Senin, 25 Januari 2016

Laporan Praktikum Pengelolaan Air

I.     PENDAHULUAN

A. Latar belakang
                        Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah tak terelakkan lagi. Tanaman yang diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga menghasilkan produksi yang maksimal tentunya.
                        Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut, pemberian air yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada kematianpada tanaman tersbut.
                        Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya kurang juga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena itu pemberian air pada tanamn hendaklah dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
                        Faktor lain, susahnya air disuatu tempat atau kawasan tertentu membuat petani kesusahan dalam usaha pertaniannya, hendaknya dalam situasi  seperti ini diperlukan system manajemen irigasi yang baik pengelolaan air.
                        Dalam sebuah  saluran irigasi, mengetahui debit aliran dalam sebuah sluran irigasi dalah sangat penting. Ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju penggunaan air pada petak sawah dengan sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau tanaman di sebuah lahan tersebut. Dengan mengetahui besarnya laju aliran per satuan waktu (debit) diharapkan  akan dapat mengontrol laju aliran sesuai dengan yang dibutuhkan (Anonim,2002).
                        Oleh karena itu perlunya pengukuran debit air dalam pipa maupun debit aliran pada sebuah saluran irigasi adalah merupakan suatu metoda ataupun kepentingan dalam sebuah manajemen irigasi atau dalam sebuah system keirigasian.
                        Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi dilapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi suatu sumber daya air disuatu daerah atau wilayah DAS.
B. Maksud dan Tujuan
                        Praktikum Acara I yang berjudul “Mengukur Debiet Pancuran” dan acara II yang berjudul “Mengukur Debiet Air Sungai” dan Praktikum acara III yang berjudul “ Kunjungan Waduk Sermo ” memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
1.      Melihat pengaruh tinggi air terhadap debiet air yang keluar dari lubang (intake) bendungan irigasi.
2.      Mengetahui debiet air sungai yang mengalir tanpa menggunakan alat pengukur langsung.
3.      Melatih kemampuan Mahasiawa dalam mengukur Debit Air secara manual.
4.      Menambah wawasan Mahasiswa terhadap pengelolaan bendungan bagi pengairan pertanian dan pembangkit listrik tenaga air.
5.      Mengenal Fungsi dan Tujuan dibuatnya Bendungan atau Waduk.

















II.     TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat aquatic. Dalam prakteknya suatu habitat aquatic apabila mediumnya baik external maupun internal adalah air. Aquatic merujuk perairan yang meliputi laut, sungai, danau, gua basah, air tanah, rawa baik asin maupun tawar dan sejenisnya. (Muchtar, 2006).
Air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian. Oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan air untuk pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air (irigasi) harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan “Cyclus Hydrologie”. Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di permukaan bumi akan bersatu dan berada ditempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana temperatur diatas semakin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh kebumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagianmengalir kedalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air, maka perserapan akan berkurang, dan sebagian air akan mengalir diatas lapisan rapat air ini. Jika air ini keluar pada permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpal, membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini (Sutrisno, 1994).



B. Sumber air
Menurut Sutrisno (1994), secara garis besar dapat dikatakan air bersumber dari:
1.      Air Laut
            Air yang dijumpai di dalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju, dan hujan. Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.
2.      Air Atmosfir
            Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya.Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
3.      Air Permukaan
      Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.
      Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri. Udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap ke dalam air permukaan.

      Air permukaan ada dua macam yakni:
a.       Air sungai
      Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
b.      Air rawa/danau
      Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat

4.      Air Tanah
      Air tanah adalah air yang berasal dari permukaan yang merembes ke dalam tanah, yang terdapat di dalam ruang-ruang butir antara butir-butir tanah di dalam lapisan bumi. Suatu saat air ini akan memenuhi lapisan tanah yang keras dan kuat, maka air ini akan keluar permukaan sebagai mata air.
      Air tanah terbagi antara:
a.    Air tanah dangkal
           Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan bertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang larut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah ini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah lapisan rapat air, air yang terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan sebagai air minum melalui sumur-sumur dangkal.
b.   Air tanah dalam
           Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama.Pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.
           Kualitas air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringanya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan dari unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.
c.    Mata air
           Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam.

C. Debit air
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk). Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang enture lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Sosrodarsono, 2006).
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3 – 1,4 milyard km3 air, 97,5 % adalah air laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001 % berbentuk uap di udara. Air di bumi ini mengulangi terus-menerus sirkulasi, prosipitasi, dan pengaliran keluar (out flow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan. Sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan.sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah (Sosrodarsono, 2006).
Asdak (2002), menjelaskan bahwa debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter kubik. Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A adalah luas penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran (m/detik).
Debit aliran merupakan jumlah volume air yang mengalir dalam waktu tertentu melalui suatu penampang air, sungai, saluran, pipa atau kran. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi.
Menurut Soemarto (1987) debit diartikan sebagai volume air yang mengalir per satuan waktu melewati suatu penampang melintang palung sungai, pipa, pelimpah, akuifer dan sebagainya. Data debit diperlukan untuk menentukan volume aliran atau perunahan – perubahannya dalam suatu sistem das. Data debit diperoleh  dengan cara pengukuran debit langsung dan pengukuran tidak langsung, yaitu dengan menggunakan liku kalibrasi. Liku kalibrasi (ratting curve) menurut Sri Harto (2000) adalah hubungan grafis antara tinggi muka air dengan debit. Liku kalibrasi diperoleh dengan sejumlah pengukuran yang terencana dan mengkorelasikan dua variabel yaitu tinggi muka air dan debit dapat dilakukan dengan menghubungkan titik – titik pengukuran dengan garis lengkung diatas kertas logaritmik.
Faktor Penentu Debit Air
1. Intensitas hujan
Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek), atau kemarau panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan bertambahnya debit air. (Suwandi, 2000).
2. Pengundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di daerah tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber air sungai. Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul akan menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan, air hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan dan sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan atau banjir bandang yang membawa kandungan lumpur.(Suwandi, 2000).
3. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya dengan penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat erosi. Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended solid) dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan hara dalam air sungai.Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian mempunyai kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor konservasi tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain. (Suwandi, 2000).
4. Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas permukaan tanah, tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali(”hilang”) ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah mencapai permukaan tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi dianggap bukan faktor penting dalam penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran sungai harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mempengaruhi neraca air regional. Penggantian dari satu jenis vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang berbeda, sebagai contoh, dapat mempengaruhi hasil air di daerah tersebut. (Suwandi, 2000).

5. Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, mengapa dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena melalu kedua proses ini dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan air dari per mukan air, tanah dan permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga membentuk uap air di udara dengan adanya uap air diudara maka akan terjadi hujan, dengan adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan bertambah juga. Sedikit demi sedikit.(Suwandi, 2000).
Pengukuran sungai utamanya ditujukan untuk mengukur besarnya debit air sungai. Debitair adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang sungai per satuan waktu.Pengukuran debit air tidak dilakukan di sembarang tempat dan sembarang kondisi sungai.Pengukuran debit air agar hasilnya teliti dan valid , maka harus mengikuti persyaratan- persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing model atau formula debit. Beberapa halyang harus diperhatikan dalam pengukuran debit adalah :
1.      Pemilihan tempat pengukuran (gaunging site)Dalam pengukuran debit air biasanya dilakukan pengukuran tinggi muka air (stageelevation) dan parameter penampang sungai lainnya. Untuk melaksankan pengukurantersebut, penampatan stasiun pengukuran(hydrometer station)harus memperhatikan 4 hal,yaitu:
a. Tempat pengukuran harud mudah dicapai pengamatan
b. Kondisi tempat harus sesuai dengan alat yang digunakan .
c. Kedudkan tempat harus stabil.
d. Kondisi alat harus standar dan stabil.
2.      Pemilihan lokasi pengukuran tinggi muka air Dalam pemilohan lokasi pengukuran tinggi muka iar, ada beberapa syarat yang harusdiperhatikan yaitu lokasi pengukuran hendaknya :
a. Tidak terlalu dekat dengan percabangan sungai, untuk menghondari efek backwater. 
b. Berada di hukudan hilir dari bangunan hidrologi, seperti bendungan/dam dan ambng(weir)
c. Mudah dicapai, misalnya dekat jembatan dan sebagainya
d. Berada pada bagian sungai yang lurus agar diperoleh ketelitian yang tinggi.
e. Berada pada dsar sungai yang stabil
3.      Syarat pengukuran kecepatan aliranPada dasarnya debit air merupakan fungsi dari laus penampang saluran dan kecepatan aliran,maka dalam pengukuran debit berbagai hal yang berkait dengan kedua parameter tersebutharus diperhatikan. Adapaun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pengukurankecepeatan aliran adalah:
a. Penampang hendaknya tegak lurus dengan badan sungai, dan kecepatan aliran padasemua titik hendaknya seragam.
b. Dapat menghasilkan kurva distribusi kecepatan aliran yang teratur 
c. Kecepatan aliran lebih besar dari 10/15 centimeter perdetik.
d. Dasar sungai hendaknya dipilih yang stabil.
e. Kedalaman air hendaknya lebih dari 30 cm
f. Hendakya tidak ada aliran yang melampaui tebing
g. Hendaknya tidak terdapat tumbuhan atau benda penganggu lainnya
4.      Alat Untuk Mengukur Tinggi Muka Air Untuk mengukur tinggi muka air diperlukan beberapa alat antara lain:
a. Alat ukur manual berupa papan duga ( staff gauge
b. Alat ukur berupa Automatic Water Level Recorder (AWLR)














III.     METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum
            Praktikum Pengelolaan Air acara 1”Mengukur Debit Air Pancuran” dilakukan di sebelah barat gedung Rektorat dan di Laboratorium Ilmu Tanah,UMBY. Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis,8 Oktober 2015.
            Sedangkan praktikum acara 2” Mengukur Debiet Air Sungai” dilaksanakan di Bendung Pacar,Argomulyo, pada hari Kamis, 15 Oktober 2015
            Dan Praktikum acara 3 “ Kunjungan Waduk Sermo ” dilaksanakan di Waduk Sermo, Kulon Progo,Bantul, Yogyakarta, pada Selasa, 20 Oktober 2015.

B. Bahan dan Alat Praktikum
1. Debiet Air Pancuran
1.1. Bahan:
             Air
1.2. Alat:
a.       Gelas ukur
b.      Stopwatch
c.       Nampan plastik
d.      Selang air
e.       Paralon dengan tiga lubang pancuran searah panjang paralon,
f.        Penggaris
g.      Alat tulis.
2. Debiet Air Sungai
2.1. Bahan :
            Sungai yang mengalir
2.2. Alat:
a.       Penggaris panjang (rol meter)
b.      Paralon kecil (galah)
c.       Pelampung
d.      Stopwatch

C. Cara Kerja
1. Debiet Air Pancuran
1.      Mendirikan paralon secara vertikal,bagian yang terbuka terletak di atas.
2.      Mengalirkan air lewat lubang samping paling bawah dan mengeluarkan air lewat lubang samping paling atas dengan selang.
3.      Usahakan agar permukaan air dalam paralon konstan dengan mengatur kran pemasukan air.
4.      Air pancuran yang keluar dari ketiga lubang diusahakan agar saling berpotongan.
5.      Mengukur tinggi air dari masing-masing lubang pancuran dan menghitung volume air yang keluar per satuan waktu dari lubang tersebut beserta daya pancarnya(cm).
2. Debiet Air Sungai
1.      Memilih tempat (bagian) sungai yang lurus dengan dimensi yang seragam.
2.      Mengambil jarak sepanjang 10 meter searah dengan aliran sungai dan diberi tanda pada kedua ujungnya.
3.      Membagi lebar permukaan sungai di bagian hulu menjadi beberapa bagian dengan jarak lebar tertentu (tergantung lebar sungai).
4.      Pada setiap bagian lebar tadi diapungkan suatu pelampung
5.      Mengalirkan pelampung dari hulu sampai hilir sepanjang 10 meter dan waktunya dicatat (diukur) dengan stopwatch.
6.      Menghitung kecepatan aliran air sungai.
7.      Selanjutnya pada setiap bagian lebar permukaan sungai tadi diukur kedalamannya ( dilakukan juga di bagian tengah dan hilir).
8.      Menghitung luas penampang aliran sungai.
9.      Menghitung debiet aliran air sungai.
3. Kunjungan Waduk Sermo
1.      Mempersiapkan Waktu dan Transportasi ke Waduk Sermo.
2.      Mengikuti Kegiatan di Waduk Sermo.
3.      Mengamati Fungsi dan Cara Kerja dari Waduk Sermo.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Debiet Air Pancuran
Tabel hasil pengukuran debit air pancuran
Ulangan
Waktu
(dt)
Jarak pancaran air tiap lubang(cm)
Volume air tertampung tiap  lubang(ml)
1
2
3
1
2
3
I
60
145
210
227
630
850
1000
II
60
149
205
231
657
890
1045
III
60
150
198
215
663
866
1074
Rata-rata
60
148
204,3
224,3
650
868,6
1039,6

Ø  Debiet air teoritis
Lubang 1 =  12,31 cm3/dt
Lubang 2 =  15,08 cm3/dt
Lubang 3 =  22,29 cm3/dt
Ø  Debiet air kenyataan
Lubang 1 =  650 ml/60 dt
Lubang 2 =  868,6 ml/60 dt
Lubang 3 =  1039,6 ml/60 dt

A. Debit air teoritis
1. Lubang 1
Q = A x V
    = p. r2 x
    = 3,14 (0,115 cm)2 x
    = 0,04215 cm2 x
    = 0,042 cm2 x 292,14 cm/dt
    = 12,31 cm3/dt




2. Lubang 2
Q = A x V
    = p. r2 x
    = 3,14 (0,115 cm)2 x
    = 0,042 cm2 x
    = 0,042 cm2 x 358,96 cm/dt
    = 15,08 cm3/dt

3. Lubang 3
Q = A x V
    = p. r2 x
    = 3,14 (0,115 cm)2 x
    = 0,042 cm2 x
    = 0,042 cm2 x 530,61 cm/dt
    = 22,29 cm3/dt

B. Debit air kenyataan
1. Lubang atas(1) = Rata-rata volume air pancaran tiap lubang
                                           =
                                           = 650 ml/60 dt     = 10,83 ml/dt
2. Lubang tengah (2) = Rata-rata volume air pancaran tiap lubang
                                    =
                                                = 868,9 ml/60 dt    = 14,48 ml/ dt
3. Lubang bawah (3) = Rata-rata volume air pancaran tiap lubang
                                    =
                                                = 1039,6 ml/60 dt    = 17,32 ml/dt
                                   

2. Debiet Air Sungai

Tabel 2. Pengukuran kedalaman sungai
Ulangan
Kedalaman sungai (cm)
0
0-50
50-100
100-150
1 (hulu)
96
120
117,5
97,5
2 (tengah)
96
132
140,5
97,5
3 (hilir)
85
101,5
103,5
93

Jarak hulu-hilir (S) = 10 m=1000 cm
·          Luas bagian hulu(L1)= 16.262,5 cm2
·          Luas bagian tengah(L2) = 22.787,5 cm2
·          Luas bagian hilir(L3) = 14.700 cm2
Rata-rata luas (A) =
                                          =
                                          = 17.916,66 cm2
                                                      = 1,7916 m2

Tabel 3. Kecepatan aliran sungai
Ulangan
Waktu (detik)
Rata-rata
Pelampung 1
Pelampung 2
Pelampung 3

1
161
158
204
174,3
2
137
177
177
163,6
3
176
174
193
181

Total rata-rata waktu(t) =
                                                   = 172,9 detik
Kecepatan aliran air
V =
    =  10 m/172,9 dt
Debiet air sungai
Q = A x V
    = 1,7916 m2 x
    = 17,916 m3/  dt
    = 0,1036 m3/dt


























B. Pembahasan
1.      Debit Air Pancuran
            Pada praktikum acara pertama yaitu pengukuran debit air pada pancuran menggunakan media pipa paralon yang berdiameter + 7,60 cm  dan terdapat 3 lubang yang masing masing lubang memiliki diameter 2,30 mm dan jarak antara lubang pertama,kedua dan ketiga yang bervariasi mendapatkan hasil bahwa :
1)      Semakin Tinggi suatu penampang aliran atau dekat jaraknya dengan tinggi rata-rata Penampang dalam hal ini adalah lubang pertama maka semakin rendah tekanan air yang dimiliki, sehingga jarak pancuran kepermukaan tanah menjadi dekat dengan rata-rata 148 cm dalam hasil percobaan praktikum dengan tiga kali pengulangan. Hal ini menyebabkan volume air yang tertampung sedikit yaitu berkisar 650 ml.
2)      Sedangkan pada tinggi penampang kedua atau letak lubang berada di antara lubang pertama dan ketiga maka hasil yang didapatkan adalah tekanan air kerkekuatan sedang dengan jarak pancuran rata-rata 204,3 cm dan volume air yang tertampungpun berkisar sedang yaitu 868,6 ml.
3)      Dan pada penampang ketiga jarak antara lubang atas dan lubang ketiga paling jauh sehingga menghasilkan tekanan air yang paling besar dan menyebabkan jarak pancuran menjadi jauh dengan rata-rata 224,3 cm dan secara otomatis volume air yang tertampung lebih banyak dari lubang pertama dan kedua yaitu 1039,6 ml.
            Dari hal ini jika dibandingkan dengan dasar teori yang ada bahwa hubungan antara Jarak dan tekanan Potensia air sangat mempengaruhi terhadap kecepatan aliran dan volume sama persis dengan hasil praktikum acara pertama Pengukuran Debit Air Pancuran, dilihat dari penjabaran diatas menunjukan bahwa Pengaruh Ketinggian suatu penampang mempengaruhi Tekanan air dan Kecepatan aliran air. Jika dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari contoh ini dapat diambil dari peristiwa Turunnya Hujan dimana Ketinggian hujan dari awan sampai kepermukaan bumi sangan berpengaruh pada kecepatan aliran curah hujan dan volume yang jatuh di bumi. Maka hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan sumber air untuk pertanian.
2.      Debit Air Sungai
            Pada acara praktikum kedua yaitu Pengukuran Debit Air Sungai dimana hal ini dilakukan di Bendung Pacar, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta yang menggunakan Alat manual seperti Tiga Buah Bola Plastik yang sudah disiapkan, Penampang aliran Benduangan atau Sungai, Pipa Paralon sebagai Pembatas dan Pengukur Waktu (Stopwatch) yang mana menghasilkan sebagai berikut :
1)      Suatu kedalaman Penampang aliran sangat berpengaruh terhadap kecepatan aliran dan hal tersebut akan terlihat dari waktu yang ditentukan, dimana pada percobaan pertama didapatkan hasil dengan kedalam yang paling dangkal mempengaruhi kecepatan aliran air menjadi cepat.
2)      Sedangkan dengan kedalaman penampang yang sedang yaitu dengan jarak panampang ( 50-100 cm ) mempengaruhi kecepatan aliran menjadi lebih besar dibandingkan penampang pertama.
3)      Dan penampang ketiga dengan jarak ( 100-150 cm ) dimana mendapatkan hasil paling besar dari segi kecepatan aliran. Artinya kedalam ketiga menghasilkan kecepatan aliran menjadi lambat dibandingkan penampang pertama dan kedua.
            Jika hal ini di bandingkan dengan Kecepatan aliran teoritis dan pengaruh kedalam maka tidak sama. Dimana semakin dangkal suatu penampang aliran maka kecepatan aliran akan semakin cepat dan tekanan airnya pun kecil. Sedangkan Penampang yang memiliki kedalaman paling dalam maka mempengaruhi kecepatan aliran menjadi lambat dan tekanan airnya pun menjadi besar. Maka hal ini mendorong untuk orang yang bergerak dibidang pertanian mengelola pengairan seperti waduk dan bendungan dengan tepat, sehingga ketika lahan pertanian suatu daerah membutuhkan air para pekerja sudah dapat menetukan kecepatan aliran baik itu waktu dan volume yang akan diterima di suatu lahan. Pengelolaan yang baik pan pemahaman yang tepat tentang Kecepatan aliran air dan kedalaman serta luas suatu penampang akan berguna dalam hal membuat aliran air untuk pengairan pertanian.

V. KESIMPULAN

            Dari hasil praktikum Pengelolaan Air yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan tentang Pengaruh kedalaman,luas penampang, tekanan air dan jarak suatu penampang terhadap kecepatan suatu aliran sebagai berikut :
1.      Semakin Tinggi suatu penampang dan dekatnya jarak aliran maka tekanan air semakin kecil dan jarak pancuran akan pendek. Hal ini juga berpengaruh terhadap volume yang sedikit.
2.      Semakin Jauh jarak suatu penampang atau dengan ketinggian yang rendah dari permukaan maka tekanan air yang didapat akan semakin besar sehingga jarak pancuran akan semakin jauh dan kecepatan aliran sangat kuat.
3.      Semakin Dangkal suatu permukaan penampang maka kecepatan aliran akan semakin besar dan tekanan airpun akan semakin kecil.
4.      Semakin Dalam suatu permukaan penampang maka tekanan air akan semakin besar dan memperlambat laju dari aliran air.
5.      Didirikannya waduk dan bendungan menjadi jawaban atas cara pengelolaan sumber air untuk lahan pertanian.













3. KUNJUNGAN KE WADUK SERMO
A.  Sejarah Dan Latar Belakang
Proyek pembangunan Waduk Sermo merupakan salah satu komponen program IISP (Integreted Irrigation Sector Project) yang pembiayaannya berasal dari APBN murni dan bantuan ADB. Studi kelayakan Waduk Sermo dilakukan oleh Mac Donald tahun 1980, dilanjutkan oleh PT Indra Karya tahun 1985 dan 1991. Penelitian untuk mengetahui waduk sermo layak dibangun dari segi teknis dan ekonomis dilakukan oleh ELC – Electroconsult pada tahun 1992. Waduk Sermo ini dibuat dengan membendung Kali Ngrancah yang dapat menampung air 25 juta meter kubik. Pembangunannya diselesaikan dalam waktu dua tahun delapan bulan (1 Maret 1994 hingga Oktober 1996). Waduk Sermo ini diresmikan pada tanggal 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto dan akhirnya resmi beroperasi pada tahun 1997. Pembangunan waduk sermo ini membuat Pemda Kulonprogo harus memindahkan 107 KK dengan bertransmigrasi ke Tak Toi Bengkulu, dan ke PIR kelapa sawit Riau.
Tujuan pembangunan waduk ini adalah untuk suplesi sistem irigasi daerah Kalibawang yang memiliki cakupan areal seluas 7.152 Ha. Sistem irigasi tersebut merupakan interkoneksi dari beberapa daerah irigasi, diantaranya Clereng, Pengasih, dan Pekik Jamal.
Pembangunan Waduk Sermo diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian melalui perluasan areal, effisiensi air irigasi dan peningkatan intensitas tanam, sehingga diharapkan dapat memperbaiki pendapatan petani dan meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan kesempatan kerja di daerah tersebut.

B.  Lokasi Waduk Sermo
Letak Waduk Sermo boleh dibilang cukup strategis, karena berada diantara dua bukit dan disekelilingnya masih banyak pepohonan dan adanya cagar alam atau hutan wisata yang membuatnya nampak hijau dan sejuk. Di sana terdapat jalan yang melingkari sekeliling waduk sehingga memudahkan pengunjung menikmati Waduk Sermo dari sudut pandang manapun dengan leluasa. Di sepanjang jalan melingkar itu terdapat tempat – tempat persinggahan berupa rumah jamur (berbentuk seperti jamur) dan juga rumah panggung. Terdapat pula warung makan, bengkel dan juga toilet umum. Disamping itu juga menyediakan wisma atau vila apabila kita ingin menikmati keindahan waduk pada malam hari. Bila ingin mengelilingi Waduk Sermo lewat air, disana juga disediakan penyewaan perahu atau sering pula masyarakat menyebutnya “gethek”. Perahu motor juga ada. Bila ingin memancing, kita tidak perlu membayar. Cukup membeli atau membawa sendiri peralatan untuk memancing. Meski pengunjung bebas memancing di Waduk Sermo, namun ada kawasan-kawasan tertentu yang dilarang sebabberbahaya.

C.  Fungsi & Manfaat Waduk Sermo
1. Paritirta dan pariboga (irigasi)
2. PDAM Parimina (Perikanan)
3. Pariwisata
4. Olah Raga
Dampak Adanya Waduk Sermo Pada Bidang Ekonomi Adanya waduk sermo di desa hargowilis, dapat membantu meningkatkan perekonomian warga sekitar waduk, dan juga dapat mengurangi jumlah pengangguran di desa hargowilis khususnya. Dampak Adanya Waduk Sermo Terhadap Sosial Budaya Yang paling menonjol akibat terjadinya perubahan-perubahan fisik maupun ekonomi dan sosial budaya, ternyata berpengaruh terhadap perubahan adat kebiasaan yang ada di daerah penelitian. Hal ini terlihat oleh adanya upacara tradisional Rebo Wekasan (upacara syukuran panen yang melimpah) yang saat ini sudah mundur sebagai akibat Desa Hargowilis terpisahkan oleh Waduk Sermo. Selain itu, para penduduk juga sudah mulai berpikir secara rasional sehubungan adanya keterbatasan sumberdaya yang ada.
Selain itu juga masyarakat di sekitar waduk sermo, banyak yang memanfaatkan pinggiran waduk sermo tersebut untuk ditanami rumput kolonjono sebagai makanan ternak mereka, karena sebagian besar mereka yang bertempat tinggal di sekitar waduk sermo, banyak yang memelihara sapi dan kambing, tetapi ada juga masyarakat yang menanami sayuran, seperti kangkung, lembayung dan lain-lain
Bentuk-bentuk Kerja Sama Antara Pihak Waduk Sermo dan Masyarakat Bentuk-bentuk kerjasama antara pihak waduk sermo dengan masyarakat yaitu diantaranya dengan adanya, pemberian bibit tanaman oleh pihak waduk sermo pada masyarakat untuk ditanam di sekitar waduk, pengadaan pelatian pembuatan pupuk organik oleh pihak waduk sermo, mengadakan penyuluhan-penyuluhan dan pengarahan pada masyarakat, baik itu dari kelompok tani, kelompok penjaring, kelompok warung dan lain-lain, agar dapat mengembangkan usahanya dan dapat memajukan waduk sermo.

D. Bangunan
Waduk Sermo ini terdiri dari bendungan utama yang merupakan tipe urugan batu berzona dengan inti kedap air. Puncak bendungan memiliki elevasi +141,60meterdengan panjang 190.00 meter, lebar 8,00 meter, tinggi max 58,60 Meter dan volume urugan 568,000 meter. Coffer Dam dengan tipe urugan batu dan selimut kedap air yang memiliki elevasi mercu+105,00 meter. Bangunan pelimpah dengan tipe "ogee" tanpa pintu yang memiliki lebar pelimpah 26 meter, elevasi mercu 136,60 meter, peredam energi bak lontar dan lantai peredam energi. Bangunan terowongan dengan bentuk tapal kuda dengan diameter 4,2 meter yang memiliki kapasitas 179,50 meter kubik per detik, elevasi inlet 89,00 meter dan elevasi outlet 84,00 meter. Selama ini Waduk Sermo dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan untuk air irigasi yang mengairi sawah di daerah Wates dan sekitarnya. Terkadang lokasi Waduk digunakan untuk lomba dayung seperti yang terjadi belakangan ini dan untuk pelatihan bagi Akademi Angkatan Udara (AAU), juga sering dijadikan obyek diskusi akademika tentang evaluasi geologi teknik dan kerentanan gerakan tanah di sekitar waduk tersebut (terutama pada sandaran dinding bendungan sebelah barat/kanan).


E. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan permasalahan klasik yang tidak hanya terjadi Indonesia tapi juga hampir di seluruh dunia. Ancaman sedimentasi ini juga mengancam waduk-waduk yang ada di Indonesia sekitar 284 waduk dan dapat mengurangi kapasitas tampungan waduk serta berkurangnya umur layan waduk. Upaya penanggulangan sedimentasi yaituinfrastruktur yang optimum untuk mengatasi sedimentasi yang dapat dibangun, dioperasikan, dan dipelihara secara mudah, praktis dan berbiaya rendah.
Berdasarkan kondisi tersebut, Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan (BHGK) melalui kegiatan Teknologi Bangunan Pengendali Sedimen telah melakukan penelitian mengenai efektifitas dari Bangunan Pengendali Sedimen (BPS). Manfaat dari bangunan ini adalah BPS ini mampu menangkap sedimen di alur sungai.
Bangunan Penampung Sedimen (BPS) berfungsi untuk menahan, menangkap dan mengendalikan laju angkutan sedimen pada alur sungai sebelum masuk ke tampungan Waduk Jatigede. Kapasitas sedimen waduk jatigede 980 juta m3, Air baku 3.500 l/s, Listrik 110 MW, Irigasi  90.000 ha Laju angkutan sedimen 7,77 juta m3/tahun.

F.   Ketersediaan Air di Waduk Sermo
Ketersediaan air permukaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketersediaan air waduk. Waduk adalah tubuh perairan yang dibuat oleh manusia, tujuan utamanya adalah untuk menyimpan air pada saat run off berlrbih, maksudnya adalah untuk berbagai kepentingan penyediaan air di waktu kemaau, penanggulangan banjir, pembangkit tenaga listrik dan wisata. Pada Sub DAS Ngrancah terdapat sebuah waduk yang dibangun pada tahun 1993an yang diberi nama Waduk Sermo. Menurut wawancara yang dilakukan kepada 100 responden di Desa Hargawilis dan Hargatirta, waduk Sermo dibangun salah satunya untuk mengatasi kelangkaan air ketika kemarau panjang yang terjadi di beberapa desa di Kulonprogo, terutama desa desa yang berada pada daerah perbukitan. Selain itu Waduk Sermo juga berfungsi untuk kebutuhan irigasi di beberapa kecamatan di Kulon Progo.
Ketersediaan air waduk dihitung dengan Imbangan air waduk. Imbangan air adalah besarnya volume air yang masuk ke waduk berbanding lurus dengan besarnya volume air yang keluar dari waduk. Masukan (Inflow) merupakan besarnya aliran air yang masuk ke waduk. Masukan (inflow) yang dimaksud pada imbangan air di atas adalah aliran sungai yang masuk ke waduk. Besarnya aliran air sungai (debit) yang masuk ke waduk sermo diketahui dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Pelayanan Waduk Sermo. Terdapat 7 anak sungai yang mengisi waduk, yang mana empat sungai diantaranya bertemu menjadi satu  dan menjadi pengisi terbesar dari waduk Sermo. Sungai utama yang mengisi waduk tersebut adalah Sungai Ngrancah. Debit air Sungai Ngrancah yang masuk ke dalam waduk setiap harinya tidak sama, tergantung pada sistem pengendalian pintu airnya. Menurut data yang direkam setiap harinya selama dua tahun (2009 dan 2010), rata rata debit Sungai Ngrancah yang masuk ke Waduk Sermo sebesar 15.314.900 m3/tahun.
Hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya Input yang masuk ke waduk sermo. Data  curah hujan di daerah sekitar bendungan waduk sermo diperoleh dari Pusat Pelayanan Waduk Sermo. Tebalnya hujan yang mengisi Waduk Sermo sebesar 1.517.949 m3/tahun. Selain itu waduk Sermo juga mendapat masukan air dari air tanah, cadangan air atau storage dan beberapa sungai kecil di sekitarnya yang besarnya mencapai 8.796.254 m3/tahun. Jumlah ini dapat diketahui melalui perhitungan neraca waduk, yang mana diketahui outflow waduk melalui Sungai Secang sebesar 25.629.541.150 m3/tahun. Selain itu outflow juga berasal dari evaporasi.
Evaporasi adalah proses perubahan molekul air dari air permukaan waduk menjadi molekul uap air yang terangkat ke atmosfer. Data evaporasi diperoleh dari survey data sekunder yang berasal dari Pusat Pelayanan Waduk Sermo. Data Evaporasi tersebut digunakan untuk menghitung besarnya volume air yang menguap ke atmosfer dengan mengalikannnya dengan luas waduk sermo. Total Evaporasi pada Waduk Sermo sebesar 87.953 mm3/tahun. Sehingga setelah melalui perhitungan imbangan air waduk, totol ketersediaan air yang dihitung dari jumlah input waduk yang berasal dari presipitasi, debitInflow sungai,  debit airtanah dan juga cadangan storage sebesar 25.629.103,5 m3/tahun.
 Sebuah Perusahaan Pengolahan Air Bersih telah dibangun pula di tepi waduk. Fungsinya adalah untuk mengolah air waduk menjadi air bersih yang layak untuk digunakan untuk kebutuhan domestik warga. Air bersih tersebut di alirkan melalui pipa pipa PDAM ke beberapa kecamatan di Kulon Progo. Setiap harinya perusahaan mengambil air dari waduk Sermo sebanyak 1.836 m3. Pada tahun 2011, sudah banyak masyarakat yang menggunakan PDAM untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Akan tetapi tak sedikit pula masyarakat yang tidak menggunakan jasa PDAM untuk memperoleh air. Akan tetapi ada pula masyarakat yang tinggal dekat waduk namun tidak menggunakan jasa PDAM. Mayoritas mereka adalah masyarakat yang memiliki sumur di rumahnya. Ada pula masyarakat yang tetap lebih memilih menggunakan air dari mata air yang jaraknya cukup jauh daripada menggunakan PDAM. Mereka mayoritas adalah masyarakat dengan ekonomi rendah yang tidak mampu membayar biaya tagihan PDAM.
 Distribusi penyaluran PDAM dari Waduk Sermo hingga saat ini juga belum dapat mencakup seluruh masyarakat yang kerap mengalami kelangkaan air ketika kemarau, hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di lereng lereng atas yang sulit dijangkau. Sehingga diharapkan pemerintah dapat menurunkan harga PDAM atau memberikan subsidi air bersih bagi rakyat yang kurang mampu supaya seluruh kalangan masyarakat dapat merasakan fasilitas air bersih dengan mudah. Selain itu distribusi penyaluran pipa-pipa PDAM juga harus diperluas sehingga masyarakat tidak lagi mengalami krisis air ketika kemarau

G. Sistem Pengelolaan Waduk Sermo
Pengelolaan Waduk Sermo yang berada di Kali Ngrancah Pedukuhan Sermo Desa Hargowilis Kecamatan Kokap merupakan terbaik di Indonesia. Salah satunya karena ada ketaatan dari warganya dan ada pimpinan yang dihormati dari dalam hati. Seperti diketahui tujuan dibangunnya waduk Sermo adalah untuk suplesi daerah irigasi Sistem Kalibawang dengan areal 7.152 hektar. Selain kebutuhan irigasi, air dari waduk juga digunakan untuk air baku air minum PDAM Kulonprogo sebesar 150 liter/detik dan penggelontoran Kota Wates sebesar 50 liter/detik. Dan kontribusi sabuk hijau bagi masyarakat adalah untuk pengawetan air di sumber air alternatif, hijauan makanan ternak, dan tanaman serbaguna.
Di Indonesia rata-rata airnya keruh, sedangkan di Waduk Sermo airnya jernih, ini menunjukkan tidak ada sedimen yang masuk, karena semua tertutup hutan. Sebelumnya juga dilakukan peninjauan pengendalian banjir lahar melalui infrastruktur pengendali sedimen dengan teknologi sabo di Merapi dan sistem irigasi lahan berpasir di pantai selatan Samas Bantul.
Wilayah sungai, kata Subandrio, merupakan miniatur suatu negara, Indonesia mempunyai lebih 30 balai lebih yang mengelola beberapa sungai. Di Sermo ini apa yang diciptakan Tuhan, dikelola airnya dan disimpan di bukit-bukit yang meresap ke bawah. Akar-akarnya bagus, zona akarnya  5 meter lebih, air dicengkeram, sinar matahari tidak tembus ke bawah, itu melindungi tanahnya di hutan, agar air tidak serta menguap. Sehingga air disimpan di dalam tanah, awet jumlahnya/kualitasnya.













DAFTAR PUSTAKA

( Diakses pada tanggal 30 November 2015 )
( Diakses pada tanggal 30 November 2015 )





Tidak ada komentar:

Posting Komentar