Selasa, 26 Januari 2016

Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Acara Persaingan Intraspesifik,Interspesifik dan Pencahayaan

I.            PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Acara I. Persaingan Intraspesifik Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Organisme hidup di dalam suatu ekosistem yang didalamnya saling berinteraksi antar satu spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti kompetisi. Kompetisi  tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar tumbuhan, di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik inter maupun intraspesies. Penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan tanaman. Mengingat pentingnya mengengetahui jarak tanaman ideal untuk pertumbuhan tanaman, maka dilakukan penelitian tentang kompetisi yang terjadi pada tanaman yang sejenis maupun berbedaspesies.
Kacang Tanah dan Jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air  dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Oleh karena itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan kacang Tanah dan jagung sesuai dengan perlakuan pada praktikum.
Acara II. Persaingan Interspesifik Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Telah diketahui bahwa gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya dapat menimbulkan gangguan terhadap tanaman budidaya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk memperoleh cahaya, air, dan nutrisi (Moenandir dalam Hasanuddin et al., 2012). Derajat persaingan antara gulma dan tanaman tergantung pada densitas gulma jenis gulma, varietas tanaman dan tingkat pemupukan. Spesies yang berbeda mempunyai kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik morfologi dan fisiologi yang berbeda sedangkan densitas gulma berpengaruh pada penurunan hasil tanaman, yaitu semakin tinggi densitas maka hasil tanaman semakin menurun (Tjitrosoedirdo et al. dalam Hasanuddin et al., 2012).
Gulma mampu bersaing efektif selama jangka waktu kira-kira 1/4 - 1/3 dari umur tanaman semusim (annual crops) sejak awal pertumbuhannya. Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi tanaman di lahan kering, terutama tanaman semusim (pangan dan sayuran). Pada budidaya tanaman di lahan kering beberapa spesies gulma seperti Imperata cylindrica (alang-alang), Cynodon dactylon (grinting), Borreria alata, Ageratum conyzoides (babandotan), Synedrella nodiflora (jontang kuda), Cyperus rotundus (teki berumbi) mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, berkembang biak dengan biji maupun stolon/rimpang, toleran terhadap kekeringan dan mampu menghambat perkecambahan biji maupun pertumbuhan awal tanaman yang dibudidayakan (Tjokrowardojo dan Djauhariya, tanpa tahun).
Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya. Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. (Indriyanto,2006).
Dalam sistem budidaya tanaman, terjadinya kompetisi inter maupun intra spesifik antar tanaman sangatlah diperhatikan dalam mengatur proses penanaman. Pengaturan jarak tanam yang tepat dapat dijadikan solusi dalam proses penanaman. Pengaturan jarak tanam yang sesuai maka akan menekan kompetisi yang keras antar tanaman, terlebih pada penanaman dengan spesies yang sama. Selain itu, dengan jarak tanam yang sesuai unsur hara yang terserap oleh tanaman akan seimbang, jadi hasil yang didapatkan akan seragam.
Oleh karena itu, dalam memahami mengenai kerugian yang timbulkan oleh gulma terhadap tanaman budidaya, perlu dilakukan kajian yang berkaitan dengan kompetisi antara gulma dengan tanaman budidaya. Sehingga, setelah diperoleh pengetahuan mengenai kompetisi tersebut, dapat dilakukan usaha untuk mengurangi terjadinya kerugian produksi tanaman budidaya yang disebabkan oleh gulma.
Acara III. Pengaruh Kondisi Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
B.     Tujuan Praktikum
Adapun Tujuan dari Praktikum Ekologi Tanaman Acara I,II dan III adalah sebagai berikut :
1.      Memahami persaingan intraspesifik dengan mempelajari pengaruh jarak tanaman ( Jagung Manis ) terhadap laju pertumbuhan tanaman.
2.      Memahami persaingan interspesifik dengan mempelajari pertumbuhan tanaman Kacang Tanah pada kondisi persaingan dengan gulma.
3.      Mempelajari pertumbuhan tanaman ( Kacang Tanah ) pada kondisi pencahyaan yang berbeda ( tidak ternaungi, sedikit ternaungi dan ternaungi penuh ).
4.      Mengetahui dan mempelajari pertumbuhan kacang tanah pada kondisi pencahayaan yang berbeda (tidak ternaungi, setengah ternaungi, dan ternaungi)
5.      Mengamati perbedaan pertumbuhan perkecambahan kacang tanah di tempat yang tidak ternaungi, setengah ternaungi, dan ternaungi.
II.                TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat  pada penampilan tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan,2007).
B.     Hubungan atau interaksi sesama tanaman
Dalam usaha mengkomposisikan jenis-jenis tanaman misalnya untuk keperluan estetika, perlu diketahui bahwa hubungan sesama tanaman tertentu memerlukan bantuan tanaman tertentu pula, misalnya untuk perlindungan. Tumbuh-tumbuhan dapat mengahasilkan zat-zat yang dapat merangsang atau meracuni jenis tumbuhan lain. Senyawa-senyawa ini dapat meracuni biji-biji tanaman yang ada disekitarnya (Irwan,2007).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan  sesama tanaman  yaitu:
1.      Adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut juga alelospoli.
2.      Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebutallelopati.
3.      Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dap[at mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan,2007).
C.     Kompetisi
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. 
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton,1990).
Secara teoritis ,apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam,salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi , spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles ) .
Penyebab utama kompetisi adalah diantara tanaman dari spesies yang sama. Akibat dari kompetisi ini terlihat pada perbedaan tinggi batang, jumlah daun, dan diameter lateral akar. Akibat dari kompetisi ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter maupun dalam kemampuan untuk memproduksi buah. Tidak seperti tanaman yang berbeda spesies, tanaman yang sama spesiesnya memiliki kebutuhan yang sama antara yang satu dengan yang lain. Mereka tidak dapat dengan mudah mengatur kebutuhan mereka sendiri dari kebutuhan tanaman yang lain sesama spesies (Weafer,2005).
Kompetisi terjadi jika salah satu dari 2 atau lebih organisme yang hidup bersama-sama membutuhkan faktor lingkungan yang sangat terbatas jumlahnya dan tidak mencukupi bagi kebutuhan bersama. Dalam keadaan seperti ini organisme akan berinteraksi ataupun melakukan adaptasi khusus untuk mengurangi persaingan. Misalnya spesies dengan perakaran dangkal mampu berdampingan dengan spesies berakar dalam karena masing-masing menyerap unsur pertumbuhan di kedalaman berbeda (Sastroutomo, 2005).
Kompetisi diantara masing-masing spesies merupakan topik penting dalam biologi kususnya dalam hal ekologi. Kompetisi antar individu dalam atu spesies (intrespesifik) merupakan faktor pendorong yang kuat dalam evolusi dan seleksi alam. Persaingan untuk mendapatkan kebutuhan seperti makanan, air, lahan dan sinar matahari merupakan hal biasa yang terjadi antara individu-individu yang berbeda spesies (intraspesifik). Hal ini disebabkan karena suatu sumber terbatas kesediaannya dan beberapa spesies tergantung pada sumber tersebut. Akibatnya spesies-spesies yang berkompetisi kemungkinan mengalami dua hal yaitu bertahan jika spesies tersebut mampu beradaptasi atau punah jika tidak mampu berkompetisi. Berdasarkan teori evolusi, kompetisi memiliki peranan penting dalam proses seleksi alam (Anonim, 2007).
Kebutuhan tanaman mengenai unsur hara dan air berbeda maka,tingkat kompetisi tanaman dapat berbeda pada tanaman yang dikombinasi. Perbedaan intensitas kebutuhan zat, perbedaan sistem perakaran (dangkal-dalam) digunakan sebagai dasar diterapkannya sistem tumpang sari. Untuk mendapatkan sistem yang tepat, faktor yang harus diperhatikan yaitu: kombinasi tanaman, penelitian yang telah dilakukan mengenai kombinasi kacang tanah – jagung berproduksi lebih tinggi dari pada kacang tanah – padi (Gunawan et al., 2006).
D.    Persaingan dalam Komunitas
Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara individu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik.
Persaingan yang terjadi antara organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan (Odum, 1971). Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan lain – lain (Setiadi, 1989).
Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).
Harter (1961), mengatakan bahwa persaingan intraspesifik di gunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antar individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan intraspesifik terdiri atas :
1        Persaingan aktivitas
2        Persaingan sumber daya alam
Dua jenis populasi tumbuhan dapat bertahan bersama bila individu-individunya secara bebas di kendalikan oleh hal – hal sebagai berikut:
1.      Perbedaan unsur hara
2.      Perbedaan sebab – sebab kematian
3.      Kepekaan terhadap berbagai senyawa racun
4.      Kepekaan terhadap faktor – faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang berbeda.
Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan, yaitu :
1.      Jenis tanaman
Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan dalam memperebutkan air.
2.      Kepadatan tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
3.      Penyebaran tanaman
Untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi karena factor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.
4.      Waktu
Lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi.
Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua , yaitu kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative competition ), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain. Setiap makhluk hidup membutuhkan air, ruang, udara, cahaya, dan nutrisi untukmemenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang terpenuhi secara tepat atau optimum akan menghasilkan pertumbuhan yang baik dan sehat bahkan akan menghasilkan buah yang nikmat. Tumbuhan, manusia, dan hewan dalam memperoleh kebutuhan hidupnya perlu melakukan persaingan baik antar jenis maupun antar spesies bahkan antar organ satu dengan yang lain dalam satu tubuh (Sitompul et al.,2004).
E.     Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Peristiwa perubahan biologi yang terjadi pada makhluk hidup yang berupa pertambahan ukuran (volume, massa, dan tinggi) Irreversibel (tidak kembali ke asal) dapat diukur serta dinyatakan secara kuantitatif. Auksanometer adalah Suatu alat untuk mengukur pertumbuhan memanjang suatu tanaman, yang terdiri atas sistem kontrol yang dilengkapi jarum penunjuk pada busur skala atau jarum yang dapat menggaris pada silinder pemutar.
Proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna (kompleks). Sel-sel berdiferensiasi. Peristiwa diferensiasi menghasilkan perbedaan yang tampak pada struktur dan fungsi masing-masing organ, sehingga perubahan yang terjadi pada organisme tersebut semakin kompleks. Proses ini berlangsung secara kualitatif. Irreversible
F.      Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
TAHAP AWAL PERTUMBUHAN
Mula-mula biji melakukan imbibisi atau penyerapan air sampai ukuran bijinya bertambah dan menjadi lunak. Saat air masuk ke dalam biji, enzim-enzim mulai aktif sehingga menghasilkan berbagai reaksi kimia. Kerja enzim ini antara lain, mengaktifkan metabolisme di dalam biji dengan mensintesis cadangan makanan sebagai persediaan cadangan makanan pada saat perkecambahan berlangsung.
PERKECAMBAHAN
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang). Faktor yang memengaruhi perkecambahan adalah air, kelembapan, oksigen, dan suhu. Perkecambahan biji ada dua macam, yaitu:
a.       Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal)
Hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon ke permukaan tanah dan kotiledon melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh: perkecambahan kacang tanah.
b.      Tipe perkecambahan di bawah tanah (hipogeal)
Epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah. Contoh: perkecambahan kacang kapri (Pisum sativum). 
G.    Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dibedakan menjadi dua, yaitu factor dalam dan factor luar. Berikut penjabaran mengenai faktor  luar dan faktor dalam.
a.       Faktor Dalam
a). Gen, adalah pembawa sifat keturunan atau hereditas.
b). Hormon, adalah suatu senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Peran hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel, dan ada yang mengahambat pertumbuhan. Contoh hormon pada tumbuhan; oksin, geberelin, sitokinin, asam absisat, etilen, asam traumatin, dan kalin.
b.  Faktor Luar
a). Nutien dan air, nutrien dan zat makanan terdiri dari unsur-unsur atau senyawa kimia. Nutrient yang diperlukan merupakan sumber energi dan sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Air dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh tumbuhan dan sebagai medium reaksi enzimatis.
b). Cahaya, selain berpengaruh dalam proses fotosintesis cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan tumbuhan.Cahaya khususnya cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting untuk melaksanakan proses fotosintesis. Tanpa adanya cahaya, tumbuhan hijau tidak akan melakukan fotosintesis, sehingga tak mungkin mampu bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Respon tumbuhan terhadap lama penyinaran dan intensitas cahaya disebut fotoperiodisme.
c). Suhu udara, suhu berpengaruh terhadap kerja enzim, sehingga suhu juga berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan. Suhu yang baik atau ideal yang diperlukan tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkambangan berlangsung baik disebut suhu optimum (10º C - 38ºC). Umumnya tumbuhan tidak dapat tumbuh di bawah suhu 0ºC dan di atas 40ºC. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan dna perkembangan.
d). Oksigen, berpengaruh terhadap pertumbuhan bagian tanaman di atas tanah maupun pertumbuhan akar yang berada di dalam tanah.
e). Kelembapan, kelembapan udara mempengaruhi proses penguapan air yang berhubungan dengan penyerapan nutrien. Penguapan air akan meningkat apabila kelembapan rendah, akibatnya tumbuhan dapat menyerap banyak nutrien. Keadaan ini memacu pertumbuhan tanaman.
H.    Botani Tanaman Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah termasuk dalam Famili Papilionaceae dengan Ordo Rosales. Sistematika tanaman kacang tanah digolongkan kepada :
Diviso : Spermatophyta
Subdiviso : Angiospermae
Klass : Dicotyledoneae
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea ( Marzuki, 2007)
Kacang tanah berakar tunggung dengan akar cabang yang tumbuh tegak lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penyerap hara. Bulu akar ini dapat mati dan dapat juga menjadi akar permanen. Jika tetap permanen, akar akan berfungsi terus sebagai penyerap hara tanaman dari dalam tanah. Kadang polongnya mempunyai alat penghisap, seperti bulu akar yang dapat menyerap hara makanan pula (Suhaeni, 2007).
Kacang tanah memiliki akar serabut dan tumbuh ke bawah sedalam 20 cm.Selain itu juga memiliki akar serabut juga mempunyai akar lateral sepanjang 5-25 cm. Pada akar serabut dan lateral terdapat bulu akar. Fungsi bulu akar untuk menghisap air dan unsur hara. Bintil – bintil akar terdapat pada akar lateral dan mengandung bakteri rizobium yang mampu mengikat unsur nitrogen dari udara sehigga menambah kesuburan tanah (Rahmadi.dkk, 1990).
Batang tanaman kacang tanah berbentuk perdu yang tingginya 30-50 cm. Dilihat dari tipe pertumbuhan batangnya, dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Tipe tegak berumur lebih genjah (100-120 hari) dan kematangan polongnya seragam. Tipe menjalar berumur panjang (150-180) dan kematangan polongnya tidak seragam. Potensi hasil tipe menjalar perbatanganya lebih banyak tetapi produksi persatuan luasnya lebih sedikit (Nurwidada, 1998).
Daun kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini bertugas menerima cahaya matahari sebanyak banyaknya. Daun kacang tanah mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan dimulai dari bagian bawah. Selain berhubungan dengan umur, gugur daun kadang ada hubungannya dengan faktor penyakit ( Suhaeni, 2007).
Percabangan kacang tanah tipe tegak umunya lurus atau sedikit miring ke atas. Petani lebih menyukai tipe tegak sebab umur panennya pendek, 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya beruas – ruas pada pangkal utama dan cabangnya. Tiap polong berrbiji antara 2-4 butir sehingga masaknya bias bersamaan. Tanaman kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspecies fastigiata ( Makmur, 1988 ).
Kacang tanah tipe menjalar cabang cabangnya tumbuh ke samping. Tetapi ujung ujungnya mengarah ke atas. Panjang batang utamanya antara 33 – 66cm. Tipe ini umumnya antara 5-7 bulan atau sekitar 150-200 hari. Tiap ruas yang berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah sehingga masaknya tidak bersamaan. Tiap polong umunya berbiji dua butir. Tanaman kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspecies hypogaea (Soemaatmadja, 1993).
Kacang tanah mulai berbunga kira kira pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar pada ketiak daun. Bentuk bunganya sangat aneh. Setiap bunga seolah olah bertangkai panjang berwarna putih. Tangkai ini sebenarnya bukan tangkai bunga tetapi tabung kelopak. Mahkota bunga berwarna kuning. Bendera dari mahkota bunganya bergaris – garis merah pada pangkalnya. Umur bunganya hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu pada sore hari (Nasir, 2002).
Bunga kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiri dan bersifat geotropis positif. Penyerbukan terjadi sebelum bunganya mekar. Sepanjang malam tabung kelopak tumbuh memanjang sampai mencapai panjang maksimum yakni 7 cm. beberapa jam setelah penyebukanbarulah terjadi pembuahan. Penyerbukan silang secara alami sangat kecil, kira – kira 0,5%. Penyerbukan sendiri sering disebut penyerbukan tertutup (Sutopo, 1998).
Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang. Inilah yang disebut ginofora yang menjadi tangkai polong. Cara pembentukan polong adalah mula – mula ujung ginofora yang runcing mengarah ke atas. Setelah tumbuh. Ginofora tersebut melengkung ke bawah dan masuk ke dalam tanah. Setelah menembus tanah, ginofora mulai membentuk polong. Pertumbuhan memanjang ginofora memanjang terhenti setelah terbentuk polong (Sitompul. dkk, 1995).
Polong – polong kacang tanah berisi antar 1 sampai dengan 5 biji. Biji kacang tanah berkeping dua dengan kulit ari berwarna putih, merah atau ungu tergantung varitasnya. Ginofora tidak dapat membentuk polong jika tanahnya terlalu keras dan kering atau batanya terlalu tinggi (Allard, 2005).
I.       Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses hidup yang selalu terjadi pada setiap makhluk hidup. Kedua istilah tersebut sering diucapkan untuk pengertian yang sama. Padahal pertumbuhan dan perkembangan memiliki pengertian yang berbeda satu sama lain. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai peningkatan ukuran yang bersifat permanent (tetap) dan tidak dapat balik (Irrevisible), sedangkan perkembangan adalah proses perubahan dalam bentuk. Pada proses pertumbuhan selau terjadi peningkatan volume dan bobot tubuh peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Untuk mengukur pertumbuhan tanaman digunakan alat yang disebut busur tumbuh atau auksanometer. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan bukan merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur. Perkembangan pada tumbuhan diawalai sejak terjadi fertilisasi. Calon tumbuhan akan berubah bentuk dari sebuah telur yang dibuahi menjadi zigot, embrio, dan akhirnya menjadi sebatang pohon yang kokoh atau rumput yang mudah digoyangkan oleh angin. Nama lain proses perkembangan adalah morfogenesis.
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu yang baru, misalnya embrio, cadangan makanan, dan calon daun (calon akar).Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan plumula (yang akan tumbuh menjadi kecambah). Cadangan makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya terkandung pati, protein, dan beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, yang disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau jamur kedalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Didekat mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulit kotiledon.
Biji memiliki kandungan air yang sangat sedikit. Pada saat biji terbentuk, air di dalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air, biji tidak dapat melangsungkan proses metabolisme sehingga menjadi tidak aktif (dorman). Dormansi biji sangat bermanfaat pada kondisi tidak nyaman (suasana ekstrem, sangat dingin atau kering) karena struktur biji yang kuat akan melindungi embrio agar tetap bertahan hidup.
J.       Perkembangan Embrio
Embrio berkembang didalam biji. Setelah fertilisasi, zigot mengalami rangkaian pembelahan sel. Salah satu dari dua sel yang berasal dari mitosis zigot akan berkembang menjadi embrio asli, sedangkan sel yang lain menjadi bahan awal dari jaringan suspensor.
Embrio didalam bakal biji (ovulum) berkembang menjadi massa bulat yang mengandung ratusan sel. Massa sel tersebut berkembang menjadi jaringan primer dan akhirnya membentuk seluruh jaringan utama tumbuhan dewasa, termasuk kotiledon. Kotiledon berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan perkecambahan (germinasi).
Pada kutub embrio ditemukan dua massa sel yang belum terdiferensiasi, yaitu meristem apical ujung (terminal) dan meristem apical aka. Sel-sel tersebut berada dalam kondisi dorman ketika biji pada masa dorminasi. Setelah biji berkecambah, kedua massa sel tersebut berkembang menjadi daerah pertumbuhan batang dan akar. Perkembangan embrio terhenti stelah mencapai tahapan tertentu, yaitu saat bakal biji telah menjadi biji matang. Biji tersebut tetap, yaitu sesuai untuk perkecambahan. Di dalam biji yang matang, endosperma makanan telah terdiferensiasi menjadi lapisan terluar sel (aleuron) dan massa sel terdalam bertepung. Sel – sel aleuron menyintesis enzim amilase. Enzim tersebut dapat mengubah cadangan zat pati didalam endosperma menjadi gula yang dapat digunakan oleh embrio.
K.    Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat didalam biji, misalnya radikula dan plumula.
Perkembangan biji berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormon dan enzim, hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan hormone ke daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta asimilasi (fotosintetis). Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk kedalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa.
Awal perkembangan didahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan karbohidrase) dan hormon pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asalm amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membrane sel dan sitoplasma. Timbunan pati di uraikan menjadi maltosa kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat dinding sel bagi sel – sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan asam amino akan berdifusi ke embrio.
Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji memperoleh energi melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan glukosa yang berasal dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya. Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama membuka dan mulai melakukan fotosintesis.
Macam Perkecambahan
Ø Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat keatas tanah, misalnya pada kacang hijau. Perkecambahan ini umumnya terjadi pada biji tanaman Dicotyledoneae (kecuali kacang kapri), contoh : kacang hijau, kacang kedelai dan kapas.
Ø Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehinga daun lembaga ikut tertarik keatas tanah, tetapi kotiledon tetap di dalam tanah. Umumnya terjadi pada biji monocotyleddoneae, contoh: Jagung, padi. dan Dicotyledoneae yaitu hanya kacang kapri. Pada akhir perkecambahan terbentuk akar, batang dan daun. Selanjutnya tumbuhan mengalami pertumbuhan, macamnya yaitu:
1)   Pertumbuhan primer
Adalah pertumbuhan yang memanjang baik yang terjadi pada ujung akar maupun ujung batang (meristem primer). Berlangsung pada embrio, embrio dibedakan menjadi 3 bagian penting yaitu:
a.    Tunas embrionik, yaitu calon batang dan daun
b.    Akar embrionik, yaitu calon akar
c.    Kotiledon, yaitu cadangan makanan
2)   Pertumbuhan sekunder
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas pembelahan mitosis pada jaringan meristem sekunder (lateral) sehingga mengakibatkan diameter batang dan akar bertambah besar. Meristem lateral terbagi atas: Kambium vaskuler (terletak diantara xylem dan floem menyebabkan pembelahan sel kearah dalam membentuk xylem dan kearah luar membentuk floem dan kambium gabus (jaringan pelindung yang menggantikan fungsi jaringan epidermis yang rusak atau mati). Pertumbuhan sekunder terjadi pada tumbuhan dikotil.
L.     Faktor- Faktor yang Mempengaruhi  Pertumbuhan
a.    Faktor Eksternal
·      Makanan (Zat Hara)
Makanan adalah sumber energi dan sumber materi untuk mensintesis berbagai komponen sel. Nutrien yang dibutuhkan tumbuhan bukan hanya karbondioksida dan air, tetapi juga unsur – unsur lainnya. Karbondioksida diabsorpsi oleh daun, sedangkan air dan mineral diserap oleh akar. Makanan yang dibutuhkan oleh tumbuhan terdiri dari unsur makro dan mikro yang masing masing terdiri atas 9 unsur makro dan 8 unsur mikro. Makronutrien (unsure makro atau butuh dalam jumlah banyak). Misalnya: C, H, O [defisiensi: Pertumbuhan dan metabolisme terhambat,  akhirnya mati], N (Nitrogen) [defisiensi: Daun pucat, klorosis atau menguning dan gugur), P (Fosfor), K (Kalium), Ca (Kalsium), S (Sulfur), Mg (Magnesium).
·      Suhu atau Temperatur
Untuk proses tumbuh dan perkembangan, tumbuhan memerlukan suhu yang sesuai. Suhu tersebut disebut suhu optimum. Suhu paling rendah   yang masih memungkinkan pertumbuhan disebut suhu minimum. Sedangkan suhu paling tinggi yang masih memungkinkan pertumbuhan disebut suhu maksimum. Jenis tumbuhan satu dengan yang lain memiliki suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum yang berbeda – beda. Bagi tumbuhan suhu lingkungan   berpengaruh terhadap aktivitas kerja enzim. Umumnya tumbuhan tidak tumbuh di bawah suhu 0°C dan di atas 40°C . Kisaran suhu masih memungkinkan tumbuh dengan baik adalah 22°C – 37°C.
·      Air
Tanpa air tumbuhan tidak akan tumbuh. Air merupakan senyawa utama yang sangat dibutuhkan oleh tanaman yang berfungsi sebagai komponen pembantu proses fotosintesis. Fungsi lain dari air yaitu, mengaktifkan reaksi enzimatik, menjaga kelembapan dan membantu perkecambahan biji tanaman baik pada biji tanaman monokotil maupun dikotil.
·      Cahaya
Banyaknya cahaya yang dibutuhkan tidak selalu sama pada setiap tumbuhan, umumnya cahaya menghambat pertumbuhan meninggi, karena cahaya dapat menguraikan auksin (hormon pertumbuhan). Pada tempat yang gelap tumbuhan akan lebih cepat tinggi daripada tempat yang terang. Pertumbuhan yang cepat di tempat gelap disebut etiolasi.
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap lama penyinaran (panjang hari).  Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, hal ini ada hubungannya dengan hormon fitokrom dalam tumbuhan (protein dalam kromatofora yang mirip fikosianin), macamnya yaitu:
a.    Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya aster, krisan, dahlia, ubi jalar, kedelai, dan anggrek.
b. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya bayam, kentang, gandum, kol, bit gula, selada, dan tembakau.
c. Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsive terhadap panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya bunga matahari, mawar, kapas, mentimun dan tomat.
·      Kelembapan
Pengaruh kelembapan udara berbeda – beda terhadap berbagai tumbuhan, tanah dan udara yang lembap berpengaruh baik bagi tumbuhan. Kondisi lembap menyebabkan banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang dikeluarkan.
·      Oksigen
Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi aerob pada tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam perkecambahan dan aktivitas tumbuhan. Apabila tumbuhan kekurangan oksigen dapat mengalami kematian.
·       pH Medium (Tingkat Keasaman)
Derajat keasaman tanah (pH tanah) sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan. Pada kondisi pH tanah netral unsur-unsur yang diperlukan, seperti Ca, Mg, P, K cukup tersedia. Adapun pada pH asam, unsur yang tersedia adalah Al, Mo, Zn, yang dapat meracuni tubuh tumbuhan.
b.   Faktor Internal
1.    Gen
Gen berperan dalam pengendalian metabolisme zat di dalam sel, misalnya proses sintesis protein. Protein merupakan komponen dasar penyusun tubuh makhluk hidup termasuk tumbuhan. Dengan demikian gen dapat mengatur pola pertumbuhan dengan cara menurunkan sifat-sifatnya dan sintesis-sintesis yang dikendalikannya. Sehingga genetis tanaman satu dengan yang lainnya akan memiliki pola pertumbuhan yang berbeda akibat susunan gen yang berbeda – beda.
2.    Hormon
Hormon ialah regulator pertumbuhan yang sangat esensial, yang dibuat pada satu bagian tumbuhan sedangkan respon pertumbuhan terjadi terhadap hormon di bagian tumbuhan lainnya, misalnya di akar, batang dan daun. Hormon pertumbuhan (fitohormon) yang telah dikenal antara lain auksin, sitokinin, dan giberelin



III.             METODOLOGI
A.    Waktu dan Tempat
Adapun Praktikum Ekologi Tanaman yang dilakukan sebanyak tiga acara yaitu, Acara I. Persaingan Intraspesifik Tanaman, Acara II. Persaingan Interspesifik Tanaman, dan Acara III. Pengaruh Kondisi Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman dilaksanakan pada Bulan September s/d Desember 2015 di Kebun Bulu Agroteknologi dan Lab Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B.     Bahan Dan Alat
Acara I. Persaingan Intraspesifik Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Bahan  :
1.      Benih Jagung Manis
2.      Pupuk Organik / Pupuk Kandang
3.      Pupuk Anorganik Urea, SP-36 dan KCL
4.      Pestisida ( Furadan 3G, Insektisida, dan Fungisida )
Alat     :
1.      Cangkul
2.      Gembor
3.      Koret
4.      Hand Sprayer
5.      Meteran atau Penggaris
6.      Tugal
7.      Jangka Sorong
8.      Label
9.      Timbangan
10.  Alat Tulis
Acara II. Persaingan Interspesifik Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Bahan  :
1.      Benih Kacng Tanah
2.      Pupuk Anorganik ( Urea, SP-36 dan KCL )
3.      Pestisida ( Furadan 3G, Insektisida, Fungisida )
Alat     :
1.      Cangkul
2.      Koret
3.      Tugal
4.      Meteran
5.      Gembor
6.      Hand Sprayer
7.      Timbangan
8.      Jangka Sorong
9.      Oven
10.  Alat Tulis
11.  Label
12.  Tali
Acara III. Pengaruh Kondisi Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
Bahan  :
1.      Benih Kacang Tanah
2.      Pupuk Anorganik ( Urea, SP-36 dan KCL )
3.      Pestisida ( Furadan 3G dan Lainnya )
4.      Polibag
5.      Media Tanam Campuran tanah : Pupuk Kandang/Kompos =2:1
Alat     :
1.      Gembor
2.      Koret
3.      Hand Sprayer
4.      Meteran
5.      Timbangan
6.      Oven
C.     Cara Kerja
Acara I. Persaingan Intraspesifik Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
1.      Setiap Kelompok menyiapkan dan melakukan budidaya pada dua bedengan dengan dua macam perlakuan jarak tanam yaitu ( 60 cm x 20 cm ) dan ( 30 cm x 20 cm ).
2.      Menyiapkan dua bedengan / petak dengan ukuran per petak + ( 1,5 m x 1,5 m ). Berikan pupuk kandang dengan takaran 3,5 – 5 ton/ha ( + 50-75 gram / lubang tanam ).
3.      Membuat lubang tanam dengan ukuran jarak tanam sesuai perlakuan. Pilihlah benih yang baik, dan tanamlah satu benih per lubang tanam. Buatlah dengan 2 macam jarak tanam yaitu ( 60 cm x 60 cm ) dan (30 cm x 20 cm). Berikan sedikit furadan ( + 1-2 gram ) pada setiap lubang tanam.
4.      Menutup Lubang Tanam ( tandai larikan Lubang Tanam ).
5.      Melakukan Pemupukan dengan pupuk Urea 350-400 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCL 100 kg/ha. Pemberian dengan cara membuat lubang / alur sedalam sekitar 10 cm pada jarak sekitar 3-7 cm dari tanaman. Lakukan pemupukan pada 7 hari setelah tanam ( hst ) dengan : Urea 100 kg/ha ; SP-36 150 kg/ha ; KCL 100 kg/ha ). Pemupukan diberikan pada 28 hstdengan Urea 150 kg/ha dan pada 25-50 hst dengan Urea 100-150 kg/ha.
6.      Melakukan penyiraman selama tanam, dan selanjutnya sesuai kondisi lahan. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
7.      Membuat label setiap bedengan minimal meliputi informasi : Kelompok, komoditas, tanggal tanam dan jarak tanam.
8.      Menentukan 5 Tanaman Sampel dan berilah tanda ( Label ).
9.      Melakukan penyulaman yaitu tindakan penggantian tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru, dilakukan 7-10 hst. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan delam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
10.  Melakukan penyiangan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan, cankul kecil atau garpu. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman pada umur tersebut mesih belum cukup kuat mencengkeram tanah.
11.  Melakukan Pembunuhan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah kareana adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur sekitar 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
12.  Melakukan pengendalian bila terjadi serangan hama atau penyakit.
13.  Memanen jagung manis dilakukan pada umur + 86-96 hst. Selain telah memasuki umur panen, juga perlu diamati terlebih dahulu fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran telah memenuhi kriteria panen, yaitu jika jagung untuk sayur ( jagung muda,baby corn ) dipanen sebelum bijinya terisi penuh ( diameter tongkol 1-2 cm ), untuk jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dipanen jika sudah matang fisiologis.
14.  Cara panen adalah putar tongkol berikut kelobotnya/patahan tangkai buah jagung. Pengupasan dilakukan saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
15.  Mengamati variabel pertumbuhan seerti tinggi tanaman ( cm ) , diameter batang ( mm ), jumlah daun per tanaman dan bobot segar / kering biomassa per tanaman. Cata pada tabel pengamatan. Tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun diamati setiap 1 minggu sekali, dimulai 2 minggu setelah naman.sedangkan bobot segar/kering diamati setelah panen.
16.  Sedangkan untuk variabel hasil adalah jumlah tongkol/tanaman, bobot segar per tongkol ( g ) dengan dan tanpa klobot, bobot segar tongkol per tanaman ( g) dengan dan tanpa klobot, panjang tongkol ( cm ) pengukuran dilakukan dari pangkal sampai ujung tongkol dengan menggunakan mistar, diameter tongkol ( cm ) pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada bagian tengah tongkol.
17.  Melakukan tukar data dengan kelompok lain, sehingga diperoleh ulangan.
18.  Menganalisis data dan membuat laporan Praktikum.
Acara II. Persaingan Interspesifik Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
1.      Setiap Kelompok menyiapkan dan melakukan budidaya pada dua bedengan dengan dua macam yaitu dengan penyiangan dan tanpa penyiangan.
2.      Menyiapkan dua bedengan / petak dengan ukuran per petak + ( 1 m x 1 m ).
3.      Membuat lubang tanam dengan ukuran jarak tanam ( 20 cm x 20 cm ). Pilihlah benih yang baik, dan tanamlah satu benih per lubang tanam).
4.      Memberikan sedikit furadan ( + 1-2 gram ) pada setiap lubang tanam.
5.      Menutup Lubang Tanam ( tandai larikan Lubang Tanam ).
6.      Melakukan Pemupukan dengan pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCL 50 kg/ha. Pemberian dengan cara membuat lubang / alur sedalam sekitar 10 cm pada jarak sekitar 3-7 cm dari tanaman.
7.      Melakukan penyiraman selama tanam, dan selanjutnya sesuai kondisi lahan. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
8.      Membuat label setiap bedengan minimal meliputi informasi : Kelompok, komoditas, tanggal tanam, jarak tanam, komoditas, keterangan perlakuan ( dengan penyiangan dan tanpa penyiangan ).
9.      Menentukan 5 Tanaman Sampel dan berilah tanda ( Label ).
10.  Bedengan dengan penyiangan dilakukan setidaknya 2 kali selama masa pertanaman, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedengan penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman sebelum tanaman berbunga. Penyiangan kedua dilakukan pada 45 hst setelah ginofor masuk kedalam tanah. Penyiangan tidak boleh dilakukan saat pertumbuhan polong karena dapat menyebabkan kegagalan peembentukan polong. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan penggundulan bersamaan dengan penyiangan.
11.  Melakukan pengendalian bila terjadi serangan hama atau penyakit.
12.  Umur panen tergantung varietas dan musim tanam. Rata-rata umur panen adalah 90-100 hari atau pada saat masak fisiologis dimana tanda-tandanya adalah : Kulit polong mengeras, berserat, bagian dalam berwarna coklat, jika ditekan polong mudah pecah. Cara panen dilakukan secara manual ( dicabut ), sebelum panen tanah perlu dibasahi dengan diairi agar tidak banyak polong yang tertinggal di dalam tanah.
13.  Perontokan polong dilakukan secara manual atau dipetik dengan tangan, lalu polong disortir dan sisihkan polong muda dan rusak. Pengeringan dilakukan dengan dijemur pada lantai atau dengan alas tikar selama 5-6 hari dengan matahari terik atau bila musim hujan dengan menggunakan pengering. Pengeringan dilakukan sampai kadar air biji menjadi 10-12 % yang ditandai dengan mudah terkelupasnya kulit biji. Pengupasan atau pembijian dilakukan dengan cara sederhana (polong dikupas dengan tangan).
14.  Mengamati variabel pertumbuhan seerti tinggi tanaman ( cm ) , jumlah daun per tanaman, jumlah cabang, diameter batang ( mm ), saat berunga ( hst ), dan bobot segar / kering biomassa per tanaman ( g ). Cata pada tabel pengamatan. Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan diamter batang diamati setiap 1 minggu sekali, dimulai 3 minggu setelah naman.sedangkan bobot segar/kering diamati setelah panen.
15.  Sedangkan untuk variabel hasil adalah jumlah bunga total, persentase bunga jadi polong ( % ), jumlah total polong isi per tanaman, bobot basah dan bobot kering polong per tanaman ( g ), bobot kering100 biji ( g ) dan hasil polong kering per hektar ( t/ha ).
16.  Melakukan tukar data dengan kelompok lain, sehingga diperoleh ulangan.
17.  Menganalisis data dan membuat laporan Praktikum.
Acara III. Pengaruh Kondisi Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
1.      Menyiapkan 3 polibag ukuran diameter 30 cm masing-masing per kelompok.
2.      Mengisi polibag dengan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos ( 2:1 ) sampai kira-kira 2 cm dari permukaan atas polibag.
3.      Memberi tanda pada setiap polibag, meliputi kelompok, tanggal tanam, dan perlakuan.
4.      Menanam benih kacang tanah sedalam 2-3 cm, masing-masing 1 biji pada setiap polibag.
5.      Memberikan sedikit furadan pada setiap lubang tanam.
6.      Menutup lubang tanam dengan media.
7.      Memberikan Pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 150 kg/ha ( TSP 112,5 kg/ha ) dan KCL 50 kg/ha ( dicampur jadi satu ), dengan cara membuat lubang melingkari tanaman sedalam 5 cm pada jarak 3 cm dari tanaman.
8.      Melakukan penjarangan sehingga tinggal satu tanaman / lubang tanam dan penyulaman bila ditemui tidak tumbuh, pada minggu pertama setelah tanam.
9.      Menempatkan setiap polibag pada 3 jenis kondisi pencahayaan yang berbeda ( tidak ternaungi, sedikit ternaungi dan ternaungi penuh ).
10.  Mengamati tinggi tanaman ( cm ), jumlah cabang, jumlah daun tetrafoliat, mulai berbunga ( hst ), saat berbunga ( hst ) dan catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
11.  Membuat Grafik kurva pertumbuhan berdasarkan tinggi tanaman.
12.  Pada akhir pengamatan ( saat tanaman mulai berbunga ), cabut tanaman dengan hati-hati dan bersihkan akar tanaman dari tanah.
13.  Memotong batang kacang tanah persis batas permukaan tanah, kemudian timbang bobot segar akr, tajuk dan keselurhan tanaman ( g ).
14.  Menghitung rata-rata bobot segar dan kering akar, tajuk dan total tiap tanaman.
15.  Melakukan tukar data dengan kelompok lain, sehingga diperoloeh ulangan
16.  Menganalisis data dan buatlah laporan praktikum.



IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Praktikum
Tabel 1. Pengamatan Pertumbuhan Jagung Manis dengan Jarak tanam 30 cm x 20 cm
No
Hari / Tanggal
Tanaman
Variabel Pengamatan
Jumlah Daun
Jumlah
Tinggi ( Cm )
Diameter ( Mm )
Jumlah Daun
Rusak
Buah
1
26-Nov-15
1
7
7
6
-
-


2
12
6,2
8
-
-


3
5
9
4
-
-


4
5
10
5
-
-


5
6,5
8
6
-
-
2
03-Des-15
1
32,5
20,6
12
-
-


2
45
23
9
-
-


3
13
25,4
7
-
-


4
13
21,3
7
-
-


5
26
24
8
-
-
3
10-Des-15
1
102
22,5
12
-
-


2
110
25
14
-
-


3
64
28
10
-
-


4
72
26
10
-
-


5
85
26
12
-
-
4
17-Des-15
1
148
27
13
2
-


2
160
28
15
1
-


3
75
30,2
11
2
-


4
86
28,3
11
2
-


5
109,5
27,6
12
1
-
5
31-Des-15
1
160
28,5
14
5
1


2
170
30,3
15
5
-


3
150
41,9
12
3
2


4
155
29,5
12
5
-


5
170
28
13
3
-
Acara I. Persaingan Intraspesifik Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )



Tabel 2. Pengamatan Tinggi Jagung Manis dengan Jarak Tanam 30 cm x 20 cm
No
Tanaman
Hari / Tanggal
Jumlah ( Cm )
Rata-Rata ( Cm )
26-Nov-15
03-Des-15
10-Des-15
17-Des-15
31-Des-15
1
1
7
32,5
102
148
160
449,5
89,9
2
2
12
45
110
160
170
497
99,4
3
3
5
13
64
75
150
307
61,4
4
4
5
13
72
86
155
331
66,2
5
5
6,5
26
85
109,5
170
397
79,4
6
Rata - Rata Tertinggi
99,4 cm





7
Rata - Rata Terendah
61,4 cm






Tabel 3. Pengamatan Buah Jagung Manis dengan Jarak Tanam 30 cm x 20 cm
No
Tanaman
Hasil Buah
Panjang buah
Diameter Buah
Berat Segar
Berat Segar
Cm
Mm
Tanpa Klobot
Dengan Klobot
1
1
16
45,80
110
120
2
2
-
-
-
-
3
3
15
35,60
98
112
4
4
-
-
-
-
5
5
-
-
-
-

Tabel 4. Pengamatan Buah Jagung Manis dengan Jarak Tanam 60 cm x 20 cm
No
Tanaman
Hasil Buah
Panjang buah
Diameter Buah
Berat Segar
Berat Segar
Cm
Mm
Tanpa Klobot
Dengan Klobot
1
1
18
46,70
200
210
2
2
17
49,30
220
225
3
3
16
39
150
175
4
4
17
44,10
187
180
5
5
 -
  -
 -
 -

Tabel 5. Pengamatan Pertumbuhan Jagung Manis dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm
No
Hari / Tanggal
Tanaman
Variabel Pengamatan
Jumlah Daun
Jumlah
Tinggi ( Cm )
Diameter ( Mm )
Jumlah Daun
Rusak
Buah
1
26-Nov-15
1
21
13,3
9
-
-


2
20
15
9
-
-


3
16
7
10
-
-


4
16
6,1
8
-
-


5
22
6,3
9
-
-
2
03-Des-15
1
65
30
10
-
-


2
60.5
33,4
9
-
-


3
31
14,2
11
-
-


4
29
15
10
-
-


5
58
20,5
11
-
-
3
10-Des-15
1
125
32
14
-
-


2
110
39
12
-
-


3
90
24
12
-
-


4
91,4
21
11
-
-


5
130
24
13
-
-
4
17-Des-15
1
164
35
16
2
-


2
177
40
14
2
-


3
157
26
12
1
-


4
154,5
23
13
2
-


5
141
25
13
2
-
5
31-Des-15
1
166
36
16
3
1


2
180
40
14
4
2


3
183
26
13
6
3


4
169
24,2
13
3
4


5
166
25,7
13
4
-






Acara II. Persaingan Interspesifik Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Tanggal Pengamatan
Variable
Jarak Tanam 20 x 20
Dengan Penyiangan
1
2
3
4
5
Rt.
26 Okt 2015
Tinggi Tanaman (cm)
8
8
12
8
7
8,6
Jumlah Cabang
4
5
4
4
4
4,2

03 Des 2015
Tinggi Tanaman (cm)
10
12,5
14,5
15
13
13
Jumlah Cabang
4
5
5
5
4
4,6


10 Des 2015
Tinggi Tanaman (cm)
20
20,4
24
25
24
22,6
Jumlah Cabang
4
6
6
5
5
5,2


17 Des 2015
Tinggi Tanaman (cm)
28
36
26,5
29
32,4
30,38
Jumlah Cabang
5
6
6
5
5
5,4


23 Des 2015
Tinggi Tanaman (cm)
35
45
30
32
34
58,6
Jumlah Cabng
5
6
6
5
5
5,4
Mulai Berbunga
26 November 2015
Bobot (setelah 8hari dicabut)
50,17
70,2
29,36
30,40
49,8
76,64
Jumlah Polong
8
15
-
-
6
5,8
Tabel 6. Pengamatan Laju pertumbuhan Tanaman Kacang tanah dengan Penyiangan


  
Tanggal Pengamatan
Variable
Jarak Tanam 20 x 20
Tanpa Penyiangan
1
2
3
4
5
Rt.
26 Okt 2015
Tinggi Tanaman (cm)
8
11
7
9
6
8,2
Jumlah Cabang
3
4
4
4
3
3,6

03 Des 2015
Tinggi Tanaman (cm)
12,2
13,5
11,5
11,5
12,2
12,18
Jumlah Cabang
4
5
4
4
4
4,2


10 Des 2015
Tinggi Tanaman (cm)
21
19
17
18
19,5
18,9
Jumlah Cabang
5
5
4
5
5
4,8


17 Des 2015
Tinggi Tanaman (cm)
26,4
25
25,5
24,5
28
25,88
Jumlah Cabang
5
5
4
5
5
4,8


23 Des 2015
Tinggi Tanaman (cm)
32
28,5
33,5
31
33
31,6
Jumlah Cabng
5
5
4
5
5
4,8
Mulai Berbunga
26 Desember 2015
Bobot Basah (setelah 8hari dioven)
29,8
36,5
21,2
18,3
43,21
29,80
Jumlah Polong
2
5
-
-
4
2,2
Tabel 7 . Pengamatan Laju pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah Tanpa Penyiangan




Acara III. Pengaruh Kondisi Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
Setelah melakukan percobaan tersebut maka diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil Pengamatan Pengaruh Kondisi Pencahayaan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
Tanggal
Pengamatan
Variabel
Perlakuan
Tidak Ternaungi
Setengah Ternaungi
Ternaungi
1
2
3
Rt
1
2
3
Rt
1
2
3
Rt




22 Oktober 2015
Tinggi tan. (cm)
2
4
2
2,6
12
13
12
12,3
18
20
16
18
Jumlah cabang
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Mulai berbunga (hr)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-




29 Oktober 2015
Tinggi tan. (cm)
3
4,9
3,5
3,8
15
17
13
15
22
21,5
25
22,8
Jumlah cabang
3
4
3
3,3
2
2
2
2
-
-
2
-
Mulai berbunga (hr)















5 November 2015
Tinggi tan. (cm)
5
7
4,5
5,5
17,5
19,5
15
17,3
30
25
28
27,6
Jumlah cabang
4
4
4
4
4
5
4
4,3
-
-
2
-
Mulai berbunga (hr)












13 November 2015
Bobot basah tan. (g)
16,4
21,3
29,7
22,47
37,3
36,8
40,4
38,16
12,6
6,4
13,1
10,7
Bobot kering tan. (g)
6,6
7,4
8,7
7,56
9,3
9,06
9,05
9,13
6,0
6,0
5,08
5,69
4,3
6,3
6,7
5,76
6,7
7,02
6,9
6,87
4,01
4,9
3,4
4,10





B.     Pembahasan
Acara I. Persaingan Intraspesifik Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Pada praktikum yang kelompok kami lakukan (Praktikum Ekologi Tanaman).Dapat kami jelaskan  sbb.Dengan benih yang kami gunakan adalah jagung manis,tentu hal ini menjadi suatu tantangan buat kami.Dikerenakan jenis tanah yang kami tanami jagung ini ialah jenis tanah lempung,yang kita ketahui jenis tanah ini butuh perawatan yang cukup ekstra.Dikerenakan tanah jenis ini kebayakan air bisah berakibat busuk pada benih dan jika kekurangan air akan membuat benih susah untuk tumbuh.Hal ini di sebapkan oleh mengerasnya permukaan tanah akibat sifat tanah nya sendiri dan pengaruh lingkungan salah satunya cahaya matahari.Pada praktikum kali ini,kami membuat dua jenis perlakuan.Dua perlakuan yang kami gunakan tentu demi memudahkan kami membanding  hasil nya.
Perlakuan yang kami gunakan ialah memodifikasi jarak tanam pada satu jenis tanaman yaitu jagung manis.Disini kami membuat dua bedengan yang berukuran samah.Pada kedua bedeng tersebut kami tanami benih jagung manis yang jerak tanamnya berbeda.Untuk bedeng pertama,kami membuat jarak tanam tiap-tiap beninya 30 cm x 20 cm.Pada bedengan yang ke dua kami membuat jarak tanam yang berbeda dari bedengan pertama.Benih yang sama kami membuat jarak tanam yang berbeda dengan bedengan pertama, 60 cm x 20 cm.Pada bedengan yang pertama tentunya jarak tanamnya sangat dekat jika di bandingkan dengan bedeng yang ke dua.Pada bedengan pertama dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm dapat kami ketahui setelah 5 hari sampai 6 hari.Artinya pertumbuhan jagung dengan waktu idealnya berkisar 5 sampai 6 hari ( tergantung curah hujan ).Jika cura hujannya stabil pertumbuhan jagung tentunya lebih cepat.Semingu kemudian jagung pada bedengan pertama dapat dilihat secara fisik pertumbuhannya lebih lambat dari bedeng kedua.Tentu hal ini dapat kami lihat dari luasan daun,tinggi tanaman,jumlah daun dan diameter batang.Pada bedengan pertama,jagung terlihat tidak terlalu hijau jika di bandingkan dengan bedengan ke dua,luasan daun juga lebih besar pada bedengan ke dua dan pada tingginya sangat terlihat jelas lebih terlihat tanaman jagung pada bedeng ke 2 dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm lebih mengungguli tanaman pada bedeng pertama.Peristiwa yang terlihat dari fisik tanaman dengan kasat mata ini,tentunya akibat kompetisi atau persaingan antara tanaman yang satu dan yang lainnya dalam satu bedeng dengan dua perlakuan yang berbeda.Kejadian  pada tanaman ini tentu ada kaitan erat dengan asupan atau unsur hara yang di peroleh tiap - tiap tanaman dengan dua perlakuan tersebut.Disini kami baru mengetahui,bahwa pengaturan jarak tanam  berpengaruh besar dengan hasil dari tanamn ( jagung manis ).
Hal tersebut kami ketahui sesaat setelah melakukan pengamatan di lapangan.Pada perlakuan pertama dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm hasilnya bisah dikatakan tidak lebih dari jarak tanam 60 cm x 20 cm,tentu hal ini kami ketahui setelah membandingkan hasil dari kedua bedeng pada kedua perlakuan sesaat setelah pemanenan.Dengan hasil yang demikin dapat kami katakan bahwa,berbedanya hasil pada tanaman kami di kerenakan pengaturan jarak tanam sehingga tanaman dikedua bedengan tersebut mengalami interaksi negatif atau dengan kata lain persaingan / kompetisi.Kompetisi yang dimaksutkan ialah dalam hal mendapatkan segalah macam nutrisi dari dalam tanah ( unsur hara ).Hal tersebut dapat kami ketahui dari kondisi fisik buah jagung.
Pada bedeng pertama dengan lima sempel yang kami tandai,terlihat buah jagung tidak terisi penuh oleh biji jagung.Hal lain yang dapat di bedakan dari fisik ialah tongkol jagung.Tongkol jagung tidak terlalu besar.Kedua hal tersebut tentu di pengaruhi oleh kemampuan tiap-tiap tanaman yang mempunyai dayah serap / suplai unsur haranya tidak lebih dominan dari tanaman lainnya pada satu bedeng.Unsur hara yang di serap terbagi dengan tanaman yang lainnya,sehingga dapat di bilang bahwa saling berebut makanan akibat jarak tanam yang terlalu dekat.Akibatnya tanama yang kalah saing sangat terlihat pada kondisi tubuh dan hasilnya.Dibedeng kedua dapat dikatakan hasilnya lebih bagus.Hal ini dikerenakan,pada bedeng kedua kurang adanya persaingan atau kompetisi antara tanaman. Sebap jarak tanam yang ideal pada bedeng yang jarak tanamnya 60 cm x 20 cm membuat tanaman leluasa menyerap unsur hara dengan ukuran asupan secara alamia.Tetapi pada bedengan ini kami temukan buah jagung yang bijinya mengalami pembesaran secara alami.Setelah kami amati,ternyata hal tersebut adalah akibat dari kurangnya melakukan penyiraman sehingga tongkol jagung tidak terisi penuh dan biji jagung bisah dibilang tidak normal,dikerenakan mengalami perbesaran.Jadi dapat saya tekankan.Dalam perlakuan ini tidak hanya jarak tanam yang berpengaruh terhadap kualitas hasil.Namun faktor cuaca terkait suplai air juga dapat berpengaruh terhadap hasil tanaman.
Acara II. Persaingan Interspesifik Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Kompetisi interspesifik adalah persaingan yang terjadi antara individu dari jenis yang berbeda. Pada dasarnya persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan tidak secara fisik. Dalam percobaan ini praktikan mempelajari kompetisi interspesifik secara langsung diantara dua jenis tumbuhan yang berbeda yaitu kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan gulma pada suatu wilayah (dengan jarak tanam 20x20). Persaingan ini terjadi dikarenakan individu-individu tersebut mempunyai kebutuhan yang sama terhadap faktor-faktor tertentu yang tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam lingkungannya seperti cahaya, oksigen, air dan lain-lain. Akibat dari persaingan ini kedua belah pihak akan saling mempengaruhi laju pertumbuhannya.
Dalam praktikum ini, penanaman kacang tanah dimulai pada 29 oktober 2015 pada dua bedengan dimana satu bedengan dengan penyiangan, dan satu lagi tanpa penyiangan. Jarak tanam kacang tanah yaitu 20x20 cm. Setelah selang waktu satu bulan baru dimulai pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman kacang tanah secara berkala yaitu 1 kali seminggu. Data yang didapat dicatat dan disusun berdasarkan per minggu hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar satu bulan. Pada tanggal 26 November 2015 tanaman kacang tanah sudah mulai berbunga pada kedua bedengan. Pada tanggal 23 desember 2015 dilakukan pengamatan terakhir. Setelah pengamatan terakhir tanaman kacang tanah dipanen kemudian di oven untuk mencari bobot basahnya. Namun masalahnya  pada saat pengovenan terjadi penundaan waktu oven yang disebabkan karena terbatasnya alat oven sehingga tanaman bisa dioven 8 hari setelah dicabut.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa adanya perbedaan- perbedaan antara tanaman kacang dengan penyiangan dan tanpa penyiangan. Perbedaan tersebut meliputi tinggi tanman, jumlah cabang, polong serta bobot segar tanaman.Tinggi tanaman kacang tanah dengan penyiangan memiliki rata-rata tinggi tanaman  lebih tinggi dibandingkan tinggi tanaman kacang tanah tanpa penyiangan. Persaingan diantara tumbuhan ini secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem ini akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan. Dan karena mereka tidak bergerak, maka ruang menjadi faktor penting, di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi menguasai sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994).
Perbedaan hasil pengamatan yang terjadi pada tanaman kacang tanah dengan penyiangan  dan yang tanpa penyiangan terjadi disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi antar tumbuhan dan berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya yaitu kemampuan biji atau tumbuhan tersebut untuk  bertahan hidup berdampingan dengan tumbuhan lain.Faktor eksternal yang menjadi perebutan antar tanaman diantaranya intensitas cahaya, unsure hara, suhu, air, oksigen , dan karbondioksida. Selain faktor yang menjadi perebutan, ada juga faktor yang mempengaruhi keadaan fisiologis pertumbuhan tanaman diantaranya kondisi tanah, kelembaban tanah, udara,angin, dan gangguan dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat juga dapat  berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan fisiologis
Melalui praktikum persaingan interspesifik ini,  dapat diketahui bahwa tanaman kacang tanah dengan penyiangan memiliki hasil yang lebih baik pada tinggi, jumlah cabang, polong, serta bobot basah dibanding dengan  kacang tanah yang tanpa penyiangan. Bahkan pada tanaman kacang tanah tanpa penyiangan terdapat dua tanaman kacang tanah yang mati. Semual hal tersebut terjadi karena kompetisi-kompetisi yang terjadi pada tanaman kacang tanah dengan gulma. Kompetisi-kompetisi tersebut antaralain:
1.    Kompetisi di Atas Permukaan Tanah
a.       Kompetisi Cahaya
Kemampuan penyerapan cahaya akan berbeda untuk setiap jenis tumbuhan dan hal tersebut juga dipengaruhi oleh besarnya cahaya yang diterima. Variasi cahaya mempengaruhi kompetisi, namun pengaruhnya tidak berarti jika dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh perbedaan morfologis dari tumbuhan tersebut  (Sastroutomo, 1990). Cahaya berpengaruh terhadap berlangsungnya laju fotosintesis, dengan laju fotosintesis yang tinggi karena pasokan cahaya yang terserap banyak maka akan menghasilkan bahan materi bagi pertumbuhan tanaman secara maksimal.
b. Kompetisi CO2
Kompetisi akan CO2 dapat terjadi meskipun pada umumnya di alam kompetisi ini jarang sekali terjadi. Daun tumbuhan dengan cara fiksasi  C3 akan menjadi cepat jenuh pada intensitas cahaya yang relative lebih rendah dibandingkan dengan  jenis C4. Tanaman jenis C4 akan menggunakan air yang lebih efisien dibandingakan dengan jenis C3 dan hal tersebut membutnya lebih kompetitif dibandingkan dengan tanaman C3  (Sastroutomo, 1990).

2.    Kompetisi di Bawah Tanah
a. Kompetisi Air
Tumbuhan yang mempunyai kebutuhan air yang rendah merupakan tumbuhan yang mampu memanfaatkan air secara efisien (g CO2 ­yang diikat /g air yang sisanya sebesar 97—99% yang masuk ke dalam tumbuhan akan hilang melalui penguapan). Waktu dan jarak perakaran, keduanya merupakan faktor terpenting dalam kompetisi air. Sifat tumbuhan yang mempengaruhi kemampuan penyerapannya akan air adalah panjang akar dan luas enyebaranakar, daya toleransi terhadap kekurangan air dan kemampuannya untuk mengawal air melalui transpirasi. setiap jenis tumbuhan mempunyai respons yang berbeda terhadap kompetisi air. Tumbuhan yang mempunyai kemampuan yang tinggi diduga akan lebih berhasil pada kondisi yang terbatas   (Sastroutomo, 1990).

b. Kompetisi Hara
Hara merupakan faktor yang paling penting dalam persaingan antara gulma dan tanaman budidaya. Sejauh mana persaingan atau kompetisi berlaku adalah sagat bergantung pada banyaknya unsure hara yang tersedia di dalam tanah dan jumlah tumbuha yang terlibat. Unsur hara yang diperlukan dalam dalam jumlah yang bayak adalah karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur, kalsium, dan magnesium. Unsure-unsur ini menjadi bahan dasar pembentuk protoplasma, selaput, dan dinding sel. Ketiadaaan salah satu unsur dapat menghambat pertumbuhan tanaman  (Sastroutomo, 1990).
c. Kompetisi Oksigen
Ada beberapa keadaan dimana kekurangan suplai oksigen dapat menghambat pertumbuhan. Contohnya, oksigen dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan pada daerah-daerah dengan tanah yang sangat basah dan sering tergenang. Tetapi tidak ada satupun penelitian yang menunjukkan bahwa kompetisi antartumbuhan dapat terjadi pada keadaan seperti ini. Pada segala keadaan umum di dalam tanah, kandungan oksigen yang tersedia bagi perakaran adalah senantiasa mencukupi untuk terjadinya respirasi.
3.    Interaksi Faktor-faktor Pertumbuhan dalam Kompetisi
a. Interaksi Cahaya dan Nitrogen
Kompetisi cahaya menyebabkan penurunan jumlah dan berat akar yang lebih besar daripada daun. gulma semusim sudah beradaptasi pada keadaan dengan N yang kurang, maka pertumbuhannya relative lebih baik dibandingkan dengan tanaman pangannya dalam keadaan dengan N yang terbatas. Gulma akan kelihatan lebih efektif dalam kecepatan maupun jumlah penyerapan haranya dalam keadaan dengan N yang berlebihan.
Kehadiran  gulma  pada  pertanaman  kacang  tanah  merupakan  salah  satu  penyebab rendahnya  hasil  kacang  tanah.  Pengaruh  gulma  terhadap  tanaman  dapat  terjadi  secara langsung  yaitu  dalam  hal  bersaing  untuk  mendapatkan  unsur  hara,  air,  cahaya  dan  ruang  tumbuh.  Secara  tidak  langsung  sejumlah  gulma merupakan  inang  dari  hama  dan  penyakit. Gulma  yang  dibiarkan  tumbuh  pada  tanaman kacang  tanah  dapat menurunkan hasil  sampai dengan  47%  (Moenandir  dalam Murrine, Tanpa Tahun).
b. Interaksi Hormon dan Faktor Pertumbuhan
Gangguan yang ditimbulkan oleh gulma terhadap cahaya dapat mempengaruhi produksi, penyebaran, dan kesan yang ditimbulkan oleh satu atau lebih lebih hormon tumbuh yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil panenan. Gangguan ini dapat memberikan pengaruh yang lama pada tumbuh-tumbuhan dan secara makro peranannya cukup penting dan setaraf dengan kompetisi akan air, hara, dan cahaya.
Pengaruh jumlah gulma yang paling penting diketahui bahwa gulma dalam jumlah yang sedikit dapat menurunkan hasil panen. Pengaruh yang dijelaskan ini disebabkan oleh adanya plastisitasi bentuk morfologi tumbuhan baik pada gulma maupun tanaman budidayanya. Dengan semakin meningkatnya jumlah gulma per satuan luas maka semkin menurun ukuran memasing individu, yang dapat dinyatakan dengan berkurangnya jumlah anakan, percabangan , jumlah daun dan ukuran dan system perakaran. Dengan kata lain terdapat hubungan mengenai indiviu gulma yang dapat ditolerir oleh tanaman budidayanya. Jumlah individu gulma maximum yang dapat ditolerir oleh tanaman pangan tanpa menyebabkan penurunan hasil disebut nilai ambang kompetensi  (Sastroutomo, 1990).

Acara III. Pengaruh Kondisi Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
Tipe perkecambahan biji kacang tanah adalah perkecambahan epigeal, karena terjadi pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah, serta kotiledon berada di atas tanah. Cahaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi proses perkecambahan pada tumbuhan. Setiap tumbuhan membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda-beda. Sesuai dengan karakteristik masing-masing tanaman dan habitatnya. Akan tetapi pada umumnya akan membutuhkan pencahayaan yang optimal untuk melakukan fotosintesis sebagai penyedia makanan bagi pertumbuhan tanaman tersebut.  Pada tanaman kacang tanah membutuhkan intensitas cahaya yang cukup tinggi untuk pertumbuhannya agar dapat tumbuh optimal. Diantaranya adalah kelembapan udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 % dan penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
Pada praktikum ini menggunakan kacang tanah untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan kacang tanah. Pada pertumbuhan kacang tanah setelah berkecambah, kondisi yang memungkinkan untuk tumbuh normal yaitu pada tanaman yang diberi perlakuan tanpa naungan atau pencahayaan penuh. Tanaman kacang tanah yang diletakkan di tempat yang terang tumbuh lebih pendek karena umumnya cahaya dapat menguraikan auksin (hormon pertumbuhan). Peristiwa ini terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Hormon auksin ini akan terurai dan rusak sehingga laju pertambahan tinggi tanaman tidak terlalu cepat. Tanaman yang ditempatkan di tempat terang arah tumbuhnya ke arah matahari (tegak lurus) sedangkan tanaman yang ditempatkan di tempat gelap batangnya menjadi bengkok karena menuju sinar matahari.
Pada tempat yang gelap,  kacang tanah tidak mendapatkan cahaya matahari sama sekali, akibatnya hormon auksin yang terdapat pada biji kacang tanah  menjadi sangat aktif dan bekerja secara optimal. Hal itu  menyebabkan pertumbuhan kacang tanah  menjadi sangat cepat namun kurang merata. Sehingga batangnya lemah dan warnaya kekuning – kuningan. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, batang terlihat kurus tidak sehat (lemah), warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna kekuningan. Peristiwa ini disebut etiolasi.
Pada tempat yang setengah pencahayaan, pertumbuhan kacang tanah terlihat tumbuh dengan optimal. Karena tanaman (kacang tanah) yang diletakkan di tempat yang gelap akan tumbuh lebih panjang atau tinggi daripada tanaman kacang tanah yang diletakkan di tempat yang terang, akan tetapi kondisi tanamann akan nampak sehat pada tanaman yang mendapatkan sinar matahari secara menyeluruh atau dengan setengah naungan maupun tanpa naungan.
Pada tempat yang terang, kacang kacang tanah  mendapat cahaya dengan intensitas yang sangat besar, akibatnya pertumbuhan kacang tanah  akan lambat, karena sebagian besar hormon auksin terurai oleh sinar matahari. Akibatnya, pertumbuhan kacang tanah ditempat gelap cenderung bengkok, batang tanaman akan lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, subur, batang terlihat gemuk dan kuat, daun terlihat segar dan berwarna hijau karena mendapatkan cahaya yang cukup untuk fotosintesis serta memiliki cukup klorofil.
Dilihat dari kualitas tanaman dengan melihat bobot kering tanaman bahwa pertumbuhan tanaman yang berada pada tempat yang ternaungi memiliki bobot kering paling rendah yaitu rata-rata  yang artinya bahwa tanman yang tumbuh dengan kondisi pencahayaan kurang memiliki kualitas tanaman yang kurang baik. Tanaman kacang tanah  yang diletakkan di tempat yang gelap, meski tumbuhnya lebih tinggi, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, batang terlihat kurus tidak sehat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna kuning. Sedangkan pada tanaman yang tumbuh pada kondisi pencahayaan berlebihan juga akan nmerusak hormon-hormon pertumbuhan diantaranya adalah auksin yang akan mengakibatkan tanaman juga kurang optimal dalam pertumbuhannya, sehingga bobot kering yang didapat dari tanaman tersebut lebih rendah dari tanaman yang diperlakukan pada tempat dimana pencahayaan dibutuhkan tanaman maka dapat memenuhi kebutuhan tanaman yaitu pada tempat setengah naungan. Pada tanaman yang diletakkan pada tempat yang kadang ada cahaya dan terkadang cahaya kurang atau setengah ternaungi memiliki bobot kering paling banyak. Tanaman kacang tanah yang diletakkan di tempat yang terang, meskipun tumbuhnya lebih pendek, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang sehat, subur, batang terlihat gemuk, daun terlihat segar dan berwarna hijau serta memiliki cukup klorofil. Itu berarti kacang tanah dapat tumbuh optimal pada kondisi pencahayaan setengah naungan dimana cahaya tidak terlalu panas akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis.
V.                KESIMPULAN
Acara I. Persaingan Intraspesifik Tanaman ( Antara Tanaman Sejenis )
Dari praktikum yang kami lakukan dapat kami simpulkan adalah sebagai berikut :
1.        Semakin dekat jarak tanam maka pertumbuhan akan semakin cepat karena persaingan akan semakin besar dan bagian bawah ternaungi oleh daun bagian atas, sehingga menyebabkan tanaman harus mencari sumber cahaya yang lebih dengan cara kebagian atas.
2.        Semakin jauh jarak tanam makan berpengaruh pada pertumbuan yaitu tinggi tanaman lebih rendah dari jarak tanam yang sempit. ( 20cm x 30cm ). Karena persaingan lebih rendah namun diameter batang lebih besar dibanding tanaman jagung dengan jarak tanam 20cm x 30cm.
3.        Jarak tanam yang ideal adalah dimana pertumbuhan di iringi dengan pertumbuhan diameter yang seimbang dengan tinggi tanaman.
4.        Jumlah buah dengan perlakuan jarak tanam 20cm x 30cm lebih banyak namun diameter tongkol lebih kecil dibanding buah dengan jarak tanam 20cm x 60cm.
5.        Terdapat pertumbuhan biji buah jagung yang tidak biasa atau berlebihan di karenakan kekurangan air.



Acara II. Persaingan Interspesifik Tanaman ( Antara Berlainan Jenis )
Dari pelaksanaan praktikum persaingan interspesifik ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.        Kompetisi merupakan faktor pembatas abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ada dua macam kompetisi, yaitu kompetisi interspesifik (Kompetisi antara dua individu atau lebih yang berbeda spesies) dan intraspesifik (Kompetisi antar dua individu atau lebih yang sama spesies)
2.        Tanaman kacang tanah dengan penyiangan memiliki hasil baik pada tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, serta bobot segar yang lebih tinggi dibanding dengan tanaman kacang tanah tanpa penyiangan.
3.      Perbedaan-perbedaan yang terjadi pada tanaman kacang tanah yang disiangi dengan yang tidak terjadi disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kompetisi antar tumbuhan dapat berasal dari faktor internal dan eksternl.
4.      Adanya  Parameter kompetisi meliputi sesuatu yang terdapat di dalam ruang, seperti hara, air, cahaya, CO2, dan O2. Kompetisi di atas permukaan tanah meliputi kompetisi cahaya dan kompetisi CO2. Sedangkan kompetisi di bawah tanah meliputi kompetisi air, kompetisi zat hara, dan kompetisi oksigen.




Acara III. Pengaruh Kondisi Pencahayaan Pada Pertumbuhan Tanaman
1.        Kondisi pencahayaan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik dari perkecambahann maupun setelah muncul plumulanya atau bakal tunas. Selain kondisi pencahayaan pertumbuhan tanman juga dipengaruhi oleh kelembaban udara sebagai pendukung pertumbuhan.
2.        Cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman yang berada di tempat gelap, akan tumbuh lebih cepat daripada tanaman yang berada di tempat yang terang. Karena di tempat gelap, tanaman tidak mendapatkan cahaya matahari sehingga hormon auksin (hormon pertumbuhan) yang terdapat pada biji bekerja secara optimal. Sedangkan di tempat terang, tanaman mendapatkan cahaya matahari sehingga hormon auksin (hormon pertumbuhan) terurai.
3.        Tanaman yang ditempatkan di tempat terang arah tumbuhnya ke arah matahari (tegak lurus) sedangkan tanaman yang ditempatkan di tempat gelap batangnya menjadi bengkok karena menuju sinar matahari.











DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Wiley and Sons, New York. 485 pp.
Chambell and R. Mitchel. 1987. Biology 5th Ed. Addison Wesley Longman, Inc ; USA.
Djuffi.2006. Penentuan pola distribusi, asosiasi dan interaksi apesies tumbuhan khususnya            padang rumput di Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Jurnal of Biological            Divercity 3:181.
Elfidasari, D. 2007 Jenis-jenis intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis kuntul pada saat         mencari makan di sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang, Propinsi Banten. Jurnal     Biodiversitas 8:266-29.
Hasanuddin, Erida, Gina., dan Safmaneli. 2012. Pengaruh Persaingan Gulma Synedrella nodiflora L. Gaertn pada Berbagai Densitas terhadap Pertumbuhan Hasil Kedelai. Agrista, 16 (3) : 146—152.
Makmur. A., 1988. Pengantar Pemulian Tanaman. Bina Aksara, Jakarta.
Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Murrinie, Endang Dewi. Tanpa Tahun. Analisis Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah dan Pergeseran Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda. (Online) (http://eprints.umk.ac.id/118/1/ANALISIS_PERTUMBUHAN_TANAMAN_KACANG_TANAH.pdf), diakses 16 Februari 2015.
Nasir, M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetik Tanaman. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Nurwidada, 1998. Bertanam Kacang Tanah. Yogyakarta.
Odum, P.E. 1983. Basic Ecology. Saunders Collage Publishing, United States of America.
Pranasari, R.A. , Nurhidayati, T dan Durwani, K.L. 2012. Persaingan tanaman jagung (Zea mays) dan rumput teki (Cyperus rorundus) pada pengaruh tekanan garam (NaCl). Jurnal Sains dan Seni ITS 1:235
Rahmadi, M., N. Hermiati, A. Baihaki dan R. Setiamihardja, 1990. Varian Genetik dan Heritabilitas Komponen Hasil dan Galur Harapan.
Rezky Nuradi. 2014. http://www.academia.edu/11603754/Laporan_Penelitian_Kacang_Tanah_dan_Padi_by.RN. Diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pada pukul 13.00 WIB.
Sastroutomo, Soetikno S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Sitompul, S. M., dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.
Soemaatmadja, S., 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I. Editor Maesen, L. J. V. Grafindo Pustaka Utama, Jakarta.
Suhaeni, 2007. Menanam Kacang Tanah. Penerbit Nuansa. Bandung.
Sutopo, L., 1998. Teknologi Benih. Raja Gafindo Persada, Jakarta.
Tjokrowardojo, Agus Sudiman dan Djauhariya, Endjo. Tanpa tahun. Gulma danm Pengendaliannya pada Budidaya Tanaman Nilam. (Online), (http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/publikasi/monograph/nilam/GULMA%20DAN%20PENGENDALIANNYA%20PADA%20BUDIDAYA.pdf) , diakses pada 16 Februari 2015.
Umi Arsih. 2012. https://umiarsih.wordpress.com/2013/01/18/acara-iii-pengaruh-kondisi-pencahayaan-pada-pertumbuhan-tanaman/. Diakses pada tanggal 17 Januari 2016 pada pukul 15.00 WIB.
Weafer, T.E and Frederic, E.Clements.1938. Plant Ecology. 2th Edition MC.Grow –hill Book Company, New York.

Zuchri, A. 2007. Optimalisas hasil tanaman kacang tanah dan jagung dalam tumpangsari melalui pengaturan baris tanam dan pemrosesan daun jagung. Embryo 4:156-163.
LAMPIRAN ACARA I
Gambar 1. Buah jagung dengan perlakuan jarak tanam 20cm x 60cm
Gambar 2. Pengupasan dan pengukuran buah jagung







Gambar 3. Pengambilan data pengukuran buah jagung dengan perlakuan jarak tanam 20cm x 60cm
Gambar 4 . Perbandingan Buah Jagung dengan perlakuan jarak tanam 30cm x 20cm







Gambar 5. Pertumbuhan yang berlebihan pada biji jagung
LAMPIRAN ACARA II
Gambar 6. Pengamatan tanaman kacang tanah
Gambar 7. Tanaman Kacang Tanah Mulai Berbunga
Gambar 8. Dua Tanaman Kacang Tanah mati pada  Bedengan Tanpa Penyiangan

Gambar 9. Jumlah polong pada Tanaman Dengan
Penyiangan Lebih Banyak Dibanding Dengan Tanpa Penyiangan
Gambar 10. Tanaman Kacang Tanah Dengan Penyiangan
Gambar 11. Tanaman Kacang Tanah Tanpa Penyiangan
LAMPIRAN ACARA III
Gambar 12. Tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan setengah Pencahayaan
Gambar 13. Tanaman Kacang Tanah dengan Perlakuan Pencahayaan Penuh


Gambar 14. Tanaman Kacang Tanah dengan Perlakuan Tanpa Pencahayaan penuh

Gambar 15. Pengukuran Kacang tanah dengan perlakuan Pencahayaan Penuh





Gambar 16. Perbandingan Pertumbuhan dari ketiga Perlakuan pencahayaan
Gambar 17. Menunjukan adanya Bintil akar yang tumbuh di bagian perakaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar