ACARA I. PEMBUATAN MEDIA PDA DAN BIBIT F0 JAMUR
MERANG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
mengawali Budidaya jamur maka hal yang perlu diperhatikan ialah Memilih Bibit
yang paling baik. Adapun cara untuk mendapatkannya kita dapat membeli langsung ditempat
perbenihan jamur atau budidaya jamur yang telah ada. Namun pada budidaya jamur
kali ini dalam memenuhi kewajiban mata kuliah Praktikum Pertanian tanpa tanah,
mahaiswa diharuskan membuat Bibit F0 yang kemudian dapat digunakan
sebagi induk awal dalam pembibitan. Adapun jamur yang digunakan disini adalah
jamur Merang.
Jamur atau
cendawan adalah tumbuhan
yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada
yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut
hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium.
Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara
generatif. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan
miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk
glikogen. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada
substrat yang menyediakankarbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia
lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau
saprofit.
Cara
hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan
tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman
kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan
dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat,
beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air.
Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan
dari kelas Oomycetes.
Jamur
ada yang dapat dikonsumsi dan ada pula yang tidak dapat dikonsumsi atau
beracun. Sehingga dalam praktikum ini akan membahan dan membudidaya jamur yang
dapat dikonsumsi. Sehingga dapat bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya.
B.
Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan praktikum
acara I. Membuat Bibit F0 adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
dapat membuat dan membiakkan bibit F0 jamur melalui kultur jaringan
dan spora.
2. Mahasiswa
mampu membedakan biakan dengan kultur jaringan dan spora.
3. Mahasiswa
Mampu membuat Media berkembangbiaknya jamur (PDA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kistinnah
(2010), menyatakan bahwa secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua
cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan
pembelahan, yaitu dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak
yang serupa, penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari
penonjolan kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini
berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan melalui
perantara angin atau air.
Ada
beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut: Konidiospora,
merupakan konidium yang terbentuk di ujungatau di sisi hifa. Ada yang berukuran
kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium yang
berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium. dan Sporangiospora,
merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut
sporangium, pada ujung hifa khusus.
Jamur
merang merupakan organisme yang tersusun atas komponen dasar berupa hifa yang
terbentuk seperti benang halus dan panjang. Sebagian hifa dibatasioleh dinding
melintang yang disebut septa/sekat , namun ada pula hifa yang tidak memiliki
sekat/ asepta. Selanjutnya kumpulan hifa tersebut membentuk misellium yang
menyusun tubuh buah. Jamur merang telah lama dibudidayakan sebagai bahan
pangan, karena termasuk golongan jamur yang enak rasanya. Jamur merang umumnya
tumbuh pada media yang merupakan sumber selulosa, misalnya, pada tumpukan
merang, dekat limbah penggilingan padi, limbah pabrik kertas, ampas batang
aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, kulit buah pala, dan
sebagainya. (Anonim.2011)
Klasifikasi
jamur merang :
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Sub
Devisi : Basidiomycotea
Kela : Basidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Plutaceae
Genus
:
Volvariella
Spesies
: Volvariella
volvacea
Sesuai
dengan nama ilmiahnya, Volvariella volvacea, jamur ini memiliki volva atau
cawan berwarna cokelat muda yang awalnya merupakan selubung pembungkus tubuh
buah saat masih stadia telur. Dalam perkembangannya, tangkai dan tudung buah
membesar sehingga selubung tersebut tercabik dan terangkat ke atas dan sisanya
yang tertinggal di bawah akan menjadi cawan.Jika cawan ini telah terbuka akan
terbentuk bilah yang saat matang memproduksi basidia dan basidiospora berwarna
merah atau merah muda. Selanjutnya basidiospora akan berkecambah dan membentuk
hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk gumpalan kecil (pin head) atau
primordial yang akan membesar membentuk tubuh buah stadia kancing kecil (small
button), kemudian tumbuh menjadi stadia kancing (button), dan akhirnya
berkembang menjadi stadia telur (egg). Dalam budi daya jamur merang, pada
stadia telur inilah jamur dipanen.
(Suriawiria,2006)
Jamur merang tumbuh di lokasi yang mempunyai suhu 32¬-38°C dan kelembapan
80-90% dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya
matahari langsung, tetapi tetap membutuhkannya dalam bentuk pancaran tidak
langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk jamur merang adalah 6,8-7.
Jamur merang kaya akan protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face
carbohydrate). Tingkat kandungan serat kasar dan abu adalah moderat, sedangkan
kandungan lemaknya rendah. Nilai energi jamur merang rendah, namun merupakan
sumber protein dan mineral yang baik dengan kandungan kalium dan fosfor yang
tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan Cu, Zn , Fe cukup. Kandungan logam berat Pb
dan Cd tidak ada, sehingga jamur merang sangat baik digunakan sebagai bahan
makanan sehari-hari. Kandungan protein jamur merang mencapai 1, 8 persen, lemak
0.3 persen, dam karbohidrat 12 – 48 persen. Jamur merang kaya akan protein,
sebagai makanan anti kolesterol, eritadenin dalam jamur merang dikenal sebagai
penawar racun, dan banyak mengandung antibiotik yang berguna untuk pencegahan
anemia. Menurut penelitian jamur juga dapat digunakan untukmengobati kanker.
Anonim
(2010) menyatakan bahwa hal penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan
menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat
pertumbuhan jamur tiram. Hal lain yang penting adalah menjaga lingkungan
pertumbuhan jamur tiram terbebas dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya.
Tidak jarang pembudidaya jamur tiram mendapati baglog (kantong untuk media
jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan
proses sterilisasi yang kurang baik dan lingkungan yang tidak kondusif. Ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk melakuka budidaya jamur tiram ini,
tahapan pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana
produksi dan tahapan budidaya jamur tiram. Tahapan ini merupakan proses
budidaya jamur tiram dari mulai pembuatan media sampai proses pemanenan jamur
tiram. Jika anda tidak ingin repot menyemai benih, anda bisa membeli baglog
yang sudah siap dengan benih jamur tiram yang sudah siap dibudidayakan.
Teknik
kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaannya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana
pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti,
air, listrik dan bahan bakar. Pelaksanaan kultur jaringan memerlukan juga
perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan pelaksanaan kultur
jaringan, pelaksanaan harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu
yaitu botani, fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai.
Rangkaian metode BMM diawali dari persiapan alat,
bahan, dan pembuatan biakan murni. Pembuatan biakan murni membutuhkan tiga
tahap yang meliputi pengambilan spora atau jaringan dari jamur, pembuatan media
agar (PDA), proses inokulasi (Sugianto, 2005).
1. Pengambilan Spora atau Jaringan Jamur : dalam hal ini
yang harus diperhatikan adalah metode pelaksanaannya dalam
mengambil(mengisolasi) bagian tanaman, seperti protoplasma, sel, jaringan dan
organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. Jamur yang akan dijadika
tetua atau sumber spora harus dipilih dari strain yang unggul, sehat dan
memilki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Spora terletak dibawah
tudung tepatnya pada insang. Tudung dibersihkan dan permukaannya didesifektan
dengan alkohol 70% kemudian dipotong dengan pisau steril. Spora ditangkap atau
dicetak dengan bantuan kertas filetr. Hasil cetakan spora disimpan pada lemari
pendingin. Spora dikecambahkan pada cawan petri yang telah diisi dengan media
agar, kemudian di inokulasikan pada biakan agar miring pada tabung reaksi.
Dalam hal ini memerlukan kecermatan dan penguasaan teknik mikrobiologi yang
tinggi. Namun kesulitan dalam pembuatan bibit ini dapat diatasi dengan cara
kultur jaringan, disamping tingkat keberhasilannya tinggi juga waktunya relatif
singkat. Kelebihan lain kerana bibit diambil jaringan induk amka kemungkinan
ketidaksesuaian anatara sifat induk dengan turunan relatif lebih kecil
(Sugianto,2004).2.
2. Pembuatan Media Agar (PDA).
Media biakan didefinisikan suatu substrat atau wahana
untuk pertumbuhan jamur. Berdasarkan pada macam bahan yang digunakan, media
untuk membiakan jamur ada tiga macam, yaitu : media alam, media semi sintetik,
dan media sintetik. Media lam dicirikan dengan komposisi zat gizi yang
terkandung didalamnya tidak dapat diketahui dengan pasti, kandungannya berubah
– ubah tergantung pada macam bahan alam yang digunakan. Ciri media smei
sintetik selain bahan alam yang digunakan ditambah dengna bahan kimia yang
komposiisnya diketahui dengan pasti, contohnya adalah PDA. Sedangkan pada media
sintetik semua kandungan nutrisi bahan tersebut dapat diketahui dengan pasti,
contoh czapek agar. Media untuk menumbuhkan jamur pangan pada umumnya merupakan
media lam media semi sintetik (Gunawan, 2005).
Suginato (2004) menjelaskan bahwa media yang umum
digunakan untuk membuat biakan murni dari jamur kayu adalah PDA (Potatoes
Dextrose Agar), PDAY Amandemen (Potatoes Dextrose Yeast Agar), dan MEA (Malt
Extracs Agar). Diantara ketiganya PDA merupakan media yang paling murah dan
akurasi hasilnya dan sering digunakan. Adanya kontaminan sanagat mempengaruhi
keberhasilan pertumbuhan miselium, maka dari itu sebelum digunakan media
disterilkan, dibebaskan dari kehidupan jasad makro. Cara yang umum digunakan
adalah panas lembab (cara basah) dengan menggunakan autoklav. Tekanan yang
diperlukan 15 lb selama 15 menit pada temperatur 1210C.
3. Inokulasi dari Biakan Murni.
Biakan murni ditetapkan sebagai biakan yang diberi
kode F1 atau keturunan F1. Biakan murni F1 diperbanyak
pada agar – agar miring dan jika seluruh permukaan agar – agarnay telah
dipenuhi miselium maka biakan ini merupakan keturuna F 2 atau biakan
induk F2 (Gunawan, 2005).
Kelemahan
Metode Biakan Murni Miselium (BMM) adalah berdasarkan hasil evaluasi dan
pengalaman bertahun – tahun dari peneliti maka metode BMM memiliki beberapa
kelemahan antara lain: (1). Waktu dari persiapan sampai diperoleh bibitnturunan
ke tiga diperlukan waktu ideal 132 hari. Jika bibit harus melalui tahap
pengujian sampai pengukuran Efisiensi Biokonversi waktu yang diperlukan 252
hari. Konsekuensi dari hal itu maka menyebabkan harga bibit jamur kayu relatif
mahal. Upaya – upaya yang selama ini dilakukan oleh para pemerhati di bidang
pembibitan jamur masih berkisar mencari formula untuk mempercepat proses
pembibitan. Hal ini tetap tidak membawa perubahan berarti karena metode yang
digunakan tetap. Jalan satu – satunya untuk mempercepat proses pembibitan maka
sangat diperlukan metode yang jauh lebih efektif dan efesien tetapi hasilnya
minimal sama kualitasnya dengan metode BMM.
Pelaksana akan berkecimpung dalam
pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Pelaksana akan
banyak berhubungan dengan berbagai macam bahan kimia, proses fisiologi tanaman
(biokimia dan fisika) dan berbagai macam pekerjaan analitik (Yusnita, 2003).
Kadang-kadang latar belakang pengetahuan
tentang mikrobiologi, sitologi dan histologi. Pelaksana juga dituntut dalam hal
keterampilan kerja, ketekunan dan kesabaran yang tinggi serta harus bekerja
intensif. Pekerjaan kultur jaringan meliputi : persiapan media, isolasi bahan
tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha
pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapangan. Pelaksana harus bekerja
dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan
penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri (Yusnita, 2003).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Pertanian Tanpa Tanah pada
acara pembuatan F0 jamur ini dilakuakan di Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada Bulan Maret – Mei 2016 pukul 07.00 WIB
s/d selesai.
B. Alat dan Bahan
a. Alat
1.
Botol Pipih
2.
Autoclaf
3.
Kapas
4.
Karet
5.
Alumunium Foil
6.
Cutter
7.
Pinset
8.
Bunzen
9.
Alkohol
10. Gelas
ukur
11. Kotak
pembibitan
b. Bahan
1.
Kentang 200 gr
2.
Dextrosa 20 gr
3.
Agar 20 gr
4.
Air steril / air
destilasi 1 liter
5.
Induk jamur
C.
Cara kerja
a. Langkah
pembuatan cairan PDA :
1. Mencuci Kentang dengan air bersih.
2. Merebus
kecambah dengan air sebanyak 1ltr selama -+ 15-20 mnt atau sampai lunak
kira-kira air menjadi 500 ml dari 1ltr tadi
3. Mengambil
cairan hasil rebusan kedalam gelas ukur dengan takaran 450ml-500ml
4. Masukan
Dextrosa dan Agar- agar masing-masing 7gr seperti keterangan di atas
5. Mengaduk
sampai larut dan merata kemudian masukan cairan tadi kedalam botol (tabung
reaksi tergantung keinginan) masing-masing 10ml
6. Kemudian
tutup botol /tabung dengan kapas dan lapisi dengan kertas email kemudian ikat
dengan karet bila perlu.
7. Mensterilkan
botol yang berisi cairan PDA tersebut dalam Autoclave selama kurang lebih 30-45 menit dalam suhu 121°c,
tekanan 1,5 - 2 atm. Pertahankan kondisi ini selama kurang lebih 45 menit.
8. Mendinginkan hingga suhu kurang lebih
37°c
9. Mengeluarkan
botol-botol tadi dan letakkan dalam posisi miring/tidur agar cairan bisa
melebar dengan tujuan memperbanyak area media. Jangan sampai cairan mencapai
mulut botol. Jika cairan PDA agar tadi sudah mengeras, barulah siap untuk di
Inokulasikan bibit yang didapat dari jamur langsung.
Catatan :
Sebelumnya botol dibersihkan dan disteril dengan merebus botol dengan air
mendidih selama kurang lebih 10 menit. Memang dalam membuat bibit PDA,
kebersihan, sterilisasi tempat, alat dan bahan adalah syarat utama dalam
menunjang keberhasilannya.
b. Dengan
kultur jaringan :
1. Menuang/
memasukkan media PDA yang sudah dibuat dari Erlenmeyer ke dalam petridish,
memasukkan media tersebut dalam keaadaan masih agak panas agar belum membentuk
jel/mulai memadat dan di dekat lampu Bunsen yang sudah dinyalakan.
2. Sambil
menunggu media padat menyiapakan alat-alat yang akan digunakan, alat-alat
tersebut sudah dalam keadaan steril (pinset, blade, petidish), LAFC dibersihkan
menggunakan alkohol dan di UV terlebih dahulu 20-30 menit, setelah akan
digunakan LAFC blower dan lampu dihidupkan.
3. Mencuci
jamur merang (Volvariela
Volvaceae) yang akan digunakan untuk bahan bibit
dengan kultur jaringan.
4. Memasukan kedalam laminar yang
sebelumnya disemprotmenggunakan alkohol, selain media yang dimasukkan alat-alat
yang lain yaitu petridish, scapel, blade, lampu bunsen dan jamur, semua
disemprot alkohol terlebih dahulu.
5. Setelah
semua alat dan bahan siap, bisa langsung dilakukan inokulasi eksplan dengan
cara:
·
Memasang blade pada
scapel
·
Menyalakan lampu Bunsen
·
Mensterilkan pinset dan
scapel diatas bara lampu bunsen yang sebelumnya dicelupkan kedalam alcohol
·
Membelah jamur merang
menjadi 2 bagian diatas permukaan petridish, didalam belahan tersebut terdapat
seperti tankai itu di potong menjadi beberapa bagian
·
Potongan-potongan bagian
tubuh jamur tersebut dimasukkan kedalam media, masing-masing media dalam
petridish diisi 3 potongan
·
Setelah digunakan scapel
dan blade kembali disterilkan
6. Setelah
inokulasi selesai diberi label dan disimpan dalam ruangan gelap dan steril.
7. Melakukan
pengamatan secara berkala, bila terjadi kontaminasi segera dipisahkan dan
dibersihkan.
8. Setelah
miselium memenuhi petridish maka sudah siap digunakan untuk membuat bibit F1.
c.
Dengan spora :
1. Menuang/
memasukkan media PDA yang sudah dibuat dari Erlenmeyer ke dalam petridish,
memesukkan media tersebut dalam keaadaan masih agak panas agar belum membentuk
jel/mulai memadat dan di dekat lampu Bunsen yang sudah dinyalakan.
2. Sambil
menunggu media padat menyiapakan alat-alat yang akan digunakan, alat-alat
tersebut sudah dalam keadaan steril (pinset, blade, petidish, tissue), LAFC
dibersihkan menggunakan alkohol dan di UV terlebih dahulu 20-30 menit, setelah
akan digunakan LAFC blower dan lampu dihidupkan.
3. Mencuci
jamur merang (Volvariella volvaceae)
yang akan digunakan untuk bahan bibit dengan kultur jaringan.
4. Setelah
media padat, media tersebut dimasukkan kedalam laminar yang sebelumnya
disemprot menggunakan alkohol, selain media yang dimasukkan alat-alat yang lain
yaitu petridish, scapel, blade, lampu bunsen dan jamur, semua disemprot alkohol
terlebih dahulu.
5. Setelah
semua alat dan bahan siap, bisa langsung dilakukan inokulasi eksplan dengan
cara:
·
Memasang blade pada
scapel
·
Menyalakan lampu Bunsen
·
Mensterilkan pinset dan
scapel diatas bara lampu bunsen yang sebelumnya dicelupkan kedalam alcohol
·
Memotong tangkai jamur
mengguankan scapel dan pinset. Bagian yang digunakan adalah bagian tudungnya
·
Mengambil tissue dan
ditaruh di pemukaan petridish, kemudian pegang tudung jamur menggunakan pinset
dan bagian lamela diketuk-ketukkan kedalam tissue agar spora dalam jamur
tersebut jatuh ke dalam tissue
·
Spora yang ada pada
tissue tersebut dimasukkan ke dalam media PDA dengan cara hati-hati.
·
Setelah inokulasi selesai
diberi label dan disimpan dalam ruangan gelap dan steril
·
Melakukan pengamatan
secara berkala, bila terjadi kontaminasi segera dipisahkan dan dibersihkan.
·
Setelah miselium memenuhi
petridish maka sudah siap digunakan untuk membuat bibit F1.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan
Setelah melakukan praktikum atau
percobaan pembuatan bibit F0 dengan media PDA dilakukan denan dua teknik atau
cara yaitu dengan cara pengambilan tubuh buah jamur dan dengan cara spora
jamur, maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
1. Tubuh
buah jamur
Petri 1, media jatuh,
tidak beraturan, dan terjadi kontaminasi
Petri 2, terkontaminasi,
jamur jadi, akan tetapi tidak tumbuh misellium
2. Teknik
subkultur
Petri 1, terjadi
kontaminasi & tidak tumbuh
Petri 2, terjadi
kontaminasi
Pembahasan
Praktikum yang dilakaukan dalam
pembuatan bibit F0 jamur Merang (Volvariella
volvacea) menggunakan 2 teknik yaitu dengan menggunakan eksplan yang
berasal dari jaringan tubuh buah jamur (teknik F0 dari jaringan) dan
menggunakan eksplan yang berasal dari subkultur F1 (Teknik F0 dari subkultur). pada
pembuatan bibit F0 yang menggunakan jaringan dalam praktiknya praktikan membuat
sebanyak 2 petridisk. Sedangkan pada teknik subkultur praktikan membuatnya
sebanyak 2 petridisk.
Bedasarkan hasil praktikum yang telah
dilaksanakan, bahwa dari 2 petridisk yang di isi media PDA dari ekstrak kentang
dan ditanami eksplan jamur merang yang berasal dari jaringan batang tubuh jamur
tidak ada yang berhasil tumbuh, namun ada satu yang sudah hampir jadi akan
tetapi tidak tumbuh miselium. Dan dari semua petri disk terjadi kontaminasi
setelah 2 hari masa inokulasi.
Pengamatan dilakukan ± 1 minggu
setelah inokulasi eksplan. Dengan variabel pengamatan adalah presentase
kontaminan, pertumbuhan jamur, dan saat pemenuhan dalam petri. Diketahui bahwa
pada saat pengamatan ada satu media ada yang rusak, tidak beraturan, menempel
pada bagian atas dan bawah petridisk sehingga tidak ada pertumbuhan jamur
eksplan yang nampak. Selain itu media yang semula bening menjadi agak
kecoklatan. Pada petri disk yang kedua terlihat presentase kontaminan mencapai
50%. Ditandai dengan adanya jamur kontaminan yang menyelimuti sebagian dari
media sehingga berwarna agak keputihan yang juga tumbuh di sekitar eksplan
bibit F0 yang diinokulasi. Jamur yang tumbuh banyak didominasi oleh
jamur kontaminan bukan bibit F0 yang diharapkan.
Pada hasil pengamatan petridisk yang
pertama yang menyebabkan media ekstrak kentang tidak beraturan yaitu rusak dan
menempel pada bagian atas dan bawah PDA adalah karena pada saat proses
penuangan media, media yang dituang belum benar-benar memadat sehingga saat
dibalik media jatuh. Apabila media agar yang dituang pada petridisk sudah dalam
kondisi memadat dan ditunggu beberapa saat sebelum dibalik hasilnya media akan
berada pada posisi normal yaitu tidak jatuh meskipun dibalik possisi
petridisknya. Sebenarnya pembalikan posisi petridisk apabila tidak dilakukan
tidak akan memberikan pengaruh yang sangat nyata pada pertumbuhan bibit F0.
Akan tetapi hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya uap yang berasal dari
media saat pada kondisi panas.
Kegagalan pertumbuhan jamur yang
didominasi oleh jamur atau bakteri kontaminan seperti yang terjadi pada
petridisk kedua diakibatkan oleh beberapa hal. Diantaranya:
1. Kurang
sterilnya ruangan LAF
Hal yang sangat penting diperhatikan
pada pembuatan bibit F0 adalah sterilitas. Ruangan LAF adalah tempat
yang sangat penting karena segala aktifitas sterilisasi dan inokulasi dilakukan
di LAF. Jadi, sterilitas LAF memegang pengaruh yang cukup besar bagi
tumbuh-tidaknya eksplan. Ada indikasi yang menyebabkan tumbuh suburnya
kontaminan pada media bahwa pada saat melakukan proses pembuatan bibit F0
ruangan belum steril sehingga kontaminasi rata. Kehadiran kontaminan dapat
menjadi pesaing dalam mendapatkan nutrient pada substrat, yang menyebabkan
kegagalan pertumbuhan bibit F0.
2. Bahan
jamur yang disterilkan alcohol masih mengandung air
Bahan berupa eksplan dari jaringan
batang tubuh jamur merang yang digunakan pada praktikum sebelumnya disterilkan
terlebih dahulu dengan dimasukkan dan direndam beberapa waktu kedalam alcohol. pada
saat proses inokulasi, jamur masih
mengandung cairan alkalcoholtika ditanam pada media agar (ekstrak kentang)
sehingga air menyebar kesana-kemari menyebar ke berbagai permukaan media
sehingga menyebabkan kontaminasi.
3. Peralatan
yang disterilisasi hanya setengah dan tidak menyeluruh
Peralatan
yang tidak steril akan menyebabkan bakteri atau jamur penyebabkan kontaminan cepat tumbuh. Sebenarnya pada
praktikum ini sudah dilakukan sterilisasi pada peralatan yang digunakan akan
tetapi belum maksimal. Pada saat sterilisasi scalpel yang digunakan pada saat
pemotongan eksplan hanya disterilisasi sebagian saja yaitu bagian yang
digunakan untuk memotong. Sedangkan pada bagian yang digunakan sebagai pegangan
saat pemotongan tidak disterilkan atau tidak disemprot alkohol. Hal ini menyebabkan
saat pemotongan bagian tubuh yang akan dijadikan sebagai eksplan bagian ujung
tidak steril.
4. Ruangan
LAB kurang bersih
Laboratorium
merupakan faktor utama dalam melaksanakan praktikum dan sebagai penentu
keberhasilan suatu praktikum. Kurang terjaganya kondisi Lab dan terlalu
banyaknya praktian yang keluar masuk Lab membuat kondisi ruangan pada saat
melakukan praktikum menjadi penyebab kontaminasi dimana bakteri yang ada
terbawa dan kontaminasi.
Pada
pengamatan hasil bibit F0 dari subkultur F1, kegagalan
pertumbuhan jamur dikarenakan ketidakmahiran kelompok dalam melakukan setiap
mekanisme proses dan beberapa aspek yang kurang diperhatikan pada saat proses
inokulasi. Sebenarnya ada tanda-tanda kemungkunan bibit akan tumbuh, akan
tetapi karena keterlambatan pengamatan menyebabkan akhirnya bibit
terkontaminasi juga. Sebenarnya secara teknis cara pembuatan bibit F0
menggunakan subkultur lebih mudah disbanding dari jaringan tubuh buah. Teknik
subkultur relative tidak terlalu menuntut kondisi lingkungan yang sangat steril
dan tidak harus berada pada LAF. Prosedur yang dilakukanpun relative lebih
sederhana. Akan tetapi meskipun seperti itu setiap alat dan bahan yang akan
dipergunakan tetap harus disterilkan untuk menyokong keberhasilan pertumbuhan
bibit F0.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah
melakukan praktikum atau percobaan pembuatan bibit jamur F0 , maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bibit
jamur Merang F0 adalah bibit jamur indukan dengan media agar-agar
(PDA) yang berasal dari ekstrak kentang.
2. Pembuatan
bibit induk F0 pada jamur pangan (edible mushroom) dapat dibuat
dengan 2 cara yaitu menggunakan metode jaringan dan subkultur.
3. Kultur
jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk ditumbuhkan pada media PDA agar dapat berkembang dan memperbanyak diri.
4. Kegagalan
sebagian besar bibit F0 diakibatkan adanya kontaminasi baik dari
metode subkultur atau jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana,Y. A., Muchrodji, dan M.
Bakrun. 1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan Analisis Jamur
Tiram. Bogor. Penebar Swadaya. 63 hlm.
Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijaya. 1994.
Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta : Kanisius.
Suriawiria. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius.
Yogyakarta. 55 hlm.
Suryowinoto, S. M., dan SuryowinotoM.,
1977. Perbanyakan Vegetatif Pada Anggrek, Yayasan Kanisius, hal. 70.
Yusnita, 2003, Kultur Jaringan, Agromedia,
Pustaka, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar