suhu paling tinggi yang masih memungkinkan pertumbuhan disebut suhu
maksimum. Jenis tumbuhan satu dengan yang lain memiliki suhu minimum, suhu
optimum, dan suhu maksimum yang berbeda – beda. Bagi tumbuhan suhu
lingkungan berpengaruh terhadap aktivitas kerja enzim. Umumnya
tumbuhan tidak tumbuh di bawah suhu 0°C dan di atas 40°C . Kisaran suhu
masih memungkinkan tumbuh dengan baik adalah 22°C – 37°C.
· Air
Tanpa air tumbuhan tidak akan tumbuh. Air merupakan senyawa utama yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman yang berfungsi sebagai komponen pembantu proses
fotosintesis. Fungsi lain dari air yaitu, mengaktifkan reaksi enzimatik,
menjaga kelembapan dan membantu perkecambahan biji tanaman baik pada biji
tanaman monokotil maupun dikotil.
· Cahaya
Banyaknya cahaya yang dibutuhkan tidak selalu sama pada setiap tumbuhan,
umumnya cahaya menghambat pertumbuhan meninggi, karena cahaya dapat menguraikan
auksin (hormon pertumbuhan). Pada tempat yang gelap tumbuhan akan lebih cepat
tinggi daripada tempat yang terang. Pertumbuhan yang cepat di tempat gelap
disebut etiolasi.
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap lama penyinaran (panjang
hari). Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat
macam, hal ini ada hubungannya dengan hormon fitokrom dalam
tumbuhan (protein dalam kromatofora yang mirip fikosianin),
macamnya yaitu:
a. Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang
dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya aster, krisan, dahlia, ubi
jalar, kedelai, dan anggrek.
b. Tumbuhan hari
panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 –
16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya bayam, kentang, gandum, kol,
bit gula, selada, dan tembakau.
c. Tumbuhan hari netral,
tumbuhan yang tidak responsive terhadap panjang hari untuk pembungaannya.
Tumbuhan hari netral contohnya bunga matahari, mawar, kapas, mentimun dan
tomat.
· Kelembapan
Pengaruh kelembapan udara berbeda – beda terhadap
berbagai tumbuhan, tanah dan udara yang lembap berpengaruh baik bagi
tumbuhan. Kondisi lembap menyebabkan banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih
sedikit yang dikeluarkan.
· Oksigen
Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi aerob
pada tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi.
Energi ini digunakan antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam perkecambahan
dan aktivitas tumbuhan. Apabila tumbuhan kekurangan oksigen dapat mengalami
kematian.
· pH Medium (Tingkat Keasaman)
Derajat keasaman tanah (pH tanah) sangat berpengaruh terhadap ketersediaan
unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan. Pada kondisi pH tanah netral
unsur-unsur yang diperlukan, seperti Ca, Mg, P, K cukup tersedia. Adapun pada
pH asam, unsur yang tersedia adalah Al, Mo, Zn, yang dapat meracuni tubuh
tumbuhan.
b. Faktor Internal
1. Gen
Gen berperan dalam pengendalian metabolisme zat di dalam sel,
misalnya proses sintesis protein. Protein merupakan komponen
dasar penyusun tubuh makhluk hidup termasuk tumbuhan. Dengan demikian gen dapat
mengatur pola pertumbuhan dengan cara menurunkan sifat-sifatnya dan
sintesis-sintesis yang dikendalikannya. Sehingga genetis tanaman satu dengan
yang lainnya akan memiliki pola pertumbuhan yang berbeda akibat susunan gen
yang berbeda – beda.
2. Hormon
Hormon ialah regulator pertumbuhan yang sangat esensial, yang dibuat pada
satu bagian tumbuhan sedangkan respon pertumbuhan terjadi terhadap hormon di
bagian tumbuhan lainnya, misalnya di akar, batang dan
daun. Hormon pertumbuhan (fitohormon) yang telah dikenal antara lain
auksin, sitokinin, dan giberelin
III.
METODOLOGI
A. Waktu
dan Tempat
Adapun Praktikum
Ekologi Tanaman yang dilakukan sebanyak tiga acara yaitu, Acara I. Persaingan
Intraspesifik Tanaman, Acara II. Persaingan Interspesifik Tanaman, dan Acara
III. Pengaruh Kondisi Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman dilaksanakan pada
Bulan September s/d Desember 2015 di Kebun Bulu Agroteknologi dan Lab
Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B. Bahan
Dan Alat
Acara
I. Persaingan Intraspesifik Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Bahan :
1. Benih
Jagung Manis
2. Pupuk
Organik / Pupuk Kandang
3. Pupuk
Anorganik Urea, SP-36 dan KCL
4. Pestisida
( Furadan 3G, Insektisida, dan Fungisida )
Alat :
1. Cangkul
2. Gembor
3. Koret
4. Hand
Sprayer
5. Meteran
atau Penggaris
6. Tugal
7. Jangka
Sorong
8. Label
9. Timbangan
10. Alat
Tulis
Acara II. Persaingan Interspesifik
Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Bahan :
1. Benih
Kacng Tanah
2. Pupuk
Anorganik ( Urea, SP-36 dan KCL )
3. Pestisida
( Furadan 3G, Insektisida, Fungisida )
Alat :
1. Cangkul
2. Koret
3. Tugal
4. Meteran
5. Gembor
6. Hand
Sprayer
7. Timbangan
8. Jangka
Sorong
9. Oven
10. Alat
Tulis
11. Label
12. Tali
Acara III. Pengaruh Kondisi
Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
Bahan :
1. Benih
Kacang Tanah
2. Pupuk
Anorganik ( Urea, SP-36 dan KCL )
3. Pestisida
( Furadan 3G dan Lainnya )
4. Polibag
5. Media
Tanam Campuran tanah : Pupuk Kandang/Kompos =2:1
Alat :
1. Gembor
2. Koret
3. Hand
Sprayer
4. Meteran
5. Timbangan
6. Oven
C. Cara
Kerja
Acara
I. Persaingan Intraspesifik Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
1. Setiap
Kelompok menyiapkan dan melakukan budidaya pada dua bedengan dengan dua macam
perlakuan jarak tanam yaitu ( 60 cm x 20 cm ) dan ( 30 cm x 20 cm ).
2. Menyiapkan
dua bedengan / petak dengan ukuran per petak + ( 1,5 m x 1,5 m ).
Berikan pupuk kandang dengan takaran 3,5 – 5 ton/ha ( + 50-75 gram /
lubang tanam ).
3. Membuat
lubang tanam dengan ukuran jarak tanam sesuai perlakuan. Pilihlah benih yang
baik, dan tanamlah satu benih per lubang tanam. Buatlah dengan 2 macam jarak
tanam yaitu ( 60 cm x 60 cm ) dan (30 cm x 20 cm). Berikan sedikit furadan ( +
1-2 gram ) pada setiap lubang tanam.
4. Menutup
Lubang Tanam ( tandai larikan Lubang Tanam ).
5. Melakukan
Pemupukan dengan pupuk Urea 350-400 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCL 100 kg/ha.
Pemberian dengan cara membuat lubang / alur sedalam sekitar 10 cm pada jarak
sekitar 3-7 cm dari tanaman. Lakukan pemupukan pada 7 hari setelah tanam ( hst
) dengan : Urea 100 kg/ha ; SP-36 150 kg/ha ; KCL 100 kg/ha ). Pemupukan
diberikan pada 28 hstdengan Urea 150 kg/ha dan pada 25-50 hst dengan Urea
100-150 kg/ha.
6. Melakukan
penyiraman selama tanam, dan selanjutnya sesuai kondisi lahan. Bila tidak
terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
7. Membuat
label setiap bedengan minimal meliputi informasi : Kelompok, komoditas, tanggal
tanam dan jarak tanam.
8. Menentukan
5 Tanaman Sampel dan berilah tanda ( Label ).
9. Melakukan
penyulaman yaitu tindakan penggantian tanaman yang mati atau terserang hama dan
penyakit diganti dengan tanaman yang baru, dilakukan 7-10 hst. Jumlah dan jenis
benih serta perlakuan delam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
10. Melakukan
penyiangan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda
dapat dengan tangan, cankul kecil atau garpu. Penyiangan jangan sampai
mengganggu perakaran tanaman pada umur tersebut mesih belum cukup kuat
mencengkeram tanah.
11. Melakukan
Pembunuhan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar
tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah kareana adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur sekitar 6 minggu,
bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan
tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
12. Melakukan
pengendalian bila terjadi serangan hama atau penyakit.
13. Memanen
jagung manis dilakukan pada umur + 86-96 hst. Selain telah memasuki umur
panen, juga perlu diamati terlebih dahulu fisik tanaman seperti warna, bentuk
dan ukuran telah memenuhi kriteria panen, yaitu jika jagung untuk sayur (
jagung muda,baby corn ) dipanen sebelum bijinya terisi penuh ( diameter tongkol
1-2 cm ), untuk jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk
beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dipanen jika sudah matang fisiologis.
14. Cara
panen adalah putar tongkol berikut kelobotnya/patahan tangkai buah jagung.
Pengupasan dilakukan saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan
selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak
tumbuh.
15. Mengamati
variabel pertumbuhan seerti tinggi tanaman ( cm ) , diameter batang ( mm ),
jumlah daun per tanaman dan bobot segar / kering biomassa per tanaman. Cata
pada tabel pengamatan. Tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun diamati
setiap 1 minggu sekali, dimulai 2 minggu setelah naman.sedangkan bobot
segar/kering diamati setelah panen.
16. Sedangkan
untuk variabel hasil adalah jumlah tongkol/tanaman, bobot segar per tongkol ( g
) dengan dan tanpa klobot, bobot segar tongkol per tanaman ( g) dengan dan
tanpa klobot, panjang tongkol ( cm ) pengukuran dilakukan dari pangkal sampai
ujung tongkol dengan menggunakan mistar, diameter tongkol ( cm ) pengukuran
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada bagian tengah tongkol.
17. Melakukan
tukar data dengan kelompok lain, sehingga diperoleh ulangan.
18. Menganalisis
data dan membuat laporan Praktikum.
Acara II. Persaingan Interspesifik
Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
1. Setiap
Kelompok menyiapkan dan melakukan budidaya pada dua bedengan dengan dua macam
yaitu dengan penyiangan dan tanpa penyiangan.
2. Menyiapkan
dua bedengan / petak dengan ukuran per petak + ( 1 m x 1 m ).
3. Membuat
lubang tanam dengan ukuran jarak tanam ( 20 cm x 20 cm ). Pilihlah benih yang
baik, dan tanamlah satu benih per lubang tanam).
4. Memberikan
sedikit furadan ( + 1-2 gram ) pada setiap lubang tanam.
5. Menutup
Lubang Tanam ( tandai larikan Lubang Tanam ).
6. Melakukan
Pemupukan dengan pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCL 50 kg/ha.
Pemberian dengan cara membuat lubang / alur sedalam sekitar 10 cm pada jarak
sekitar 3-7 cm dari tanaman.
7. Melakukan
penyiraman selama tanam, dan selanjutnya sesuai kondisi lahan. Bila tidak
terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
8. Membuat
label setiap bedengan minimal meliputi informasi : Kelompok, komoditas, tanggal
tanam, jarak tanam, komoditas, keterangan perlakuan ( dengan penyiangan dan
tanpa penyiangan ).
9. Menentukan
5 Tanaman Sampel dan berilah tanda ( Label ).
10. Bedengan
dengan penyiangan dilakukan setidaknya 2 kali selama masa pertanaman,
disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedengan penanaman. Biasanya
penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman sebelum tanaman
berbunga. Penyiangan kedua dilakukan pada 45 hst setelah ginofor masuk kedalam
tanah. Penyiangan tidak boleh dilakukan saat pertumbuhan polong karena dapat
menyebabkan kegagalan peembentukan polong. Apabila perlu dilakukan penggemburan
dan penggundulan bersamaan dengan penyiangan.
11. Melakukan
pengendalian bila terjadi serangan hama atau penyakit.
12. Umur
panen tergantung varietas dan musim tanam. Rata-rata umur panen adalah 90-100
hari atau pada saat masak fisiologis dimana tanda-tandanya adalah : Kulit
polong mengeras, berserat, bagian dalam berwarna coklat, jika ditekan polong
mudah pecah. Cara panen dilakukan secara manual ( dicabut ), sebelum panen
tanah perlu dibasahi dengan diairi agar tidak banyak polong yang tertinggal di
dalam tanah.
13. Perontokan
polong dilakukan secara manual atau dipetik dengan tangan, lalu polong disortir
dan sisihkan polong muda dan rusak. Pengeringan dilakukan dengan dijemur pada
lantai atau dengan alas tikar selama 5-6 hari dengan matahari terik atau bila
musim hujan dengan menggunakan pengering. Pengeringan dilakukan sampai kadar
air biji menjadi 10-12 % yang ditandai dengan mudah terkelupasnya kulit biji.
Pengupasan atau pembijian dilakukan dengan cara sederhana (polong dikupas
dengan tangan).
14. Mengamati
variabel pertumbuhan seerti tinggi tanaman ( cm ) , jumlah daun per tanaman,
jumlah cabang, diameter batang ( mm ), saat berunga ( hst ), dan bobot segar /
kering biomassa per tanaman ( g ). Cata pada tabel pengamatan. Tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah cabang dan diamter batang diamati setiap 1 minggu sekali,
dimulai 3 minggu setelah naman.sedangkan bobot segar/kering diamati setelah
panen.
15. Sedangkan
untuk variabel hasil adalah jumlah bunga total, persentase bunga jadi polong (
% ), jumlah total polong isi per tanaman, bobot basah dan bobot kering polong
per tanaman ( g ), bobot kering100 biji ( g ) dan hasil polong kering per
hektar ( t/ha ).
16. Melakukan
tukar data dengan kelompok lain, sehingga diperoleh ulangan.
17. Menganalisis
data dan membuat laporan Praktikum.
Acara III. Pengaruh Kondisi
Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
1. Menyiapkan
3 polibag ukuran diameter 30 cm masing-masing per kelompok.
2. Mengisi
polibag dengan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos ( 2:1
) sampai kira-kira 2 cm dari permukaan atas polibag.
3. Memberi
tanda pada setiap polibag, meliputi kelompok, tanggal tanam, dan perlakuan.
4. Menanam
benih kacang tanah sedalam 2-3 cm, masing-masing 1 biji pada setiap polibag.
5. Memberikan
sedikit furadan pada setiap lubang tanam.
6. Menutup
lubang tanam dengan media.
7. Memberikan
Pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 150 kg/ha ( TSP 112,5 kg/ha ) dan KCL 50 kg/ha (
dicampur jadi satu ), dengan cara membuat lubang melingkari tanaman sedalam 5
cm pada jarak 3 cm dari tanaman.
8. Melakukan
penjarangan sehingga tinggal satu tanaman / lubang tanam dan penyulaman bila
ditemui tidak tumbuh, pada minggu pertama setelah tanam.
9. Menempatkan
setiap polibag pada 3 jenis kondisi pencahayaan yang berbeda ( tidak ternaungi,
sedikit ternaungi dan ternaungi penuh ).
10. Mengamati
tinggi tanaman ( cm ), jumlah cabang, jumlah daun tetrafoliat, mulai berbunga (
hst ), saat berbunga ( hst ) dan catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
11. Membuat
Grafik kurva pertumbuhan berdasarkan tinggi tanaman.
12. Pada
akhir pengamatan ( saat tanaman mulai berbunga ), cabut tanaman dengan
hati-hati dan bersihkan akar tanaman dari tanah.
13. Memotong
batang kacang tanah persis batas permukaan tanah, kemudian timbang bobot segar
akr, tajuk dan keselurhan tanaman ( g ).
14. Menghitung
rata-rata bobot segar dan kering akar, tajuk dan total tiap tanaman.
15. Melakukan
tukar data dengan kelompok lain, sehingga diperoloeh ulangan
16. Menganalisis
data dan buatlah laporan praktikum.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Praktikum
Tabel 1. Pengamatan
Pertumbuhan Jagung Manis dengan Jarak tanam 30 cm x 20 cm
|
|||||||
No
|
Hari / Tanggal
|
Tanaman
|
Variabel Pengamatan
|
Jumlah Daun
|
Jumlah
|
||
Tinggi ( Cm )
|
Diameter ( Mm )
|
Jumlah Daun
|
Rusak
|
Buah
|
|||
1
|
26-Nov-15
|
1
|
7
|
7
|
6
|
-
|
-
|
|
|
2
|
12
|
6,2
|
8
|
-
|
-
|
|
|
3
|
5
|
9
|
4
|
-
|
-
|
|
|
4
|
5
|
10
|
5
|
-
|
-
|
|
|
5
|
6,5
|
8
|
6
|
-
|
-
|
2
|
03-Des-15
|
1
|
32,5
|
20,6
|
12
|
-
|
-
|
|
|
2
|
45
|
23
|
9
|
-
|
-
|
|
|
3
|
13
|
25,4
|
7
|
-
|
-
|
|
|
4
|
13
|
21,3
|
7
|
-
|
-
|
|
|
5
|
26
|
24
|
8
|
-
|
-
|
3
|
10-Des-15
|
1
|
102
|
22,5
|
12
|
-
|
-
|
|
|
2
|
110
|
25
|
14
|
-
|
-
|
|
|
3
|
64
|
28
|
10
|
-
|
-
|
|
|
4
|
72
|
26
|
10
|
-
|
-
|
|
|
5
|
85
|
26
|
12
|
-
|
-
|
4
|
17-Des-15
|
1
|
148
|
27
|
13
|
2
|
-
|
|
|
2
|
160
|
28
|
15
|
1
|
-
|
|
|
3
|
75
|
30,2
|
11
|
2
|
-
|
|
|
4
|
86
|
28,3
|
11
|
2
|
-
|
|
|
5
|
109,5
|
27,6
|
12
|
1
|
-
|
5
|
31-Des-15
|
1
|
160
|
28,5
|
14
|
5
|
1
|
|
|
2
|
170
|
30,3
|
15
|
5
|
-
|
|
|
3
|
150
|
41,9
|
12
|
3
|
2
|
|
|
4
|
155
|
29,5
|
12
|
5
|
-
|
|
|
5
|
170
|
28
|
13
|
3
|
-
|
Acara I. Persaingan Intraspesifik
Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Tabel 2. Pengamatan Tinggi Jagung Manis dengan Jarak Tanam 30 cm x 20 cm
|
||||||||
No
|
Tanaman
|
Hari / Tanggal
|
Jumlah ( Cm )
|
Rata-Rata ( Cm )
|
||||
26-Nov-15
|
03-Des-15
|
10-Des-15
|
17-Des-15
|
31-Des-15
|
||||
1
|
1
|
7
|
32,5
|
102
|
148
|
160
|
449,5
|
89,9
|
2
|
2
|
12
|
45
|
110
|
160
|
170
|
497
|
99,4
|
3
|
3
|
5
|
13
|
64
|
75
|
150
|
307
|
61,4
|
4
|
4
|
5
|
13
|
72
|
86
|
155
|
331
|
66,2
|
5
|
5
|
6,5
|
26
|
85
|
109,5
|
170
|
397
|
79,4
|
6
|
Rata - Rata Tertinggi
|
99,4 cm
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Rata - Rata Terendah
|
61,4 cm
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 3. Pengamatan Buah Jagung Manis
dengan Jarak Tanam 30 cm x 20 cm
|
|||||
No
|
Tanaman
|
Hasil Buah
|
|||
Panjang buah
|
Diameter Buah
|
Berat Segar
|
Berat Segar
|
||
Cm
|
Mm
|
Tanpa Klobot
|
Dengan Klobot
|
||
1
|
1
|
16
|
45,80
|
110
|
120
|
2
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
3
|
15
|
35,60
|
98
|
112
|
4
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 4. Pengamatan Buah Jagung Manis
dengan Jarak Tanam 60 cm x 20 cm
|
|||||
No
|
Tanaman
|
Hasil Buah
|
|||
Panjang buah
|
Diameter Buah
|
Berat Segar
|
Berat Segar
|
||
Cm
|
Mm
|
Tanpa Klobot
|
Dengan Klobot
|
||
1
|
1
|
18
|
46,70
|
200
|
210
|
2
|
2
|
17
|
49,30
|
220
|
225
|
3
|
3
|
16
|
39
|
150
|
175
|
4
|
4
|
17
|
44,10
|
187
|
180
|
5
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 5. Pengamatan Pertumbuhan Jagung
Manis dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm
|
|||||||
No
|
Hari / Tanggal
|
Tanaman
|
Variabel Pengamatan
|
Jumlah Daun
|
Jumlah
|
||
Tinggi ( Cm )
|
Diameter ( Mm )
|
Jumlah Daun
|
Rusak
|
Buah
|
|||
1
|
26-Nov-15
|
1
|
21
|
13,3
|
9
|
-
|
-
|
|
|
2
|
20
|
15
|
9
|
-
|
-
|
|
|
3
|
16
|
7
|
10
|
-
|
-
|
|
|
4
|
16
|
6,1
|
8
|
-
|
-
|
|
|
5
|
22
|
6,3
|
9
|
-
|
-
|
2
|
03-Des-15
|
1
|
65
|
30
|
10
|
-
|
-
|
|
|
2
|
60.5
|
33,4
|
9
|
-
|
-
|
|
|
3
|
31
|
14,2
|
11
|
-
|
-
|
|
|
4
|
29
|
15
|
10
|
-
|
-
|
|
|
5
|
58
|
20,5
|
11
|
-
|
-
|
3
|
10-Des-15
|
1
|
125
|
32
|
14
|
-
|
-
|
|
|
2
|
110
|
39
|
12
|
-
|
-
|
|
|
3
|
90
|
24
|
12
|
-
|
-
|
|
|
4
|
91,4
|
21
|
11
|
-
|
-
|
|
|
5
|
130
|
24
|
13
|
-
|
-
|
4
|
17-Des-15
|
1
|
164
|
35
|
16
|
2
|
-
|
|
|
2
|
177
|
40
|
14
|
2
|
-
|
|
|
3
|
157
|
26
|
12
|
1
|
-
|
|
|
4
|
154,5
|
23
|
13
|
2
|
-
|
|
|
5
|
141
|
25
|
13
|
2
|
-
|
5
|
31-Des-15
|
1
|
166
|
36
|
16
|
3
|
1
|
|
|
2
|
180
|
40
|
14
|
4
|
2
|
|
|
3
|
183
|
26
|
13
|
6
|
3
|
|
|
4
|
169
|
24,2
|
13
|
3
|
4
|
|
|
5
|
166
|
25,7
|
13
|
4
|
-
|
Acara II. Persaingan Interspesifik
Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Tanggal
Pengamatan
|
Variable
|
Jarak
Tanam 20 x 20
|
|||||
Dengan
Penyiangan
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Rt.
|
||
26
Okt 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
8
|
8
|
12
|
8
|
7
|
8,6
|
Jumlah
Cabang
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4,2
|
|
03
Des 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
10
|
12,5
|
14,5
|
15
|
13
|
13
|
Jumlah
Cabang
|
4
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4,6
|
|
10
Des 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
20
|
20,4
|
24
|
25
|
24
|
22,6
|
Jumlah
Cabang
|
4
|
6
|
6
|
5
|
5
|
5,2
|
|
17
Des 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
28
|
36
|
26,5
|
29
|
32,4
|
30,38
|
Jumlah
Cabang
|
5
|
6
|
6
|
5
|
5
|
5,4
|
|
23
Des 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
35
|
45
|
30
|
32
|
34
|
58,6
|
Jumlah
Cabng
|
5
|
6
|
6
|
5
|
5
|
5,4
|
|
Mulai
Berbunga
|
26
November 2015
|
||||||
Bobot
(setelah 8hari dicabut)
|
50,17
|
70,2
|
29,36
|
30,40
|
49,8
|
76,64
|
|
Jumlah
Polong
|
8
|
15
|
-
|
-
|
6
|
5,8
|
Tabel
6. Pengamatan Laju pertumbuhan Tanaman Kacang tanah dengan Penyiangan
Tanggal Pengamatan
|
Variable
|
Jarak Tanam 20 x 20
|
|||||
Tanpa Penyiangan
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Rt.
|
||
26 Okt 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
8
|
11
|
7
|
9
|
6
|
8,2
|
Jumlah
Cabang
|
3
|
4
|
4
|
4
|
3
|
3,6
|
|
03 Des 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
12,2
|
13,5
|
11,5
|
11,5
|
12,2
|
12,18
|
Jumlah
Cabang
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4,2
|
|
10 Des 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
21
|
19
|
17
|
18
|
19,5
|
18,9
|
Jumlah
Cabang
|
5
|
5
|
4
|
5
|
5
|
4,8
|
|
17 Des 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
26,4
|
25
|
25,5
|
24,5
|
28
|
25,88
|
Jumlah
Cabang
|
5
|
5
|
4
|
5
|
5
|
4,8
|
|
23 Des 2015
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
32
|
28,5
|
33,5
|
31
|
33
|
31,6
|
Jumlah
Cabng
|
5
|
5
|
4
|
5
|
5
|
4,8
|
|
Mulai
Berbunga
|
26
Desember 2015
|
||||||
Bobot
Basah (setelah 8hari dioven)
|
29,8
|
36,5
|
21,2
|
18,3
|
43,21
|
29,80
|
|
Jumlah
Polong
|
2
|
5
|
-
|
-
|
4
|
2,2
|
Tabel
7 . Pengamatan Laju pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah Tanpa Penyiangan
Acara III. Pengaruh Kondisi
Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
Setelah melakukan percobaan tersebut maka diperoleh hasil pengamatan
sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil Pengamatan Pengaruh Kondisi Pencahayaan Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kacang Tanah
Tanggal
Pengamatan
|
Variabel
|
Perlakuan
|
|||||||||||
Tidak Ternaungi
|
Setengah Ternaungi
|
Ternaungi
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
Rt
|
1
|
2
|
3
|
Rt
|
1
|
2
|
3
|
Rt
|
||
22 Oktober 2015
|
Tinggi tan. (cm)
|
2
|
4
|
2
|
2,6
|
12
|
13
|
12
|
12,3
|
18
|
20
|
16
|
18
|
Jumlah cabang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Mulai berbunga (hr)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
29 Oktober 2015
|
Tinggi tan. (cm)
|
3
|
4,9
|
3,5
|
3,8
|
15
|
17
|
13
|
15
|
22
|
21,5
|
25
|
22,8
|
Jumlah cabang
|
3
|
4
|
3
|
3,3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
|
Mulai berbunga (hr)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 November 2015
|
Tinggi tan. (cm)
|
5
|
7
|
4,5
|
5,5
|
17,5
|
19,5
|
15
|
17,3
|
30
|
25
|
28
|
27,6
|
Jumlah cabang
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
4
|
4,3
|
-
|
-
|
2
|
-
|
|
Mulai berbunga (hr)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
13 November 2015
|
Bobot basah tan. (g)
|
16,4
|
21,3
|
29,7
|
22,47
|
37,3
|
36,8
|
40,4
|
38,16
|
12,6
|
6,4
|
13,1
|
10,7
|
Bobot kering tan. (g)
|
6,6
|
7,4
|
8,7
|
7,56
|
9,3
|
9,06
|
9,05
|
9,13
|
6,0
|
6,0
|
5,08
|
5,69
|
|
4,3
|
6,3
|
6,7
|
5,76
|
6,7
|
7,02
|
6,9
|
6,87
|
4,01
|
4,9
|
3,4
|
4,10
|
B. Pembahasan
Acara I. Persaingan Intraspesifik
Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Pada
praktikum yang kelompok kami lakukan (Praktikum Ekologi Tanaman).Dapat kami
jelaskan sbb.Dengan benih yang kami
gunakan adalah jagung manis,tentu hal ini menjadi suatu tantangan buat
kami.Dikerenakan jenis tanah yang kami tanami jagung ini ialah jenis tanah
lempung,yang kita ketahui jenis tanah ini butuh perawatan yang cukup
ekstra.Dikerenakan tanah jenis ini kebayakan air bisah berakibat busuk pada
benih dan jika kekurangan air akan membuat benih susah untuk tumbuh.Hal ini di
sebapkan oleh mengerasnya permukaan tanah akibat sifat tanah nya sendiri dan
pengaruh lingkungan salah satunya cahaya matahari.Pada praktikum kali ini,kami
membuat dua jenis perlakuan.Dua perlakuan yang kami gunakan tentu demi
memudahkan kami membanding hasil nya.
Perlakuan
yang kami gunakan ialah memodifikasi jarak tanam pada satu jenis tanaman yaitu
jagung manis.Disini kami membuat dua bedengan yang berukuran samah.Pada kedua
bedeng tersebut kami tanami benih jagung manis yang jerak tanamnya
berbeda.Untuk bedeng pertama,kami membuat jarak tanam tiap-tiap beninya 30 cm x
20 cm.Pada bedengan yang ke dua kami membuat jarak tanam yang berbeda dari
bedengan pertama.Benih yang sama kami membuat jarak tanam yang berbeda dengan
bedengan pertama, 60 cm x 20 cm.Pada bedengan yang pertama tentunya jarak tanamnya
sangat dekat jika di bandingkan dengan bedeng yang ke dua.Pada bedengan pertama
dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm dapat kami ketahui setelah 5 hari sampai 6
hari.Artinya pertumbuhan jagung dengan waktu idealnya berkisar 5 sampai 6 hari
( tergantung curah hujan ).Jika cura hujannya stabil pertumbuhan jagung
tentunya lebih cepat.Semingu kemudian jagung pada bedengan pertama dapat
dilihat secara fisik pertumbuhannya lebih lambat dari bedeng kedua.Tentu hal
ini dapat kami lihat dari luasan daun,tinggi tanaman,jumlah daun dan diameter
batang.Pada bedengan pertama,jagung terlihat tidak terlalu hijau jika di
bandingkan dengan bedengan ke dua,luasan daun juga lebih besar pada bedengan ke
dua dan pada tingginya sangat terlihat jelas lebih terlihat tanaman jagung pada
bedeng ke 2 dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm lebih mengungguli tanaman pada
bedeng pertama.Peristiwa yang terlihat dari fisik tanaman dengan kasat mata
ini,tentunya akibat kompetisi atau persaingan antara tanaman yang satu dan yang
lainnya dalam satu bedeng dengan dua perlakuan yang berbeda.Kejadian pada tanaman ini tentu ada kaitan erat dengan
asupan atau unsur hara yang di peroleh tiap - tiap tanaman dengan dua perlakuan
tersebut.Disini kami baru mengetahui,bahwa pengaturan jarak tanam berpengaruh besar dengan hasil dari tanamn (
jagung manis ).
Hal
tersebut kami ketahui sesaat setelah melakukan pengamatan di lapangan.Pada
perlakuan pertama dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm hasilnya bisah dikatakan
tidak lebih dari jarak tanam 60 cm x 20 cm,tentu hal ini kami ketahui setelah
membandingkan hasil dari kedua bedeng pada kedua perlakuan sesaat setelah
pemanenan.Dengan hasil yang demikin dapat kami katakan bahwa,berbedanya hasil
pada tanaman kami di kerenakan pengaturan jarak tanam sehingga tanaman dikedua bedengan
tersebut mengalami interaksi negatif atau dengan kata lain persaingan /
kompetisi.Kompetisi yang dimaksutkan ialah dalam hal mendapatkan segalah macam
nutrisi dari dalam tanah ( unsur hara ).Hal tersebut dapat kami ketahui dari
kondisi fisik buah jagung.
Pada
bedeng pertama dengan lima sempel yang kami tandai,terlihat buah jagung tidak
terisi penuh oleh biji jagung.Hal lain yang dapat di bedakan dari fisik ialah
tongkol jagung.Tongkol jagung tidak terlalu besar.Kedua hal tersebut tentu di
pengaruhi oleh kemampuan tiap-tiap tanaman yang mempunyai dayah serap / suplai
unsur haranya tidak lebih dominan dari tanaman lainnya pada satu bedeng.Unsur
hara yang di serap terbagi dengan tanaman yang lainnya,sehingga dapat di bilang
bahwa saling berebut makanan akibat jarak tanam yang terlalu dekat.Akibatnya
tanama yang kalah saing sangat terlihat pada kondisi tubuh dan
hasilnya.Dibedeng kedua dapat dikatakan hasilnya lebih bagus.Hal ini
dikerenakan,pada bedeng kedua kurang adanya persaingan atau kompetisi antara
tanaman. Sebap jarak tanam yang ideal pada bedeng yang jarak tanamnya 60 cm x
20 cm membuat tanaman leluasa menyerap unsur hara dengan ukuran asupan secara
alamia.Tetapi pada bedengan ini kami temukan buah jagung yang bijinya mengalami
pembesaran secara alami.Setelah kami amati,ternyata hal tersebut adalah akibat
dari kurangnya melakukan penyiraman sehingga tongkol jagung tidak terisi penuh
dan biji jagung bisah dibilang tidak normal,dikerenakan mengalami
perbesaran.Jadi dapat saya tekankan.Dalam perlakuan ini tidak hanya jarak tanam
yang berpengaruh terhadap kualitas hasil.Namun faktor cuaca terkait suplai air
juga dapat berpengaruh terhadap hasil tanaman.
Acara II. Persaingan Interspesifik
Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Kompetisi
interspesifik adalah persaingan yang terjadi antara individu dari jenis yang
berbeda. Pada dasarnya persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan tidak secara
fisik. Dalam percobaan ini praktikan mempelajari kompetisi interspesifik secara
langsung diantara dua jenis tumbuhan yang berbeda yaitu kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan gulma pada
suatu wilayah (dengan jarak tanam 20x20). Persaingan ini terjadi dikarenakan
individu-individu tersebut mempunyai kebutuhan yang sama terhadap faktor-faktor
tertentu yang tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam lingkungannya
seperti cahaya, oksigen, air dan lain-lain. Akibat dari persaingan ini kedua
belah pihak akan saling mempengaruhi laju pertumbuhannya.
Dalam
praktikum ini, penanaman kacang tanah dimulai pada 29 oktober 2015 pada dua
bedengan dimana satu bedengan dengan penyiangan, dan satu lagi tanpa
penyiangan. Jarak tanam kacang tanah yaitu 20x20 cm. Setelah selang waktu satu
bulan baru dimulai pengamatan. Pengamatan
dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman kacang tanah secara berkala yaitu 1 kali seminggu. Data yang didapat
dicatat dan disusun berdasarkan per minggu hingga waktu panen tiba yaitu
setelah sekitar satu bulan. Pada tanggal 26 November 2015 tanaman
kacang tanah sudah mulai berbunga pada kedua bedengan. Pada
tanggal 23 desember 2015 dilakukan pengamatan terakhir. Setelah pengamatan
terakhir tanaman kacang tanah dipanen kemudian di oven untuk mencari bobot
basahnya. Namun masalahnya pada saat
pengovenan terjadi penundaan waktu oven yang disebabkan karena terbatasnya alat
oven sehingga tanaman bisa dioven 8 hari setelah dicabut.
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa adanya perbedaan-
perbedaan antara tanaman kacang dengan penyiangan dan tanpa penyiangan.
Perbedaan tersebut meliputi tinggi tanman, jumlah cabang, polong serta bobot
segar tanaman.Tinggi tanaman kacang tanah dengan penyiangan memiliki rata-rata
tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan
tinggi tanaman kacang tanah tanpa penyiangan. Persaingan diantara tumbuhan ini
secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah,
sistem-sistem ini akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan. Dan
karena mereka tidak bergerak, maka ruang menjadi faktor penting, di atas tanah,
tumbuhan yang lebih tinggi menguasai sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih
rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban serta aliran udara pada permukaan
tanah (Michael, 1994).
Perbedaan
hasil pengamatan yang terjadi pada tanaman kacang tanah dengan penyiangan dan yang tanpa penyiangan terjadi disebabkan
karena faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi antar tumbuhan dan berasal
dari faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya yaitu kemampuan biji
atau tumbuhan tersebut untuk bertahan hidup berdampingan dengan tumbuhan
lain.Faktor eksternal yang menjadi perebutan antar tanaman diantaranya
intensitas cahaya, unsure hara, suhu, air, oksigen , dan karbondioksida. Selain
faktor yang menjadi perebutan, ada juga faktor yang mempengaruhi keadaan
fisiologis pertumbuhan tanaman diantaranya kondisi tanah, kelembaban tanah,
udara,angin, dan gangguan dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat juga
dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan fisiologis
Melalui
praktikum persaingan interspesifik ini,
dapat diketahui bahwa tanaman kacang tanah dengan penyiangan memiliki
hasil yang lebih baik pada tinggi, jumlah cabang, polong, serta bobot basah
dibanding dengan kacang tanah yang tanpa
penyiangan. Bahkan pada tanaman kacang tanah tanpa penyiangan terdapat dua
tanaman kacang tanah yang mati. Semual hal tersebut terjadi karena kompetisi-kompetisi
yang terjadi pada tanaman kacang tanah dengan gulma. Kompetisi-kompetisi
tersebut antaralain:
1. Kompetisi di Atas Permukaan Tanah
a. Kompetisi
Cahaya
Kemampuan penyerapan cahaya akan berbeda untuk setiap
jenis tumbuhan dan hal tersebut juga dipengaruhi oleh besarnya cahaya yang
diterima. Variasi cahaya mempengaruhi kompetisi, namun pengaruhnya tidak
berarti jika dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh perbedaan
morfologis dari tumbuhan tersebut
(Sastroutomo, 1990). Cahaya berpengaruh terhadap
berlangsungnya laju fotosintesis, dengan laju fotosintesis yang tinggi karena
pasokan cahaya yang terserap banyak maka akan menghasilkan bahan materi bagi
pertumbuhan tanaman secara maksimal.
b.
Kompetisi CO2
Kompetisi
akan CO2 dapat terjadi meskipun pada umumnya di alam kompetisi ini
jarang sekali terjadi. Daun tumbuhan dengan cara fiksasi C3 akan menjadi cepat jenuh pada
intensitas cahaya yang relative lebih rendah dibandingkan dengan jenis C4. Tanaman jenis C4
akan menggunakan air yang lebih efisien dibandingakan dengan jenis C3
dan hal tersebut membutnya lebih kompetitif dibandingkan dengan tanaman C3 (Sastroutomo, 1990).
2. Kompetisi di Bawah Tanah
a. Kompetisi Air
Tumbuhan yang mempunyai kebutuhan air yang rendah merupakan tumbuhan
yang mampu memanfaatkan air secara efisien (g CO2 yang diikat /g
air yang sisanya sebesar 97—99% yang masuk ke dalam tumbuhan akan hilang
melalui penguapan). Waktu dan jarak perakaran, keduanya merupakan faktor
terpenting dalam kompetisi air. Sifat tumbuhan yang mempengaruhi kemampuan
penyerapannya akan air adalah panjang akar dan luas enyebaranakar, daya toleransi
terhadap kekurangan air dan kemampuannya untuk mengawal air melalui transpirasi.
setiap jenis tumbuhan
mempunyai respons yang berbeda terhadap kompetisi air. Tumbuhan yang mempunyai
kemampuan yang tinggi diduga akan lebih berhasil pada kondisi yang terbatas (Sastroutomo, 1990).
b.
Kompetisi Hara
Hara merupakan faktor yang paling penting dalam persaingan antara gulma dan
tanaman budidaya. Sejauh mana persaingan atau kompetisi berlaku adalah sagat
bergantung pada banyaknya unsure hara yang tersedia di dalam tanah dan jumlah
tumbuha yang terlibat. Unsur hara yang diperlukan dalam dalam jumlah yang bayak
adalah karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur, kalsium, dan
magnesium. Unsure-unsur ini menjadi bahan dasar pembentuk protoplasma, selaput,
dan dinding sel. Ketiadaaan salah satu unsur dapat menghambat pertumbuhan
tanaman (Sastroutomo, 1990).
c. Kompetisi
Oksigen
Ada beberapa keadaan dimana
kekurangan suplai oksigen dapat menghambat pertumbuhan. Contohnya, oksigen
dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan pada daerah-daerah dengan tanah yang
sangat basah dan sering tergenang. Tetapi tidak ada satupun penelitian yang
menunjukkan bahwa kompetisi antartumbuhan dapat terjadi pada keadaan seperti
ini. Pada segala keadaan umum di dalam tanah, kandungan oksigen yang tersedia
bagi perakaran adalah senantiasa mencukupi untuk terjadinya respirasi.
3.
Interaksi
Faktor-faktor Pertumbuhan dalam Kompetisi
a. Interaksi Cahaya dan Nitrogen
Kompetisi
cahaya menyebabkan penurunan jumlah dan berat akar yang lebih besar daripada
daun. gulma semusim sudah beradaptasi pada keadaan dengan N yang kurang, maka
pertumbuhannya relative lebih baik dibandingkan dengan tanaman pangannya dalam
keadaan dengan N yang terbatas. Gulma
akan kelihatan lebih efektif dalam kecepatan maupun jumlah penyerapan haranya
dalam keadaan dengan N yang berlebihan.
Kehadiran gulma pada
pertanaman kacang tanah
merupakan salah satu
penyebab rendahnya hasil kacang
tanah. Pengaruh gulma
terhadap tanaman dapat
terjadi secara langsung yaitu
dalam hal bersaing
untuk mendapatkan unsur
hara, air, cahaya
dan ruang tumbuh.
Secara tidak langsung
sejumlah gulma merupakan inang
dari hama dan
penyakit. Gulma yang dibiarkan
tumbuh pada tanaman kacang tanah
dapat menurunkan hasil sampai
dengan 47% (Moenandir
dalam Murrine, Tanpa Tahun).
b. Interaksi
Hormon dan Faktor Pertumbuhan
Gangguan
yang ditimbulkan oleh gulma terhadap cahaya dapat mempengaruhi produksi,
penyebaran, dan kesan yang ditimbulkan oleh satu atau lebih lebih hormon tumbuh
yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil panenan. Gangguan ini dapat memberikan
pengaruh yang lama pada tumbuh-tumbuhan dan secara makro peranannya cukup
penting dan setaraf dengan kompetisi akan air, hara, dan cahaya.
Pengaruh
jumlah gulma yang paling penting diketahui bahwa gulma dalam jumlah yang
sedikit dapat menurunkan hasil panen. Pengaruh yang dijelaskan ini disebabkan oleh adanya plastisitasi bentuk morfologi tumbuhan
baik pada gulma maupun tanaman budidayanya. Dengan semakin meningkatnya jumlah
gulma per satuan luas maka semkin menurun ukuran memasing individu, yang dapat
dinyatakan dengan berkurangnya jumlah anakan, percabangan , jumlah daun dan
ukuran dan system perakaran. Dengan kata lain terdapat hubungan mengenai
indiviu gulma yang dapat ditolerir oleh tanaman budidayanya. Jumlah individu
gulma maximum yang dapat ditolerir oleh tanaman pangan tanpa menyebabkan
penurunan hasil disebut nilai ambang kompetensi
(Sastroutomo, 1990).
Acara III. Pengaruh Kondisi
Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
Tipe perkecambahan biji kacang tanah adalah perkecambahan epigeal, karena
terjadi pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula dan
kotiledon terdorong ke permukaan tanah, serta kotiledon berada di atas tanah. Cahaya merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi proses perkecambahan pada tumbuhan. Setiap tumbuhan membutuhkan
intensitas cahaya yang berbeda-beda. Sesuai dengan karakteristik masing-masing
tanaman dan habitatnya. Akan tetapi pada umumnya akan membutuhkan pencahayaan
yang optimal untuk melakukan fotosintesis sebagai penyedia makanan bagi
pertumbuhan tanaman tersebut. Pada tanaman kacang tanah membutuhkan
intensitas cahaya yang cukup tinggi untuk pertumbuhannya agar dapat tumbuh
optimal. Diantaranya adalah kelembapan udara untuk tanaman kacang tanah
berkisar antara 65-75 % dan penyinaran sinar matahari secara penuh amat
dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan
besarnya kacang.
Pada praktikum ini menggunakan kacang tanah untuk mengetahui pengaruh
intensitas cahaya terhadap pertumbuhan kacang tanah. Pada pertumbuhan kacang
tanah setelah berkecambah, kondisi yang memungkinkan untuk tumbuh normal yaitu
pada tanaman yang diberi perlakuan tanpa naungan atau pencahayaan penuh. Tanaman kacang tanah yang diletakkan di tempat yang terang
tumbuh lebih pendek karena umumnya cahaya dapat menguraikan auksin (hormon
pertumbuhan). Peristiwa ini terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon
auksin. Hormon auksin ini akan terurai dan rusak sehingga laju
pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Tanaman yang ditempatkan
di tempat terang arah tumbuhnya ke arah matahari (tegak lurus) sedangkan
tanaman yang ditempatkan di tempat gelap batangnya menjadi bengkok karena menuju
sinar matahari.
Pada tempat yang gelap, kacang tanah tidak mendapatkan cahaya
matahari sama sekali, akibatnya hormon auksin yang terdapat pada biji
kacang tanah menjadi sangat aktif dan bekerja secara optimal. Hal
itu menyebabkan pertumbuhan kacang tanah menjadi sangat cepat
namun kurang merata. Sehingga batangnya lemah dan warnaya
kekuning – kuningan. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang
jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang
sehat, akar yang banyak dan lebat, batang terlihat kurus tidak
sehat (lemah), warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil
sehingga daun berwarna kekuningan. Peristiwa ini disebut etiolasi.
Pada tempat yang setengah pencahayaan, pertumbuhan kacang tanah terlihat tumbuh
dengan optimal. Karena tanaman (kacang tanah)
yang diletakkan di tempat yang gelap akan tumbuh lebih panjang atau tinggi
daripada tanaman kacang tanah yang diletakkan di tempat yang terang, akan
tetapi kondisi tanamann akan nampak sehat pada tanaman yang mendapatkan sinar
matahari secara menyeluruh atau dengan setengah naungan maupun tanpa naungan.
Pada tempat yang terang, kacang kacang tanah mendapat cahaya
dengan intensitas yang sangat besar, akibatnya pertumbuhan kacang tanah
akan lambat, karena sebagian besar hormon auksin terurai oleh sinar
matahari. Akibatnya, pertumbuhan kacang tanah ditempat gelap
cenderung bengkok, batang tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi
fisik tanaman yang sehat, subur, batang terlihat gemuk dan kuat, daun terlihat
segar dan berwarna hijau karena mendapatkan cahaya yang cukup untuk
fotosintesis serta memiliki cukup klorofil.
Dilihat dari kualitas tanaman dengan melihat bobot kering
tanaman bahwa pertumbuhan tanaman yang berada pada tempat yang ternaungi memiliki
bobot kering paling rendah yaitu rata-rata
yang artinya bahwa tanman yang tumbuh dengan kondisi pencahayaan kurang
memiliki kualitas tanaman yang kurang baik. Tanaman kacang tanah yang
diletakkan di tempat yang gelap, meski tumbuhnya lebih tinggi, tetapi dengan
kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, batang terlihat kurus tidak sehat,
warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna
kuning. Sedangkan pada tanaman yang tumbuh pada kondisi pencahayaan
berlebihan juga akan nmerusak hormon-hormon pertumbuhan diantaranya adalah
auksin yang akan mengakibatkan tanaman juga kurang optimal dalam
pertumbuhannya, sehingga bobot kering yang didapat dari tanaman tersebut lebih
rendah dari tanaman yang diperlakukan pada tempat dimana pencahayaan dibutuhkan
tanaman maka dapat memenuhi kebutuhan tanaman yaitu pada tempat setengah
naungan. Pada tanaman yang diletakkan pada tempat yang kadang ada cahaya dan
terkadang cahaya kurang atau setengah ternaungi memiliki bobot kering paling
banyak. Tanaman kacang tanah yang diletakkan di tempat yang terang, meskipun
tumbuhnya lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, subur,
batang terlihat gemuk, daun terlihat segar dan berwarna hijau serta memiliki
cukup klorofil. Itu berarti kacang tanah dapat tumbuh optimal pada kondisi
pencahayaan setengah naungan dimana cahaya tidak terlalu panas akan tetapi
dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis.
V.
KESIMPULAN
Acara I. Persaingan Intraspesifik
Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Dari
praktikum yang kami lakukan dapat kami simpulkan adalah sebagai berikut :
1.
Semakin dekat jarak tanam maka pertumbuhan
akan semakin cepat karena persaingan akan semakin besar dan bagian bawah
ternaungi oleh daun bagian atas, sehingga menyebabkan tanaman harus mencari
sumber cahaya yang lebih dengan cara kebagian atas.
2.
Semakin jauh jarak tanam makan berpengaruh
pada pertumbuan yaitu tinggi tanaman lebih rendah dari jarak tanam yang sempit.
( 20cm x 30cm ). Karena persaingan lebih rendah namun diameter batang lebih
besar dibanding tanaman jagung dengan jarak tanam 20cm x 30cm.
3.
Jarak tanam yang ideal adalah dimana
pertumbuhan di iringi dengan pertumbuhan diameter yang seimbang dengan tinggi
tanaman.
4.
Jumlah buah dengan perlakuan jarak tanam
20cm x 30cm lebih banyak namun diameter tongkol lebih kecil dibanding buah
dengan jarak tanam 20cm x 60cm.
5.
Terdapat pertumbuhan biji buah jagung yang
tidak biasa atau berlebihan di karenakan kekurangan air.
Acara II. Persaingan Interspesifik
Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Dari
pelaksanaan praktikum persaingan interspesifik ini maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1.
Kompetisi merupakan faktor pembatas
abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ada dua macam kompetisi,
yaitu kompetisi interspesifik (Kompetisi antara dua individu atau lebih yang
berbeda spesies) dan intraspesifik (Kompetisi antar dua individu atau lebih
yang sama spesies)
2.
Tanaman kacang tanah dengan penyiangan
memiliki hasil baik pada tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, serta
bobot segar yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman kacang tanah tanpa
penyiangan.
3. Perbedaan-perbedaan
yang terjadi pada tanaman kacang tanah yang disiangi dengan yang tidak terjadi
disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi antar tumbuhan
dapat berasal dari faktor internal dan eksternl.
4. Adanya Parameter kompetisi meliputi sesuatu yang terdapat di dalam ruang,
seperti hara, air, cahaya, CO2, dan O2. Kompetisi di atas
permukaan tanah meliputi kompetisi cahaya dan kompetisi CO2.
Sedangkan kompetisi di bawah tanah meliputi kompetisi air, kompetisi zat hara,
dan kompetisi oksigen.
Acara III. Pengaruh Kondisi
Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
1.
Kondisi pencahayaan akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman baik dari perkecambahann maupun setelah muncul plumulanya
atau bakal tunas. Selain kondisi pencahayaan pertumbuhan tanman juga
dipengaruhi oleh kelembaban udara sebagai pendukung pertumbuhan.
2.
Cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Tanaman yang berada di tempat gelap, akan tumbuh lebih
cepat daripada tanaman yang berada di tempat yang terang. Karena di tempat
gelap, tanaman tidak mendapatkan cahaya matahari sehingga hormon auksin (hormon
pertumbuhan) yang terdapat pada biji bekerja secara optimal. Sedangkan di
tempat terang, tanaman mendapatkan cahaya matahari sehingga hormon auksin (hormon
pertumbuhan) terurai.
3.
Tanaman yang ditempatkan di tempat terang
arah tumbuhnya ke arah matahari (tegak lurus) sedangkan tanaman yang
ditempatkan di tempat gelap batangnya menjadi bengkok karena menuju sinar
matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Wiley
and Sons, New York. 485 pp.
Chambell and R. Mitchel. 1987.
Biology 5th Ed. Addison Wesley Longman, Inc ; USA.
Djuffi.2006. Penentuan pola
distribusi, asosiasi dan interaksi apesies tumbuhan khususnya padang rumput di Taman Nasional
Baluran Jawa Timur. Jurnal of Biological Divercity
3:181.
Elfidasari, D. 2007 Jenis-jenis
intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis kuntul pada saat mencari makan di sekitar Cagar Alam
Pulau Dua Serang, Propinsi Banten. Jurnal Biodiversitas
8:266-29.
Hasanuddin, Erida, Gina., dan
Safmaneli. 2012. Pengaruh Persaingan Gulma Synedrella
nodiflora L. Gaertn pada Berbagai Densitas terhadap Pertumbuhan Hasil
Kedelai. Agrista, 16 (3) : 146—152.
Makmur.
A., 1988. Pengantar Pemulian Tanaman.
Bina Aksara, Jakarta.
Marzuki, R. 2007. Bertanam
Kacang Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Murrinie, Endang Dewi. Tanpa
Tahun. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma
pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda. (Online) (http://eprints.umk.ac.id/118/1/ANALISIS_PERTUMBUHAN_TANAMAN_KACANG_TANAH.pdf), diakses 16 Februari 2015.
Nasir, M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetik Tanaman. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Nurwidada,
1998. Bertanam Kacang Tanah.
Yogyakarta.
Odum, P.E. 1983. Basic Ecology.
Saunders Collage Publishing, United States of America.
Pranasari, R.A. , Nurhidayati, T dan Durwani, K.L.
2012. Persaingan tanaman jagung (Zea mays)
dan rumput teki (Cyperus rorundus)
pada pengaruh tekanan garam (NaCl). Jurnal Sains dan Seni ITS 1:235
Rahmadi,
M., N. Hermiati, A. Baihaki dan R. Setiamihardja, 1990. Varian Genetik dan Heritabilitas Komponen Hasil dan Galur Harapan.
Rezky Nuradi. 2014. http://www.academia.edu/11603754/Laporan_Penelitian_Kacang_Tanah_dan_Padi_by.RN. Diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pada pukul 13.00 WIB.
Sastroutomo,
Soetikno S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Sitompul, S. M., dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadja Mada
University Press, Yogyakarta.
Soemaatmadja, S., 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I.
Editor Maesen, L. J. V. Grafindo Pustaka Utama, Jakarta.
Suhaeni,
2007. Menanam Kacang Tanah. Penerbit
Nuansa. Bandung.
Sutopo,
L., 1998. Teknologi Benih. Raja
Gafindo Persada, Jakarta.
Tjokrowardojo,
Agus Sudiman dan Djauhariya, Endjo. Tanpa tahun. Gulma danm Pengendaliannya pada Budidaya Tanaman Nilam. (Online), (http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/publikasi/monograph/nilam/GULMA%20DAN%20PENGENDALIANNYA%20PADA%20BUDIDAYA.pdf) , diakses pada 16 Februari 2015.
Umi Arsih. 2012. https://umiarsih.wordpress.com/2013/01/18/acara-iii-pengaruh-kondisi-pencahayaan-pada-pertumbuhan-tanaman/. Diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pada pukul 15.00 WIB.
Weafer, T.E and Frederic,
E.Clements.1938. Plant Ecology. 2th Edition MC.Grow –hill Book
Company, New York.
Zuchri, A. 2007. Optimalisas hasil
tanaman kacang tanah dan jagung dalam tumpangsari melalui pengaturan baris
tanam dan pemrosesan daun jagung. Embryo 4:156-163.
LAMPIRAN ACARA I
Gambar 1. Buah
jagung dengan perlakuan jarak tanam 20cm x 60cm
Gambar 2.
Pengupasan dan pengukuran buah jagung
Gambar 3.
Pengambilan data pengukuran buah jagung dengan perlakuan jarak tanam 20cm x
60cm
Gambar 4 .
Perbandingan Buah Jagung dengan perlakuan jarak tanam 30cm x 20cm
Gambar 5.
Pertumbuhan yang berlebihan pada biji jagung
LAMPIRAN ACARA II
Gambar
6. Pengamatan tanaman kacang tanah
Gambar
7. Tanaman Kacang Tanah Mulai Berbunga
Gambar
8. Dua Tanaman Kacang Tanah mati pada
Bedengan Tanpa Penyiangan
Gambar
9. Jumlah polong pada Tanaman Dengan
Penyiangan
Lebih Banyak Dibanding Dengan Tanpa Penyiangan
Gambar
10. Tanaman Kacang Tanah Dengan Penyiangan
Gambar
11. Tanaman Kacang Tanah Tanpa Penyiangan
LAMPIRAN ACARA III
Gambar 12. Tanaman
Kacang Tanah dengan perlakuan setengah Pencahayaan
Gambar 13. Tanaman
Kacang Tanah dengan Perlakuan Pencahayaan Penuh
Gambar 14. Tanaman
Kacang Tanah dengan Perlakuan Tanpa Pencahayaan penuh
Gambar 15. Pengukuran
Kacang tanah dengan perlakuan Pencahayaan Penuh
Gambar 16.
Perbandingan Pertumbuhan dari ketiga Perlakuan pencahayaan
Gambar 17.
Menunjukan adanya Bintil akar yang tumbuh di bagian perakaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar