Rabu, 27 Januari 2016

Laporan Identifikasi Pestisida Agus Ardianto

I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisidaalami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yangdiekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Miller, 2002).
Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimiaSwiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini diadianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948(NobelPrize.org). Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 diEropa (Daly et al., 1998).
Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus racun pembasmi hama. Berbeda didaratan Eropa, di Malaysia dan sekitarnya lebih mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat pembunuh. Disamping itu juga dipakai bahan aktif  Pirenthin  I dan II, dan Anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium. Metodenya masih sederhana Pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk menyemprot atau disiramkan. Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998).
Perlunya penggunaan pestisida dikarenakan pestisida ini merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), dengan adanya pestisida ini petani sangat terantu dalam mencegah serangan hama dan penyakit yang mengganggu hasil panen produk petani baik pada pra tanam, tanam, pemeliharaan, panen, sampai pasca panen keberadaan pestisida ini memiliki andil besar untuk mempertahankan produk pertanian (Tarumingkeng, 2008).
Manfaat mempelajari pestisida ini adalah agar dapat lebih mengenal dan mengetahui apa itu pestisida, golongan, dan formulasinya, dan dampak yang tejadi akibat penggunaan pestisida ini sehingga kita dapat memilah mulai dari jenis tanaman, golongan dan jenis pestisida yang akan digunakan sesuai dan dampak yang dihasilkan semaksimal mungkin untuk dihindarkan dan juga formulasi pestisida yang aman untuk digunakan dengan menimbang dampak yang terjadi tidak merusak lingkungan dan ekosistem.
B.     Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Acara Terakhir tentang identifikasi pestisida ini adalah sebagai berikut :
1.      Agar Mahasiswa mengetahui jenis-jenis dan fungsi pestisida.
2.      Agar Mahasiswa mengetahui kadar dan bahan-bahan aktif pestisida.
3.      Agar Mahasiswa dapat membedakan Pestisida Hayati dan Kimiawi.
4.      Agar Mahasiswa dapat membedakan Pestisida yang baik digunakan dan tidaknya.




II.                TINJAUAN PUSATAKA
Definisi Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan sida. Pest meliputi hama penyakit secara  luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang berarti membunuh. Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan  target  termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna lainnya (Tarumingkeng, 2008).
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan  jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain (Tarumingkeng, 2008).
Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman  dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai  “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat (Tarumingkeng, 2008).
Tetapi pada praktiknya pemakaian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Berbagai dampak dapat disebabkan oleh penggunaan pestisida mulai dampak yang tak terlihat seperti residu hingga dampak keracunan baik bagi tanaman maupun manusia yang menggunakannya. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan jenis formulasi adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedangkan jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama sasarannya. Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi :
1.      Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
2.      Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G.
3.      Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain. ( Arief . 1994 ).
4.      Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D.
5.      Fungisida : digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.
6.      Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC.
7.      Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Benidiktus . 2010)
     
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1.      Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2.      Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
3.      Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4.      Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5.      Oli (oil) Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas. (Untung, 2010)








III.             METODELOGI  PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dilakukan di Labolatorium Agronomi Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada, hari Jum’at, 08 Januari 2016 pukul 16.00-17.30 WIB.
B.     Bahan dan Alat
1.      Bahan
Macam-macam jenis pestisida, meliputi pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit, dengan berbagai formulasi, seperti : D, G, WP, EC, DC, ULV, dan lain-lain. Beberapa bahan dasar pembuat pestisida.
2.      Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku dan alat tulis.
C.     Cara kerja
1.      Menyiapkan Lembaran Kertas Buram dan Alat tulis.
2.      Mengamati contoh-contoh pestisida yang ada.
3.      Memperhatikan nama pestisida, formulasi, warna, bahan aktif, kadar bahan aktif dan Petunjuk penggunaan Pestisida.
4.      Mencatat hasil pengamatan dalam bentuk Tabel.
5.      Membuat Laporan Praktikum serta pembahasan Hasil.


IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Praktikum
No.
Nama dagang
Formulasi
Fungsi
Bahan aktif
Bentuk
Warna
Petunjuk penggunaan
1
Agroxone-4
L
Herbisida
Kalium McPA 400 % 100 gr/l
Cair
Coklat
Sasaran: Jagung ( Gulma berdaun lebar ) Dosis: 1,5-2,5 Liter dalam air/Ha
Aplikasi: Tanaman Jagung, Bila gulma berdaun lebar lebh banyak dan tinggi tanaman telah mencapai 20-       30 cm
2
Prima-jos
SL
Herbisida sistemik
2,4D Dimentilamina 865 g/l
Cair
Coklat
Sasaran:Padi(Gulma berdaun lebar ) Dosis: 1-2 Litr/ Ha
Aplikasi: Penyemprotan volume tinggi             dilakukan pada 7-21 hari sebelum dan sesudah tanam
3
Sandovit
L
Perata dan perekat sintetis
Alkilatil poligikol eter 958 g/l
Cair
Kekunigan
Sasaran: saebagai bahaan pembasah, perata dan perekat pada semprotan pestisida, Dosis: 20-40 ml/10 liter
Aplikasi: insektisida dan fungisida pada volume tinggi
4
gramoxone
SL
Herbisida kontak
Parakuat diklorida 276 %
Cair
Hijau tua
Sasaran: gulma berdaun lebar dan sempit serta teki di lahan tanpa tanaman
Dosis: 1,5-3 l/Ha
Aplikasi: pada tanaman semusim apabila pertumbuhan gulma mencapai 40%
5
Basmilang
AS
Herbisida sistemik
Isopropilamina glifosat 480 %
Larutan dalam air
Kuning
Sasaran: mengendalikan alang-alang dan gulma lain pada tanaman karet, kelapa sawit dan lahan tanpa tanaman. Dosis: 2-4 ltr/Ha
Aplikasi: Penyempotran volume tinggi
6
Dithane M-45
WP
Fungisida protektif
Mankozeb 80 %
Tepung
Kuning keabu-abuan
Sasaran: Cabai ( Penyakit bercak daun )
Dosis: 3-6 Gram/Liter air
Aplikasi: Penyempotran volume tinggi Pada saat terlihat gejala serangan dan diulangi 1 miggu sekali
7
Ridomil gold M2 4/64
WP
Fungisida sistemik dan kontak
Mefenoksam 4%
Mankozeb 46 %
Tepung
Coklat kekuningan
Sasaran: kentang ( busuk daun ).
Dosis: 2,5-5 gram/ liter air
Aplikasi: Penyempotran dimulai sebelum ada serangan penyakit
8
Akodan
EC
Insektisida racun kontak dan lambung
Endosulfan 350 g/l
Pekatan yang diemulsikan dengan air
Coklat
Sasaran: bawang merah ( ulat grayak )
Dosis: 1,5-3 ml/ l air
Aplikasi: bila da serangga
9
Daconil 75
WP
Fungisida kontak
Klorotalonil 75 %
Tepung
Putih
Sasaran: kentang ( busuk daun )
Dosis: 15 gram/10 liter air
Aplikasi:penyemprotan pertama dilakukan segera setelah ditemukan gejala dan diulangi 7-14 hari
10
Trico Green
WP
Biofungisida
Jamur Trichoderma
Serbuk
Putih
Sasaran: kedelai dan jagung ( layu)
Dosis: persemaian: 20
gram/ liter air
Pra tanam: 250 gram dicampur organik padat
Pemeliharaan: 100 gram/12 liter air
Aplikasi: persemaian: 1 minggu sebelum tanam
11
Agrimycin 15/1,5
WP
Bakterisida sistemik
Streptomisin Sulfat 15%
Oksitetrasiklin 1,5 %
Bubuk
Coklat muda
Sasaran: layu tanaman
Dosis:-
Aplikasi:-
12
Decis 2,5
EC
Insektisida kontak dan lambung
Deltametri 25 g/l
Pekatan
Kuning
Sasaran: cabai (thrips )
Dosis: 0,18-0,37 ml/liter
Aplikasi: penyemprotan volume tinggi
13
Antimit 570
EC
Akarisida/ Insektisida kontak
Propargit 570 g/l
Pekatan
Coklat kekuningan
Sasaran: cabai ( tungau )
Dosis: 0,5-1 ml/liter
Aplikasi: gunakan spreyer yang baik dan semprotkan secara merata ke tajuk bila ditemukan hama assaran dengan swlang waktu 7-14 hari
14
Bassa 50
EC
Insektisida kontak
BPMC 500 %
Pekatan
Coklat muda
Sasaran: Hama wereng pada padi, jagung,dll
Dosis:-
Aplikasi:-
15
Petrokum 0,005
RB
Rodentisida
Brodifakum 0,005%
Blok
Kebiru-biruan
Sasaran: padi ( tikus )
Dosis: 1-2 kg/Ha
Aplikasi: pengumpanan dilakukan pada saat bera hingga menjelang buting
16
Topsin 500
F
Fungisida sistemik dan kontak
Metil tiofonat 500 g/l
Suspensi
Coklat pucat
Sasaran: lamur pada padi
Dosis: 0,5-1 liter/Ha
Aplikasi: penyemprotan volume
17
Delsene MX-80
WP
Fungisida sistemik dan kontak
Kanbedasim 0,2 %
Tepung
Kuning
Sasaran: bercak daun
Dosis: 1-2 gram/liter
Aplikasi: pada umur 6, 8 dan 1 minggu setelah tanam
18
Ambush 2
EC
Insektisida racun prut dan kontak
Permetin 20 g/l
Pekatan
Kuning jernih
Sasaran: kubis ( ukat plutela ) Dosis: 15-25 ml/10 liter aira
Aplikasi: segera setelah terlihat gejala serangga dan diulangi setiap 3-7 hari


B.     Pembahasan
§  AGROXONE-4
Pestisida ini termasuk kedalam golongan herbisida dengan bahan aktif Colium mcpa 400 g/l formulasi AS(aquoes solution) dengan bentuk cair berwarna coklat sasaran gulma pada jagung aplikasi dengan di semprotkan.
§  PRIMA-JOS
Pestisida ini termasuk kedalam herbisida sistemik dan purna bahan aktif 2,4D-dimetilamina 865 g/l formulasi WP(wettabel powder) dengan bentuk cair sasaran pada gulma berdaun lebar aplikasi di semprotkan.
§  SANDOVIT
Pestisida ini termasuk kedalam insektisida dengan bahan aktif Alkilaril poliglikalenter 958 g/l formulasi AS(aquoes solution) dengan bentuk cair berwarna kekuning-kuningan sasaran serangga apliokasi dengan penyemprotan dan pembasah’
§  GRAMOXONE
Pestisida ini termasuk kedalam herbisida purna kontak bahan aktif yaitu Perkuat diklorida 276 g/l formulasi SL ( Solubel Liquid) dengan bentuk cair berwarna hijau tua sasaran mengen dalikan rumput teki pada kelapa sawit aplikasi di semprotkan.
§  BASMILANG
Pestisida initermasuk kedalam herbisida sistemik purna dengan bahan aktif Isopropilsmins glifosat 480 g/l formulasi AS(aquoes solution) dengan bentuk cair berwarna kuning sasaran untuk mengendalikan alang-alang dan gulma pada karet aplikasi di semprotkan
§  DITHANE-45
Pestisida ini termasuk kedalam fungisida dengan bahan aktif  Mankozeb 80% formulasi WP(wettabel powder) dengan bentuk tepung berwarna kuning ke abu-abuan sasaran penyakit pada tanaman cabai aplikasi di semprotkan.

§  RIDOMIL GOLD M2 4/64
Pestisida ini termasuk kedalam fungisida sistemik dan kontak dengan bahan aktif Mefenaksan 4% mankozeb 64% formulasi WP(wettabel powder) dengan bentuk tepung berwarna coklat kekuning-kuningan sasaran untuk mengandalikan penaykit busuk daun apliaksi di semprotkan.
§  AKODAN
Peatisida ini termasuk kedalam insektisida kontak dan langsung bahan aktif Endosulfan 350 g/l formulasi EC(emulsiabel consentrate) dengan bentuk cairan berwarna coklat dengan sasran untuk menekan ulat grayak aplikasi dengan cara di semprotkan.
§  DACONIL 75
Pestisida ini termasuk kedalam fungisida dengan bahan aktif  Klorotaloni 75 % formulasi WP(wettabel powder) dengan bentuk tepung berwarna putih sasaran penyakit pada tanaman bawang merah aplikasi seprotkan.
§  TRICOGREEN
Pestisida ini termasuk kedalam Biofungisida yang berbahan aktif dari Jamur Trichoderma dengan bentuk dasar tepung berwarna putih dan sering digunakan untuk tanaman jagung.
§  AMBUSH 2
Pestisida ini termasuk ke dalam Insektisida racun prut dan kontak yang berbahan aktif Permetin 20 g/l berbentuk pekatan yang berwarna kuning jernih.biasanya Pestisida ini digunakan untuk tanaman kubis agar tidak terserang hama ulat.
§  BASSA 50
Pestisida ini termasuk kedalam Insektisida kontak yang berbahan aktif BPMC 500 % berbentuk pekatan yang berwarna Coklat muda dan sering digunakan untuk tanaman padi dan jagung dalam mengatasi hama wereng.

§  DELSENE
Pestisida ini termasuk kedalam Fungisida sistemik dan kontak yang berbahan aktif Kanbedasim 0,2 % berbentuk tepung dan berwarna kuning. Digunakan untuk penyakit bercak daun.
§  TOPSIN
Pestisida ini termasuk kedalam Fungisida sistemik dan kontak berbentuk Suspensi yang berwarna Coklat pucat dan digunakan pada tanaman padi.
§  PETROKUM
Pestisida ini termasuk ke dalam Rodentisida yang berbahan aktif Brodifakum 0,005%, berbentuk kebiruan dan digunakan untuk Tanaman padi yang terserang hama Tikus.
§  AGRIMYCIN
Pestisida ini termasuk ke dalam Bakterisida sistemik yang memiliki bahan aktif dari Streptomisin Sulfat 15%,Oksitetrasiklin 1,5 % berbentuk Bubuk dan berwarna Coklat muda yang digunakan untuk penyakit layu pada tanaman.
§  DECIS 2,5
Pestisida ini termasuk ke dalam Insektisida kontak dan lambung yang berbahan aktif Deltametri 25 g/l, berbentuk Pekatan dan warnanya kuning. Digunakan untuk tanaman Cabai yang terserang Hama Thrips.
§  ANTIMIT 570
Pestisida ini termasuk ke dalam Akarisida/ Insektisida kontak yang memiliki bahan aktif Propargit 570 g/l, berbentuk pekatan dan berwarna Coklat kekuningan. Digunakan untuk tanaman cabai yang terserang hama tungau.
Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia (Tarumingkeng, 2008).
Maka dapat dikatakan bahwa penggunaan Pestisida ini sangatlah harus memperhatikan hal-hal penting yang utama seperti :
1.      Bahan aktif Pestisida, karena penggunaan Pestisida dengan merek berbeda namum memiliki bahan aktif yang sama maka tidak akan berpengaruh nyata bahkan dapat membuat resistensi ( kekebalan ) pada hama itu sendiri.
2.      Petunjuk Penggunaan, karena akan menentukan besar dan kecilnya penggunaan dari pestisida. Jika pengguna pestisida ingin menggunakan harus mengetahui dengan baik dan memahami cara kerja serta fungsinya untuk apa saja. Jangan sampai bahan yang berbentuk bubuk digunakan dengan larutan air, maka hal itu akan menambah pengeluaran bagi petani atau pihak pengelola walaupun hasil yang didapatkan sama-sama dapat menghambat pertumbuhan gulma dan sserangan hama.
3.      Pertolongan Perama jika mengalami Kecelakaan dalam mengaplikasikan pestisida seperti terkena mata atau terhirup dan lain sebagainya.
4.      Fungsi Pestisida, agar penggunaan pestisida tepat sasaran dan tidak menimbulkan permasalahan lain atau menambah pengeluaran.
Namun semua hal ini tergantung dari pengguna pestisida,maka dari itu diharapkan para pengguna seperti petani harus sangat teliti dalam baik sebelum dan setelah menggunakan pestisida. Banyak dijumpai pestisida hayati atau kimiawi dipasaran yang tidak jelas bahan aktif dan penggunaannya, sehingga untuk mengantisipasi masalah yang dapat ditimbulkan dari itu para petani harus benar-benar teliti dalam membeli dan mengunakan pestisida. Mahasiswa pun dapat berperan aktif dalam hal ini ialah menghimbau para petani agar membaca dan memahami dari pestisida itu sendiri.Jika semua hal telah dilakukan maka hal tersebut akan memperkecil kerugian dan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh salahnya penggunaan pestisida.
Penggunaan Pestisida pun harus diperhatikan dimana dengan berbagai macam bahan aktif yang ada didalam pestisida dapat menyebabkan resisten dan berkurangnya nilai kandungan Bahan organik tanah dan unsur-unsur hara baik makro ataupun mikro. Dalam penggunaan harus tepat dan sesuai dengan dosis yang tertera dilabel agar tidak menambah peneluaran dan tidak menyebabkan hal yang tidak diinginkan. Berlebihan dalam penggunaan pestisida pun sangat tidak dianjurkan karena dapat merusak atau menimbulkan masalah lain.
Gunakan pestisida dengan tepat, memahami fungsi dan cara kerja sehingga dalam penggunaan pestisida dapat memaksimalkan hasil Produksi pertanian.




V.                KESIMPULAN
Dari Acar Praktikum Identifikasi Pestisida maka dapat ditarik kesimpulan adalah sebagai berikut :
1.      Banyak jenis dari pestisida dan fungsi yang sama,namun dapat dikelompokan dari fungsinya seperti : Insektisida,Herbisida,Fungisida. Ada yang bersifat Sistemik, Kontak, Sistemik dan Kontak, Sistemik lambung dan Kontang lambung.
2.      Kadar dan bahan aktif pestisida sangat beragam adapun dalam praktikum kali ini didapatkan beberapa bahan aktif seperti : Kalium McPA, Dimentilamina, Brodifakum, Permetin, Kanbedasim BPMC dan lain-lain. Kadar bahan aktif pun selalu berbeda sesuai penggunaan pada varietas dan tanaman yang beragam.
3.      Pestisida Hayati terbuat dari ekstrak tumbuhan atau tanaman seperti dari tumbuhan Tekian,Rumputan dan lain-lain. Sedangkan Pestisida Kimiawi yang berasal dari bahan kimia seperti Kalium, N, P, Permetin dan Kanbedasim dimana keduanya memiliki dampak dan pengunaan dosis yang berbeda.
4.      Pestisida yang baik digunakan adalah dimana Semua Petunjuk Penting dalam Pestisida seperti : Formulasi, Bahan Aktif, Bentuk, warna, cara penggunaan, petunjuk perawatan dan pencegahan atau pengobatan jika terjadi kecelakaan dalam pengaplikasian pestisida. Sedangkan pestisida yang tidak baik adah dimana informasi yang ada dilabel pestisida tidak lengkap dan tidak jelas penggunaannya.



DAFTAR PUSTAKA
Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975. Chemistry and pollution. New York : The Mac Millan Press.
Ekha Isuasta, 1988. Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius
Hidayat Natawigena dan G. Satari. 1981. Kecenderungan Penggunaan Pupuk dan Pestisida dalam Intensifikasi Pertanian dan Dampak Potensialnya Terhadap Lingkungan. Seminar terbatas  19 Maret 1981. Ekologi Unpad Bandung.
Kenmore, P.E. 1987. IPM Means the Best Mix. Rice IPM Newsletter. VII (7). IRRI. Manila. PhilippinesKusno S , 1992.Pencegahan pencemaran pupuk dan pestida. Jakarta : Penerbit Swadaya. 
 Mulyani, S. dan M. Sumatera. 1982. Masalah Residu Pestisida pada Produk Hortikultura. Simposium Entomologi, Bandung 25 – 27 September 1982.
Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Untung, K. 1984. Pengantar Analisis Ekonomi Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset





DA FTAR LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar